MAXWELL tidak pernah mengira bahwa pekerjaannya akan membawa pria itu mengunjungi banyak tempat di berbagai negara. Tadinya dia yakin bahwa Indonesia adalah sumber informasi dunia arkeologi yang takkan habis untuk dipelajari. Rencananya, setelah memiliki pengalaman yang memadai, barulah dia akan melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Amerika Serikat dan Inggris menjadi dua negara yang dipertimbangkan Maxwell sungguh-sungguh. Karena kedua negara itu -terutama Amerika- sangat aktif mengirim para arkeolog ke seluruh penjuru dunia, melakukan banyak sekali ekskavasi dan penelitian.
Menuntaskan magister di luar negeri akan membuka banyak pintu kesempatan bagi Maxwell untuk ikut serta dalam penggalian-penggalian di berbagai negara. Namun, cita-citanya tergenapi dengan cara yang ajaib. Meski ada bagian yang terpaksa dilompati.
Maxwell sedang mengerjakan skripsi tatkala salah satu dosennya, Melky Hidayat, memberi kesempatan pada mahasiswanya yang sudah duduk minimal di semester enam untuk bergabung ke tim khusus yang akan terbang ke Italia. Ada empat kursi yang tersedia. Rencananya, para mahasiswa yang lolos akan berada di Roma kurang lebih antara empat hingga enam minggu.
Mereka akan bergabung dengan tim yang dibiayai oleh sebuah lembaga asal Belanda, Our History. Tak cuma mahasiswa dari Indonesia yang mendapat undangan, melainkan juga dari tujuh negara Asia lainnya.
Kesempatan itu sangat menarik minat Maxwell dan teman-temannya karena biasanya peluang semacam itu ditujukan bagi mahasiswa pascasarjana. Dia pun nekat mendaftar dan mengikuti seleksi ketat yang memakan waktu selama berhari-hari. Skripsi Maxwell yang sudah mendekati tenggat pun terpaksa disingkirkan sejenak karena lelaki itu harus fokus menghadapi tes untuk calon peserta. Langkah itu tentu saja mengandung risiko karena ada banyak waktu yang akan terbuang.
Namun, Maxwell siap dengan konsekuensinya. Yang jelas, dia harus berjuang untuk mendapatkan kesempatan langka itu. Maxwell bergadang berhari-hari karena harus belajar lebih detail tentang dunia arkeologi dari Romawi Kuno. Siapa sangka, pengorbanannya tidak sia-sia? Maxwell dan ketiga temannya pun terbang ke Roma, didampingi oleh Melky.
Maxwell dan timnya ditugaskan untuk mempelajari akuaduk di bawah kota Roma. Saluran air buatan itu merupakan peninggalan Romawi yang masih digunakan hingga sekarang. Ada yang disebut Cloaca Maxima, dipakai untuk mengatur luapan air. Juga ada Aqua Virgo digunakan untuk mengisi beberapa air mancur terkenal di Roma, berasal dari mata air yang berjarak belasan kilometer.
Para mahasiswa itu juga dibekali dengan aplikasi khusus yang berisi peta digital kota Roma. Bedasarkan penemuan para arkeolog selama lebih seratus tahun terakhir, diketahui bahwa Roma memiliki jalan-jalan sempit dan bangunan berukuran kecil. Rumah para hartawan disebut domus. Sementara orang miskin tinggal di rumah susun yang penuh sesak, insulae.
Domus biasanya memiliki halaman di tengah-tengah bangunan. Selain untuk menjaga kesejukan rumah juga demi alasan privasi. Bangsa Romawi diketahui memiliki kebiasaan makan sambil tiduran. Itulah sebabnya ruang makan mereka dilengkapi dengan dipan-dipan.
Masyarakat Romawi sangat tahu caranya menikmati hidup dan terkenal karena kecintaan mereka akan keindahan, ilmu pengetahuan, dan seni. Ribuan tahun silam, mereka sudah membangun perpustakaan, arena olahraga, teater, hingga tempat pemandian yang menggunakan mata air alami.
Di daerah-daerah berhawa dingin, tempat pemandian menggunakan sistem pemanasan terpusat. Bangsa Romawi memanaskan lantai dengan cara yang unik, memanfaatkan ruangan khusus yang disebut hypocaust. Di ruangan itu dipasang tiang-tiang penyangga lantai dengan pipa-pipa yang mengalirkan udara panas dari tungku. Dengan begitu, lantai pun tetap terjaga kehangatannya.
Maxwell ingat betapa dia terkagum-kagum dengan teknik dan rancangan yang digunakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tempat pemandian mereka. Kelak, manusia masa kini meniru konsepnya saat membangun tempat-tempat spa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geronimo! [Terbit 21 Oktober 2019]
General Fiction[Sebagian cerita sudah dihapus] Maxwell Ravindra mungkin serupa kaktus. Dia bisa bertahan hidup meski menghadapi cuaca tak bersahabat. Pengkhianatan dari perempuan yang nyaris diajak menikah, tak terlalu memengaruhi hidupnya. Lelaki itu masih memili...