3. Jurus Srikandi

12.5K 476 7
                                    

Dosen mengamati tiap murid yang sedang melaksanakan post test. Rayya yang kebingungan menjawab soal matematika kontektual, pun hanya mencoret-coret lembar jawaban dengan gambaran BH dan CD.

"Waktu habis. Kumpulkan sekarang," pinta Bu Jannah, selaku dosen matkul Matematika.

Beres! Hahaha.

Bahkan Rayya hanya setenang mungkin saat mengotori lembar kertasnya.
Ia pun maju ke depan dan memberikan soal beserta lembar coretannya tadi.
Lalu berjalan keluar kelas.

"RAYYAAAAAAAA!!!!" teriak Bu Jannah saat Rayya belum berjalan jauh dan membuat Rayya harus menyumbat telinganya, kemudian tertawa mengingat lembar kertasnya tadi yang ia gambari BH milik Bu Jannah lalu dituliskan sebuah keterangan bahwa BH tersebut sudah kendor akibat tubuh melar Bu Jannah.

Siapa lagi kalau bukan seorang Rayya yang berani kepada dosen di Univ ini. Bahkan rektor sekalipun tak pernah ia takuti. Bagaimana ia bisa takut jika rektor sekaligus pemilik kampus swasta ini adalah Ayahnya, Artajaya. Tapi meskipun begitu, Rayya tak pernah ingin identitasnya sebagai anak rektor diketahui para mahasiswa maupun mahasiswi di kampus. Ia menyembunyikan identitasnya dan bekerja sama dengan para dosen.

"Hai, Rayya," sapa beberapa pria saat ia menyusuri lorong hendak menuju parkiran.
Rayya hanya melambaikan tangan dan tersenyum genit pada mereka semua.
Bahkan saat Rayya sudah berjalan menjauh, para lelaki masih mengendus-endus wangi parfum Oriflame milik Rayya.

Sesampainya di parkiran, Rayya numpang berkaca di mobil orang tepat di bagian supir.

Ia mulai membenahi rambut panjangnya, mulai merapihkan bedaknya, lalu menebali lipstiknya. Hingga kaca terbuka dan memperlihatkan dengan jelas si pemilik mobil ferrari tersebut.

Rayya kikuk. Lalu cengengesan.
"Sorry, numpang ngaca doang."

Pria yang berada di dalam mobil hanya mendengus ilfeel.
"Minggir! Gue mau keluar."

Rayya tersenyum cengengesan. Malu? Tentu saja. Meski terkadang urat malunya putus, tapi bisa nyambung lagi, kalau normal otaknya. Wkwk.

Pria bermata sipit dan manis itu keluar dengan gagahnya, membuat Rayya terpesona.

"Lo baru dateng? Apa emang jam kuliahnya siang?" tanya Rayya lalu menggelayut di lengan pria tersebut. Pria itu menepis tangan Rayya sedikit keras.

"Ih! Kasar banget jadi cowok!" protes Rayya. Ia tetap menggodai pria itu.

"Lo nggak bisa ngomong ya? Kok nggak mau respon omongan gue?" lanjutnya dengan maksud menyindir. Namun, masih tetap dengan nada manjiah.

"Woy, Teddy. Baru dateng lo?" tanya salah satu pria yang Rayya tau itu teman-temannya si mata sipit ini.

"Gue ada jam siang doang."

"Wihh ... anak pintar mah bebas lah ya."

"Wooo, siapa nih, Bro? Pacar baru?" tanya seorang pria berkumis tipis yang yang sedang mengamati Rayya dengan mata genitnya.

"Kenalin, gue Rayya Pamela. Pacar barunya Teddy."
Yaps.. Rayya dengan kepedean tinggat tinggi mengaku-ngaku pacar Teddy. Pria di sebelahnya ini terkejut mendengar pengakuan Rayya.

"Hai, gue Yoga."

Lalu temannya lagi menyahut.
"Gue Bagas."

Kedua teman Teddy mengenalkan diri. Dan Rayya menerima perkenalan itu dengan senang hati. Meskipun Rayya tak mengenali siapa pria di sebelahnya, ia tetap bersikeras untuk membuat pria ini jatuh dalam perangkapnya.
Holang kaya jangan sampe lolos. Yah.. begitulah moto Rayya.

Brondong Jaim (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang