11. Baper

7K 342 5
                                    

Rayya mondar-mandir sembari menggigit jarinya di dalam kamar. Entah kenapa, degdegan bukan main saat akan bertemu Teddy kali ini. Bahkan saat Rayya mengajak Teddy untuk ngopi di Kafe pun tak segemetar ini. Rasa saat ini adalah degdegan yang luar biasa. Seperti halnya akan ketemu bias korea. Bhak!

Tiiiiiiinn.

Mendengar suara klakson itu Rayya langsung menuju balkon dan melihat siapa yang datang. Dan ternyata benar, itu mobil ferrari milik Teddy. Ia pun langsung berlari ke bawah untuk membuka gerbang.

"Lama banget sih!" ketus Teddy saat melajukan mobil melewati Rayya.

Rayya hanya menyengir lebar melihat ekspresi kesal milik Teddy. Imut. Ya, Teddy pria yang imut meski sedang marah sekalipun.

Rayya berlari menuju Teddy,
"Lo nggak ada jam kuliah?" tanya Rayya membuat Teddy menoleh reflek.

"Gak. Lo?"

What the hell! Bahkan baru kali ini Teddy balik bertanya.

"Gue sebenernya ada, cuman karna ada tugas yang belom gue kerjain jadi gue milih gak masuk aja deh."

Teddy mendengus, "Jangan sementang itu kampus milik bokap lo, trus lo males kuliah. Nanti gue bantu."

Wooo.. Rayya melongo seketika. Ia kagum dengan apa yang barusan keluar dari mulut Teddy. Sebenarnya Teddy sendiri mengutuk dirinya untuk tidak banyak bicara di hadapan Rayya.

"Yuk masuk ke rumah," ajak Rayya yang masih menatap Teddy berbinar-binar.

Dengan begitu, Teddy langsung masuk tanpa aba-aba.

"Lo mau minum apa?" tanya Rayya ketika Teddy baru saja mendudukkan badannya di sofa ruang tengah.

"Apa aja," jawabnya singkat.

"Nggak ada minuman yang namanya apa aja," ledek Rayya lalu terkekeh.

Teddy mendengus, "Air putih aja."

"Maksud lo... susu?" ledek Rayya lagi, lalu terkekeh.

Teddy lagi-lagi mendecak kesal.
Emosinya seperti sudah sampai di ubun-ubun.

"Terserah lo lah! Capek gue ngomong sama orang yang kek elo."

Lalu Teddy membuka ponselnya,
"Cepetlah, kita mulai aja belajarnya! Biar gue gak lama-lama disini. Gue sibuk!" ketusnya.

Rayya tersenyum sumringah,
"Siap bos. Gue ambil minum dulu tapi."

Saat Rayya menghilang, Teddy pun mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ternyata rumah ini cukup berdebu. Jelas Rayya tak pernah membersihkan rumahnya.

Sungguh gadis jorok.

Lalu matanya menangkap sebuah foto anak kecil yang tersenyum bahagia bersama orangtuanya.
Seperti ada rasa simpati dalam diri Teddy. Bahkan Rayya memiliki keluarga, tapi rumahnya sepi.

Rayya pun kembali dengan membawa dua gelas besar berisi air putih biasa.

"Lo bisa matematika dasarnya, 'kan?" tanya Teddy, dan Rayya duduk di bawah dengan tangan menopang dagunya di meja.

Rayya hanya menggeleng.

Teddy syok. Bahkan matematika dasar saja Rayya tak tahu. Sungguh rumit hidup Teddy.

"Logaritma juga gak bisa?" tanya Teddy dengan nada penasaran.

"Bisa, dikit. Tapi dikit banget. Mungkin segede upil." Lalu menyengir lebar.

Teddy pun memijat kepalanya yang mulai pusing.
Lantas, harus memulai dari mana Teddy?

"Ayo mulai!" ucap Rayya antusias. Bahkan Teddy sedang bingung harus mulai dari mana.

Brondong Jaim (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang