TARA mengira pesta lajang Amanda akan berjalan mulus. Dia sudah mengupayakan yang terbaik, mengerjakan seluruh detail yang dibutuhkan demi menyukseskan acara tersebut. Kishi dan pihak Paradise Resort and Villas pun membantu Tara semaksimal mungkin. Apa daya, pepatah "karena nila setitik rusak susu sebelanga" justru yang mewujud nyata.
Ketika kemarin Tara menjemput Amanda dan teman-temannya, dia langsung menyukai sang calon mempelai. Amanda tipikal perempuan ramah yang mudah mengakrabkan diri dengan orang yang baru dikenalnya. Dia juga tidak punya tuntutan tinggi yang menyusahkan.
Setelah mereka tiba di hotel, Tara sempat mengadakan rapat kilat dengan Amanda untuk acara besok. Perempuan itu menunjukkan kepuasannya saat melihat gambaran persiapan yang ditunjukkan Tara. Secara umum, bisa dibilang Amanda puas dengan rencana pesta lajangnya. Karena itu, malamnya Tara tidur nyenyak. Dia optimis semuanya akan baik-baik saja.
Tidak ada kendala berarti saat Amanda dan teman-temannya ber-snorkeling dan makan siang. Tara memang tidak menguntit Amanda dan teman-temannya karena tugasnya hanya menyiapkan semua tetek-bengek acara yang diminta klien.
Semua itu membuat Tara begitu bersemangat. Diam-diam dia memberi komplimen kepada diri sendiri karena berhasil menjalankan kewajibannya dengan mulus. Namun, menjelang tengah malam, Tara yang duduk terkantuk-kantuk di dekat pintu masuk ruang serbaguna yang disulap menjadi area pesta pribadi, mendapat kejutan.
Diawali dengan kedatangan seorang lelaki yang melangkah tergesa, mengekori salah satu karyawan resor. Ketika lelaki itu hendak memasuki ruangan yang digunakan Amanda dan teman-temannya, Tara sontak bangkit dari kursi yang didudukinya.
"Maaf, nggak ada yang boleh masuk karena ada acara pribadi," Tara berdiri di depan pintu, menghalangi lelaki itu masuk.
"Kamu siapa?" Lelaki itu menyipitkan mata.
"Saya yang ngurusin acara pesta itu." Tatapan Tara beralih pada karyawan resor. Sebelum dia mengajukan pertanyaan, si pegawai sudah membuka mulut.
"Bapak ini mau ketemu Mbak Amanda, katanya ada hal penting. Saya udah izin sama Mbak Kishi," ucapnya. Ketika nama Kishi disebut, Tara pun mengalah. Dia mundur dari tempatnya berdiri, mempersilakan lelaki itu masuk. Beberapa menit kemudian, keributan pecah.
"Aku nggak tau pasti gimana kejadiannya. Kukira laki-laki itu calon suami Mbak Amanda. Kamu bisa nebak siapa orang itu?" tantangnya pada Maxwell yang duduk di depannya.
"Entahlah. Imajinasiku nggak terlalu oke kalau untuk urusan tebak-tebakan," Maxwell mengangkat bahu.
Tara yang sudah tidak sabar memberi tahu rahasia yang menggegerkan dunianya itu pun bersuara. "Laki-laki itu ternyata kakaknya Amanda." Senyum gadis itu melebar melihat wajah Maxwell memucat. "Ya, dia kakak yang pernah bobo bareng sama calon suami Amanda."
Bahkan Maxwell yang tidak ekspresif itu pun terperangah. Pupil matanya melebar dengan alis terangkat. Tara tertawa geli melihat mimik lelaki itu. "Tuh, berarti beritanya memang ngagetin, kan?"
"Jadi, kamu tadi misahin klien yang namanya Amanda itu berantem sama kakak cowoknya?"
"Iya, gitu deh kira-kira. Waktu itu ada suara ribut. Tau sendiri gimana kalau cewek-cewek udah teriak-teriak, kan? Kukira ada masalah apa. Pas masuk, kaget banget liat Mbak Amanda lagi nonjok muka kakaknya. Aku sama dua pegawai resor megangin kakaknya karena dia sempat maju. Entah mau bales mukul adiknya atau apa.
Udah gitu, Mbak Amanda nggak mau mundur. Dia masih berusaha mukul kakaknya. Aku akhirnya megangin dia dan kena cakar. Trus aku minta temen-temennya bawa Mbak Amanda keluar dari ruangan itu." Tara menunjukkan bekas cakaran di lengan kirinya yang menyisakan jejak kemerahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geronimo! [Terbit 21 Oktober 2019]
General Fiction[Sebagian cerita sudah dihapus] Maxwell Ravindra mungkin serupa kaktus. Dia bisa bertahan hidup meski menghadapi cuaca tak bersahabat. Pengkhianatan dari perempuan yang nyaris diajak menikah, tak terlalu memengaruhi hidupnya. Lelaki itu masih memili...