"Jadi kapan kalian mau ngomongin masalah perjodohan?" tanya Rayya ketika dalam perjalanan pulang.
Galih menghela napas berat,
"Kamu harus menyelesaikan kuliahmu dulu, Rayya. Baru kami akan memberitahu keluarganya."Rayya mendecak,
"Memangnya saya gak bisa nikah dulu sebelum wisuda? Bahkan banyak mahasiswi di luar sana yang nikah dulu terus wisuda.""Ya kebalik dong mereka itu. Aturan Wisuda baru nikah," jelas Galih tak mau kalah.
Rayya mendengus sebal sembari melipatkan kedua tangan ke dada,
"Jadi intinya kalian harus ngomong ke keluarga Teddy secepat mungkin!""Rayya," panggil Arta lirih.
"Yah, bukankah selama ini saya gak pernah minta-minta apapun dari Ayah? Lantas kenapa hanya karena saya ingin menikah kalian menghalangi niat saya?"
Arta menoleh ke belakang,
"Ayah bukan tidak memberikan izin untukmu menikah dengan Teddy. Hanya saja, Ayah tidak enak dengan keluarga Teddy. Karena dia masih panjang perjalanan dan karirnya. Kalau kamu mau menikah dengan yang sudah mapan ayah baru setuju.""Ooo, jadi karena Teddy belum mapan? Dan hidupnya belum jelas kalian nggak setuju? Lantas untuk apa sebuah kemapanan kalau akhirnya saya disakiti bahkan diduakan hanya karena lelaki itu bergelimang harta. Saya tak butuh lelaki seperti itu!"
Arta menghela napas berat lalu menormalkan duduknya kembali.
Di mobil hening. Arta tak menjawab ucapan Rayya. Arta tau maksud ucapan Rayya jelas ditujukan untuk menyindirnya.
"Jadi kalian sekarang diam tak bisa menjawab ucapanku?!" nada bicaranya naik.
"Bukan begitu Rayya," kali ini Galih angkat bicara sembari tetap menyetir.
"Kami akan mengajak rundingan keluarga Teddy, tapi nanti setelah kami tahu perkembanganmu di kampus."Karena kampus swasta ini merupakan kampus yang hanya menerima orang yang cerdas. Ber-IQ tinggi. Hingga Artajaya pun tidak ingin anaknya kalah dengan anak orang lain.
Rayya mendengus. Emosinya sudah memuncak. Otaknya seperti mendidih napasnya naik turun tak beraturan,
"Ingat baik-baik ucapan saya ini ya! Kalau kalian tidak menjodohkan saya dengan Teddy secepatnya, saya akan laporkan kalian kepolisi karena sudah melakukan tindak pidana korupsi! Ingat itu!" ancam Rayya.Mobil pun berhenti tepat di depan gerbang. Dengan cepat Rayya turun sembari menutup pintu dengan amat keras.
Rayya berjalan menghentakkan kaki menuju kamar. Ia kesal! Sangat amat kesal dengan Ayahnya. Yang seolah hanya menginginkan kepuasannya sendiri tanpa memikirkan jerit hati Rayya.
Kenapa gue terlalu menggebu-gebu?
Rayya tak tahu apakah ini perasaan cinta yang tumbuh, atau nafsu karena uang. Entah, ia tak mengerti. Ia hanya ingin menikah dengan Teddy. Sebab, pria itu dari keluarga kaya. Dengan begitu ia tidak akan mecampuri harta Ayahnya. Ia hanya akan memikirkan bagaimana mendapat keuntungan dari orang lain tanpa campur tangan keluarganya. Meski ia tahu, caranya salah.
Sesampainya di kamar, Rayya tiba-tiba merindukan ibunya.
"Apa kabar, Bu?" ucap Rayya pada sebuah foto yang berada di atas nakas samping ranjangnya.
Tak terasa air matanya menetes. Buliran air matanya menandakan rindu sudah memuncak. Emosi karena ulah ayahnya terngiang lagi di memori, membuatnya menangis sedu. Ia tak mampu ketika melihat seorang malaikat hidupnya menangis karena sebuah pengkhianatan dari Ayahnya sendiri. Keluarga yang dulu dibangun dengan harmonis. Tiba-tiba harus hancur karena orang ketiga yang hadir. Meskipun ibunya sudah sah bercerai namun tetap saja Arta mengejar cinta Maya. Sekeji itukah pelakor di dunia ini yang merebut suami orang tanpa pikir panjang? Bahkan sampai sekarang Rayya tidak pernah ingin berjumpa dengan istri kedua Ayahnya.
Ia pernah meludahi foto perempuan pelakor itu bersama ayahnya ketika ia menemukan foto itu berada di laci kerja Ayahnya. Sungguh memalukan bukan?TBC.
JANGAN LUPA VOTE ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Jaim (COMPLETED)
Roman d'amour'Rayya' gadis dewasa pecinta brondong muda. Mahasisiwi semester akhir yang bakalan tua di kampus karna gak lulus-lulus. Bingung dengan pendidikannya yang gak jelas dan memilih untuk dinikahi saja. Masalah percintaan yang membuatnya hampir gila ditam...