15. Menetralisir Hati

6.5K 296 3
                                    

Kemarin, saat Rayya bertemu ibunya, ia harus mengalami rasa sakit yang luar biasa. Ibundanya mengusirnya seperti halnya Rayya itu sampah. Kecewa, memang. Tapi Rayya lagi-lagi meyakinkan hatinya bahwa Ibundanya suatu saat akan sadar.

Dan juga, ia harus entah bagaimana, masalahnya dengan Teddy yang sudah terjadi. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu dengan Teddy, Rayya mencoba menghindar karena merasa malu. Bahkan Teddy pun juga sama. Mereka sama-sama menghindar namun sama-sama merindu  entah apa yang ada di benak Rayya, yang Rayya pikirkan hanya ia akan sedikit menjauhi Teddy. Karena ada sesuatu yang aneh pada benaknya. Apakah ini perasaan cinta? Tidak. Rayya tak pernah mengenal apa itu cinta. Ia menepis jauh-jauh rasa itu.

"Jadi, lo sekarang udah gak bimbingan lagi sama Teddy?" tanya Gea yang sedang penasaran.

Rayya menggeleng dan hanya memutar-mutar bolpoinnya. Memikirkan kejadian awkward kala itu. Ia sempat menghindar dan pergi mengunjungi Ibunya, demi tidak bertemu Teddy.

Sedangkan Mona mengutak-atik ponsel Rayya.

"Eh anjiiirrr, lo diajak nikah sama Rangga?"
Mona membuat Gea terkejut. Sedangkan Rayya masih dalam posisinya.

"Jawab anying!" Teloyor Gea pada kepala Rayya. Rayya hanya mendengus kesal sembari mengusap kepala.

"Iya! Kan kalian udah baca. Masih aja nanya," kesal Rayya.

Rayya sudah biasa dengan kehadiran gengnya yang super membuat kekacauan dan memusingkannya ketika sudah di rumahnya.

"Eh njir, lo bakal kaya kalo nikah sama Rangga," ucap Mona. Gea mengangguk setuju.

Rayya menggeleng dan teman-temannya melongo.

"Kenapa lo nolak?" tanya Gea.

"Gue mau nikah sama Teddy."

Sontak kedua teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

"Kalian kenapa sih?!" sengit Rayya.

"Rayya sayang, lagian tuh ya, Teddy cuma anak kuliah yang nggak ada duitnya," ledek Gea dan Mona mengiyakan.

Rayya berpikir sejenak. Benar juga kata temannya. Teddy hanya anak kuliahan. Tapi kan orangtua Teddy kaya. Bahkan ia ingin menikah hanya karena harta. Tapi kenapa ia merasa harus menikah dengan Teddy? Sedangkan ia tidak punya perasaan pada Teddy. Tapi entah kenapa, sekarang untuk menepis Teddy dari pikirannya pun sudah sangat sulit.

"Tapi gue maunya sama dia."

Gea dan Mona mengernyit, "Itu artinya lo jatuh cinta sama Teddy, peak!" ucap Gea.

"Betul tuh!" sahut Mona.

Rayya menggeleng cepat, "Gak mungkin. Orang gue mau nikah sama dia karena orangtuanya kaya. Asetnya dimana-mana. So, gue gak akan kekurangan kalo nikah dengan Teddy."

"Dasar matre," celetuk Mona. Gea tertawa sambil meneloyor kepala Rayya, membuat gadis itu mengusap kepala.

Tiba-tiba, bel rumah berbunyi. Menandakan ada tamu yang datang.

"Gue nebak kalo itu Rangga," celetuk Mona.

Sedangkan Gea menggeleng, "Menurut gue itu Teddy."

"Aih, berisik lorang."
Lalu Rayya beranjak dari kasurnya, dan menuju ruang tamu. Sedangkan kedua sahabatnya mengekor di belakang.

Ceklek.
Pintu terbuka dan..... Rayya terkejut.

"Teddy, Rangga. Kalian ngapain kesini?"

Kedua teman Rayya menutup mulutnya tak percaya.

Brondong Jaim (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang