"Hana, ini sudah jam sepuluh, kamu belum mau pulang apa?" Rendra mendorong bahuku seolah ingin mengusirku dari apartemennya.
Setelah mandi, aku mengungsi ditempat Rendra karena takut berada diapartemenku sendirian. Pesan ancaman Troy yang katanya ingin memberikanku kejutan manis, ternyata membawa efek dashyat ditubuhku. Seperti biasa, tubuhku gemetar hebat dan berkeringat dingin.
Tentang pesan itu, aku sudah memberitahukan hal ini pada Rendra, dan responnya hanya menyuruhku untuk memblokir nomor Troy dan menghapus pesan-pesan itu.
Namun soal adegan ciuman panas antara aku dan Troy dikantor tadi sore, masih kurahasiakan dari Rendra. Entahlah, aku sangat malu membicarakannya. Terlalu privasi dan vulgar. Aku tak bisa membayangkan reaksi Rendra jika kuceritakan tentang hal itu. Dia pasti super panik.
"Aku tidur di sini. Titik." Aku memeluk bantal, kemudian merebahkan tubuhku di atas sofa yang empuk.
Terdengar helaan napas Rendra dari belakang. Aku tidak tahu dia sedang memikirkan apa, "Kamu takut beneran ya Han?"
"Masih nanya?" Aku mendengus kesal. "Cewek mana sih Ren yang gak takut diteror?" Aku membalikkan badan, tengkurap dengan bantal yang menyangga dadaku.
Rendra duduk dilengan sofa, melihatku dengan kepala menunduk, "ya udah kalo gitu. Aku temenin malam ini. Tapi diapartemen kamu aja ya."
"Serius!?" Aku langsung bangkit dan menatap Rendra dengan antusias.
"Serius Hana yang badannya kayak anak TK. Tapi aku tidur disofa luar," imbuhnya.
"Ya iyalah, masa berduaan sama aku dikasur." Aku tertawa mendengarnya, lalu beranjak dari sofa dengan semangat. "Kalo gitu, ayo cepet pindah."
Aku berjalan mendahuluinya menuju pintu selagi Rendra siap-siap membawa bantal gulingnya dan ponsel, serta earphone. Oh ya aku lupa, dia tidak bisa tidur kalau tidak mendengarkan musik ditelinganya. Kebiasaan yang buruk menurutku karena lama-lama bisa merusak otak.
"Kalo maunya dituruti pasti seneng. Beneran kayak anak SD." Rendra meledekku saat aku memencet password apartemen di samping pintu. Sebelumnya aku sudah mengganti kata sandi dengan angka-angka baru.
"Tadi anak TK, sekarang SD. Anak kecil mana punya bodi bagus kayak aku," kataku sambil menjulurkan lidah.
Apartemen minimalis yang kami sewa memang terlihat kecil, tapi percayalah ini cukup nyaman jika ditinggali untuk sementara. Perabotannya cukup lengkap dan memadai, terlebih lagi sudah disediakan alat-alat rumah tangga yang kami butuhkan, seperti lemari es, mesin pencuci piring, dan tentu saja kompor.
Ketika aku dan Rendra mensurvei tempat ini untuk pertama kalinya, aku langsung setuju tanpa berpikir dua kali. Walaupun jaraknya cukup jauh dari stasiun kereta atau pusat pembelanjaan, area Washington Heights cukup aman dan lingkungannya ramah.
Rendra memutar bola matanya, "Terserah deh asal kamu senang." Dia menyebalkan, tapi aku menyayanginya.
Setelah kami masuk ke apartemenku, Rendra segera melangkah menuju sofa dan membaringkan tubuhnya yang besar ke atas sana. Aku tiba-tiba kasihan melihatnya, karena panjang kaki Rendra melebihi panjang sofa itu sendiri. Ahh, aku jadi tidak enak.
"Kamu beneran gak apa-apa?" tanyaku khawatir. "Mau pake kasur? Biar aku aja yang tidur disofa."
Rendra memukul keningku dengan satu jarinya, "sudah tidur sana. Mata kamu item kayak panda, apalagi sudah bengkak gitu. Pasti ngantuk banget kan."
"Iya. Hehe." Aku pun tertawa pelan dan mengangguk. Kalau masalah mengantuk sih pasti iya. Soalnya aku tidak pernah tidur lebih dari jam sepuluh malam. Apalagi kalau seharian lembur kerja, aku bisa terlelap pukul tujuh atau delapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by You [END]
RomanceSeries #2 Dark Romance by ATIKA 18+ Adult Story. PEMBACA DI BAWAH 17 TAHUN DILARANG MENDEKAT!!! Harap bijak memilih bacaan^^ ALERT 🔕 : Cerita ini memiliki tema CEO mainstream yang bakal bikin kalian baper. Yang gak suka cerita halu dgn khayalan ti...