16. Rindu

2.7K 172 78
                                    

~Dear God - Avenged Sevenfold~
.
.
.
♥ Jangan lupa Vote and Comment ♥
.
.
.

*****

Satu minggu telah berlalu, dan semuanya terlihat baik-baik saja.

Ya hanya terlihat, tidak dengan kenyataannya.

"WOI! Mentang-mentang cari cewek! bikinin anak sembarangan!" teriak Rio kepada Riqi yang baru memasuki kelas.

"Baru dateng dimarahin!" ucap Riqi menggembrak meja keras, "Ngajak berantem?!" teriak Riqi dengan lantangnya, membuat seisi kelas melongo dibuatnya.

Rio menghampiri dengan mengangkat dagu juga tatapan tajamnya dan Riqi menatap Rio tak kalah tajam.

"Hei hei. Jangan berantem dulu, Hendra cuman minta permen susu milk milk susu asli milkita, ini permen susu mahal," ucap Hendra sambil menunjukan permen milkita yang tinggal tersisa batangnya.

"Apaan sih lo tokek nyambung aja," ucap Rio menempeleng kepala Hendra membuat sang empu mengaduh.

"Lo emang playboy tapi lo harus tau batasan kalau mau nyakitin cewek!" ucap Rio menatap nyalang ke arah Riqi yang sedang menampakan cengiran tanpa dosanya.

"Assalammualaikum." Suara itu sontak membuat seisi kelas menoleh dan mendapati seorang gadis tengah tersenyum manis.

"Wa'alaikumsalam Mika," jawab mereka serentak sambil membalas senyuman Mika.

Rio menghampiri Riqi dan berhenti tepat disampingnya, "Urusan gue sama lo belum selesai," desis Rio membuat Riqi bergidik ngeri.

Sedangkan Hendra hanya melongo dengan ekspresi konyolnya," Jadi yang tadi itu beneran bro? Lo bikin anak? Sama siapa?" tanya Hendra masih dengan ekspresi konyol membuat Riqi terkekeh.

"Ga jelas lo kambing! Udah sono! Anak kecil ga usah ikut campur!" ucap Riqi sambil mengusap lalu menempeleng kepala Hendra.

"Setan! Dari tadi kepala gue jadi bahan tempelengan mulu! Kalau gue mendadak pinter tau rasa lo pada! " ucap Hendra membuat beberapa orang memutar bola matanya malas, ada pula yang terkekeh geli dengan tampang konyolnya Hendra.

*****

"Ma... "

"Ma... "

"Mama dimana?" tanya seorang gadis saat menyalakan lampu ruang keluarga, tempat dimana Mamanya selalu bersantai.

"Astaghfirullah Mama!" pekik gadis itu karena amat terkejut.

Air mulai menggenang di pelupuk matanya, bahunya bergetar karena ketakutan melihat pemandangan di depannya.

"Mamaa..." Tangis gadis itu seketika pecah di tempat saat melihat kejadian yang ia takuti terulang kembali.

Fira, Mamanya.

Sedang menyayat lengan kirinya dengan silet kecil hingga membuat darah menetes tanpa henti mengotori lantai.

"Mama... Mika mohon berhenti Ma," lirih gadis itu di sela-sela tangisnya, ia memukuli dadanya berulang kali mencoba menguatkan diri, mencoba menghilangkan rasa takutnya.

Saat Fira terdiam dan menatap ke arahnya dengan tatapan nyalang membuat nyali gadis itu menciut, setelah itu Fira mengarahkan benda kecil itu ke lehernya sendiri.

Membuat gadis itu berteriak histeris dan berlari ke arahnya, beruntung gadis itu langsung mengambil benda kecil nan tajam itu , lalu ia buang ke sembarang arah.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang