Suara ketukan heels terdengar keras di lorong sepi. Kaki itu terus berlari untuk mengejar ketertinggalan. Rayya sudah biasa ke kampus hanya dengan pakaian seksi dan heels tinggi.
"Pagi! Maaf telat," ucap Rayya lantang ketika memasuki kelas kalkulus di lantai dua gedung kampusnya.Tidak ada yang berani menjawab kecuali laki-laki genit. Dosen yang sedang menerangkan pun hanya acuh tak acuh ketika Rayya barusaja memasuki kelas dengan tergopoh-gopoh. Kali ini Pak Haditomo hanya mendiamkan Rayya karena sudah lelah mengocehi muridnya itu yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
"Hai Rayya," bisik pria di sebelahnya. Rayya menoleh dan mengedipkan sebelah matanya saja. Semua lelaki yang melihat itu akan terpesona.
Kali ini ia tak tertarik dengan pelajaran kalkulus yang membuatnya sedikit ribet. Ia pun memilih untuk tidur saja. Meskipun di depan dosen tua itu tak berhenti mengoceh. Rayya bosan. Ia bosan karena sudah tujuh tahun ia berada di kampus dan sayangnya tidak kunjung lulus dan wisuda. Betapa mengerikannya hidup ini bagi Rayya, seorang gadis dewasa yang pemalas. Meskipun umurnya sudah memasuki angka 24, tapi ia tetap semangat mengejar toganya. Dulu disaat ia baru lulus SMA, ia hanya sekedar iseng untuk memasuki Universitas. Dan sekarang, ia terjebak di kampus.
Jam kelas kalkulus selesai, ia pun kembali bersemangat untuk menuju kantin. Tak ada yang ia akrabi di kampus ini. Teman-temannya, sahabatnya yang dulu membuat ceria hidupnya pun perlahan habis karena sudah wisuda semua. Tinggal dia yang berakhir tragis. Dan itu selalu. Rasanya ia ingin dinikahi saja. Entah dengan siapapun itu. Ia ingin menikah saja.
Rayya mendorong dan mendesak para murid yang memesan makanan ke kantin langganannya. Hingga para penjual kantin sangat hafal dengan Rayya.
"Bude Lastri, saya pesan batagornya dong. Cepet ya, saya udah laper banget," ucapnya saat baru saja menerabas seorang pria yang agak tinggi darinya.
"Antri dong. Kita semua disini juga laper!" ketus seorang pria pada Rayya.
Gadis itu sontak menoleh dan mengamati pria di hadapannya ini. Rayya mendengus lalu bersila tangan. Matanya naik turun mengamati setiap lekukan tubuh pria ini wajahnya tampan, putih, bersih, mata agak sipit dan mempunyai lesung pipi menambah manis pada Pria di hadapannya matanya kemudian menyapu dada bidangnya lalu kebawah dan berhenti tepat di anunya. Eh anu itu. Wkwk.
Astaga! Rayya langsung mengalihkan pandangan dan kembali menatap pria itu lagi."Siapa elo? Emang gue pikirin! Mau lo laper mau enggak toh bukan gue yang kasih makan. Kalo lo nyalahin gue yang gak bisa antri, buka kantin sendiri sono!"
ucap Rayya dengan nada judes. Rayya akan ramah pada setiap orang yang ramah padanya tapi jika ada orang yang berani membetaknya, kelarlah hidup orang itu dibuatnya."Nih, neng Rayya." Penjual itu menyodorkan batagor dan minuman jus alpukat kesukaannya.
Rayya menerimanya dan hendak kembali namun berhenti tepat di samping pria itu.
"Untung makanan gue cepet jadi, kalau enggak ... lo bakal abis sama gue!" ketusnya. Kemudian berlalu meninggalkan pria yang tingginya hampir sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Jaim (COMPLETED)
Romance'Rayya' gadis dewasa pecinta brondong muda. Mahasisiwi semester akhir yang bakalan tua di kampus karna gak lulus-lulus. Bingung dengan pendidikannya yang gak jelas dan memilih untuk dinikahi saja. Masalah percintaan yang membuatnya hampir gila ditam...