MAXWELL mengirim foto nama universitas yang sengaja diambilnya tadi pagi, via Whatsapp. Yang dikirim? Tentu saja Tara. Lelaki itu menuliskan kata-kata : bisa nebak aku lagi ngapain di sini? Setelah pesannya terkirim, Maxwell mengulum senyum. Dia sedang beristirahat di ruang dosen, sebelum memberikan kuliah lagi. Pria itu tak sabar menunggu respons pacarnya.
Maxwell memang sengaja merahasiakan kampus yang dipilihnya untuk mengejutkan Tara. Farhan yang mengajar di tiga kampus berbeda, memberinya dua opsi. Tanpa pikir panjang, Maxwell pun memilih Universitas Indonesia Praja, tempat Tara menuntut ilmu. Di universitas ini, jurusan Arkeologi yang memang masih belum populer di Indonesia, baru dibuka beberapa tahun silam.
Dulu, dia tak memedulikan kuantitas pertemuan dengan perempuan yang dekat dengannya. Namun sekarang Maxwell berubah pikiran. Selagi bisa, dia ingin bertemu Tara sesering mungkin. Mengenal gadis itu lebih jauh. Sebelum dia terlibat ekskavasi yang menghabiskan banyak waktu. Itu salah satu yang mendasari pilihannya.
Dia bukannya takut Tara kelak akan beralasan bahwa Maxwell tak selalu ada atau terlalu sibuk bekerja. Lalu mengulangi apa yang pernah dilakukan mantan kekasihnya. Meski tak bisa menebak hari esok, Maxwell percaya Tara bukanlah Sheva. Kalaupun ada kecemasan, dia menilai masih dalam porsi wajar. Bagaimanapun, dia pernah punya pengalaman buruk.
Ini hari pertamanya mengajar para mahasiswa semester empat. Tadi pagi, semua berjalan lancar. Farhan memperkenalkannya di depan kelas, duduk sekitar lima belas menit sebelum menyerahkan kendali sepenuhnya di tangan Maxwell. Lelaki itu tidak pernah mengira jika menjadi dosen ternyata cukup menarik.
Maxwell mengernyit saat menyadari belum ada respons dari Tara. Padahal dia sudah yakin, Tara yang ekspresif dan tak suka menyembunyikan perasaannya itu akan mengomel panjang. Namun, hingga hampir setengah jam setelah pesan dikirim, Tara belum membacanya. Maxwell buru-buru memasukkan gawainya ke saku celana saat Farhan memberi tahu bahwa sudah waktunya mereka masuk kelas lagi.
Bahkan setelah hari menjelang sore dan Maxwell sudah berada di apartemennya, masih belum ada kabar dari Tara. Jawaban yang paling masuk akal adalah, gadis itu sedang sibuk. Karena bukan tipikal pria yang harus selalu mendapat kabar tentang aktivitas pasangannya, Maxwell pun memilih fokus pada hal lain. Dia sempat berenang di infinity pool sepanjang sore. Setelah kembali ke unitnya, Maxwell mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas, berniat masak untuk makan malam.
Keterampilan memasak Maxwell tidak luar biasa. Namun dia tidak canggung berada di dapur. Erika sejak kecil membiasakannya mengurus diri sendiri. Termasuk belajar memasak. Jadi, sejak menginjak remaja Maxwell tidak lagi kesulitan menyiapkan makanan jika tidak ada yang bisa disantap di rumah. Maklum, Erika yang wanita karier memiliki kesibukan tinggi dan mereka tak selalu memiliki asisten rumah tangga.
Lelaki itu meletakkan brokoli, ayam tanpa tulang, toples berisi bumbu dasar putih, serta beragam bahan pelengkap. Almarhumah ibunya mengajari Maxwell untuk menyiapkan bumbu dasar demi memudahkan dan mempersingkat waktu memasak. Dengan cekatan dia membuat cah brokoli dan ayam goreng tepung.
Untuk alasan kepraktisan, jauh lebih mudah jika Maxwell membeli makanan saja. Namun dia suka menyibukkan diri, salah satunya dengan memasak. Sejak kembali ke Indonesia dua bulan silam, aktivitas Maxwell tidak terlalu banyak jika dibanding ketika dia menjadi bagian tim yang melakukan pekerjaan di dunia arkeologi.
Saat turut serta melakukan penggalian, sejak pagi hingga matahari tergelincir ke barat dia melakukan pekerjaan lapangan. Di tempat-tempat tertentu, debu tebal dan panas matahari yang membakar adalah hal biasa. Menelungkup berjam-jam di tanah bukan sesuatu yang istimewa. Dia bekerja dengan aneka peralatan mulai dari kuas berbagai ukuran, pengayak bermacam tipe, kulir, hingga sekop. Membersihkan artefak atau relief dari kotoran yang menutupi permukaannya selama belasan jam adalah hal biasa bagi Maxwell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geronimo! [Terbit 21 Oktober 2019]
Fiksi Umum[Sebagian cerita sudah dihapus] Maxwell Ravindra mungkin serupa kaktus. Dia bisa bertahan hidup meski menghadapi cuaca tak bersahabat. Pengkhianatan dari perempuan yang nyaris diajak menikah, tak terlalu memengaruhi hidupnya. Lelaki itu masih memili...