"Ahh ini baru namanya hidup."
Aku tertawa mendengar erangan kepuasan dari teman baikku sejak SMA, Rendra Pratama. Ia adalah pria baik-baik, masih perjaka diusianya ke 24 tahun, sama sepertiku. Dia punya kulit kecoklatan, hampir menjurus hitam, rambut ikal, dan cukup tinggi untuk ukuran pria asal Indonesia.
Lalu kenapa Rendra baru saja mengerang kepuasan? Jangan salah paham dulu. Kami baru saja menikmati pelayanan menyeluruh berupa massage tubuh dan wajah seharian ini di Beauty & Relax Spa yang terletak di pinggir jalan protokol Manhattan, yang menjadi pusat perekonomian sekaligus pusat kota New York.
Aku dan Rendra baru sampai di kota paling sibuk di dunia ini kemarin, tapi kami sudah mulai berkeliling kota dengan mengandalkan ponsel sebagai maps. Kami harus memanfaatkan waktu sebisa mungkin karena Senin besok, kami akan sibuk oleh pekerjaan sebagai perwakilan perusahaan induk kami yang bernaung di Jakarta.
Perusahaan tempat aku dan Rendra mencari nafkah bernama Meiditama Publisher. Ya, itu perusahaan yang bergerak dibidang percetakan dan penerbitan, mulai dari buku fiksi hingga non fiksi. Kami juga bekerja sama dengan percetakan-percetakan kecil yang menerbitkan kartu undangan pernikahan dan banner iklan.
Perusahaan kami awalnya perusahaan indie, namun seiring berjalannya waktu, perusahaan penerbitan Meiditama semakin besar hingga memuncak, sampai-sampai salah satu keluaran novel dari kami dipinang oleh Penerbit mancanegera dan kabarnya akan dibuatkan film di Netflix jika buku itu nantinya Best Seller di Amerika.
Sungguh pencapaian yang luar biasa. Penulisnya pun sangat bangga dan senang saat mendengar kabar ini. Sayangnya dia tidak bisa ikut ke New York karena orang tuanya tidak mengizinkan, ditambah lagi, dia belum punya paspor. Namun untunglah, dia percaya dan memberikan izin penuh pada kami, penerbitnya, untuk mengurusi semua hal menyangkut novel ini.
"Tapi mbak terapis aku kurang mantep pijatannya Ren," keluhku.
"Kamu manggil dia mbak?" tanya Rendra sambil tertawa.
"Gak, bukanlah! Zzz! Aku manggil dia namanya langsung. Kan ada tuh namanya di dada." Nama terapis yang memijatku tadi adalah Cherlotte. Dia sangat ramah dan sopan, tapi ya itu, tekanan pijatannya kurang mantap.
Setelah keluar dari tempat spa, kami berjalan santai menyusuri jalanan depan toko di sisi-sisi jalan besar. Melihat-lihat berbagai toko menarik yang tidak pernah kami lihat di Indonesia.
Jujur saja, pergi ke New York adalah salah satu impianku sejak dulu. Tapi pergi ke sana juga membutuhkan modal yang besar dan tiket pesawat yang sangat mahal, sehingga aku memilih untuk melupakan impian itu.
Jadi, ketika penerbit mancanegara yang bernama Adenver Media ingin menerbitkan satu novel dari penerbit kami, dan kata mereka, akan membiayai tiket pulang pergi Jakarta-New York untuk dua orang, aku langsung mengambil kesempatan itu.
Sebagai editor novel 'King Devil and I' karya Afifah Geanita, aku sangat bersyukur dan berterima kasih.
Ya, novel yang membuat Adenver Media tertarik berjudul 'King Devil and I'. Novel itu bergenre fantasi dengan bumbu romantis di dalamnya. Setelah berhasil menyabet gelar 'Mega Best Seller' di seluruh toko buku Indonesia, novel karya Afifah itu juga berhasil menarik minat orang luar. Prestasi yang amat mengagumkan. Aku sangat bahagia dapat mengambil peran penting dalam penerbitan novel itu.
Meskipun tidak bisa difilmkan di Indonesia karena terlalu 'gelap' dan vulgar, tapi novel Afifah justru mendapatkan kesempatan untuk dijadikan film luar negeri.
Aku sangat ingat reaksi Afifah saat kami video call-an, dia melompat-lompat saking senangnya, dan setelah itu, dia menangis haru hingga membuatku ikut menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by You [END]
RomanceSeries #2 Dark Romance by ATIKA 18+ Adult Story. PEMBACA DI BAWAH 17 TAHUN DILARANG MENDEKAT!!! Harap bijak memilih bacaan^^ ALERT 🔕 : Cerita ini memiliki tema CEO mainstream yang bakal bikin kalian baper. Yang gak suka cerita halu dgn khayalan ti...