T E N

203K 15.7K 841
                                        

Aku merasakan suasana berbeda dihari ini, hari terakhir dalam pekan pertama aku bekerja di Adenver Media yang bernaung di Trenton Building. Jika biasanya aku pergi bekerja bersama Rendra, tapi sekarang, aku berangkat bersama Troy.

Ya, Troy Trenton, pemilik sekaligus pemimpin TrenCorp, perusahaan yang mengelola bisnis internasional beragam, mulai dari properti, real estate, game, periklanan, industri hiburan, dan masih banyak lagi.

Jika aku ingin mengkaji berapa jumlah kekayaan yang dimilikinya, mungkin satu hari penuh masih terasa kurang. Aku yakin, pundi-pundi uang yang tersimpan direkeningnya sangatlah banyak.

Bukankah selain tampangnya sendiri, kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki Troy adalah salah satu daya tariknya?

Dan pria yang memiliki sejuta pesona itu sedang duduk manis di sampingku, di dalam mobil mewah yang beberapa kali terlihat menguntitku.

Troy, dalam setelan formalnya yaitu jas berwarna abu-abu, kemeja putih polos, dan celana licinnya yang aku yakin baru diseterika berulang kali bolak-balik, terlihat begitu sempurna dan gagah. Sudah kukatakan bukan, Troy adalah wujud pria sejati yang sesungguhnya.

Meski penampilannya terlihat klasik, aku tidak bisa mengira-ngira berapa Dollar yang dia keluarkan hanya untuk membeli pakaiannya. Pasti sangat mahal. Bagaimanapun kualitas tidak akan pernah menipu.

Sedangkan aku? Berada di sampingnya, aku merasa bagai butiran debu yang langsung terbang saat tertiup angin. Dia dan aku sangat jauh berbeda, entah itu dari fisik, penampilan, dan strata sosial. Aku akan merasa sangat tidak percaya diri bila digosipkan yang aneh-aneh bersama pria macam Troy Trenton.

Sampai detik ini, aku tak bisa memikirkan alasan atau motif yang jelas kenapa pria itu sampai tertarik padaku. Bahkan katanya, dia bergairah padaku sejak pertama kali kami bertemu. Aku akui, aku juga merasakan betapa kuat rasa ketertarikan di antara kami. Mataku tidak bisa lepas menatapnya, dan dia pun begitu. Seakan-akan kami adalah sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling merindukan satu sama lain.

Jantungku berdebar keras ketika menatap matanya yang seolah membiusku. Tak tahu dorongan darimana, aku ingin menyentuhnya, memeluk tubuhnya yang kekar, namun itu tidak mungkin kulakukan pada pria asing yang baru kutemui.

"Honey."

Suara Troy menyentakkanku kembali ke dunia nyata. Aku tidak sadar jika sedari tadi aku hanya diam—melamun lebih tepatnya.

"Ya?" Aku menoleh padanya, dan mata biru sedalam lautan itu kembali memengaruhi kerja jantungku.

"Kau tidak bicara apapun sejak kita meninggalkan apartemen." Troy mengusap pipiku dengan jari telunjuknya yang hangat. Kulit bertemu kulit membuat pipiku memanas.

"Benarkah?" Aku tidak sadar. Tapi—memangnya apa yang perlu kami bicarakan?  Saat ini pikiranku sangat kacau, ditambah lagi tubuhku sakit dan pegal dimana-mana. Bibirku bengkak, memar dipergelangan tanganku pun semakin parah.

Waktu aku mandi tadi pagi, aku begitu terkejut melihat keadaan lengan dan pinggangku yang juga membiru, pundakku ada bekas gigitan cukup dalam, meski tidak sampai berdarah, dan juga—puluhan bekas ciuman yang tidak akan hilang sampai minggu depan.

Jika orang lain melihat kondisi tubuhku, mereka yakin aku adalah korban pemerkosaan atau lebih parahnya lagi, budak seks.

Ya, budak seks yang masih perawan.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Troy dengan nada mengintrogasi.

Mendengar nada itu, aku merasa seperti seorang saksi tragedi pembunuhan yang sedang ditanyai oleh polisi. Suara Troy terdengar halus, namun berat dan serak dalam waktu bersamaan. Jika dia berbisik di depan telingaku, aku bersumpah semua bulu halus ditubuhku akan berdiri.

Trapped by You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang