36. Kado Ulang Tahun

7.4K 310 7
                                    

Rayya terbaring lemah di London Hospital. Ia benar-benar seperti seonggok daging tanpa tulang. Bahkan sekarang ia sudah tak sadarkan diri selama seminggu. Mona yang menjaga Rayya hanya menangis setiap hari.

"Ted, keknya gue harus ngomong sama lo."
Ucap Mona pada Teddy yang juga menjaga Rayya.

"Ngomong apa?"
Wajah Teddy tetap datar.

"Soal Rayya. Ikut gue."
Lalu mereka keluar ruangan.

Mona tengah melipatkan kedua tangannya. Menatap tajam ke arah Teddy.

"Lo ngapain ngeliatin gue kek gitu?"
Tanya Teddy sinis.

"Lo bener-bener berubah ya, Ted. Bahkan Rayya udah minta maaf dan udah ngomong kalo dia sayang sama lo. Tapi apa respon lo, ha?!"
Mona bertanya dengan nada sengit. Pasalnya sampai saat ini Teddy hanya seperti biasa saja tak sedih tak juga apapun itu.

"Mon, sebenernya gue sedih. Tapi semua ini nggak akan gue perlihatkan sama dia. Karena gue masih kecewa."

Mona mendengus kesal.
"Bahkan sekarang dia udah buktiin rasa sayangnya, dan dia lagi terbaring lemah. Kita nggak tau dia besok masih ada apa enggak. Sedangkan keluarga nggak ada yang dihubungi. Dan Pak Arta bakal marah besar sampe tau Rayya kecelakaan gara-gara lo."

"Lo kok jadi nyalahin gue? Kan dia sendiri yang nekad kesini."

Mona mendesah lelah.
"Ted, ini semua demi lo. Dia bener-bener sayang sama lo. Tolong dong buka hati lo lagi. Lihat dia. Rayya bukan cewek jahat kok."

Teddy menyenderkan tubuhnya di tembok lalu menatap nanar ruangan di depannya.

"Jadi gue harus gimana?"

Mona gregetan sekali dengan Teddy.

"Lo kan cowok sih, lakuin sesuatu dong! Dia itu mau nikah sama lo. Lanjutin niat kalian. Lo jangan egois jadi cowok!"

"Tapi kami awalnya dijodohin. Bukan atas dasar kemauan sendiri."

Mona menggertakkan rahang.
"Terserah lo ya, kalo Rayya udah nggak ada di dunia ini. Jangan pernah lo dateng ke makam dia! Kalo sampe lo dateng, makan Rayya bakal kotor karena lo! Pikirin pake otak!"
Bentak Mona lalu berjalan dengan kesal menyusuri lorong rumah sakit.

Teddy menatap pedih ruangan yang ada di hadapannya. Harus melakukan apa? Pasalnya memang ia masih menyimpan cinta di dalam hatinya. Ia tak mau kehilangan orang tercinta untuk kedua kalinya. Rossa, ialah wanita pertama yang meninggalkannya di dunia. Dan kini Rayya terbaring lemah sedang koma. Teddy menggeleng, ia harus melakukan sesuatu. Ia tak ingin egois. Benar kata Mona.

Teddy mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi kerabatnya di Indonesia.

♡♡♡

"Dok, please save my girl. I'm loving my girl. Please Dok!"
Teriak Teddy memekik di dalam ruangan. Dokter tak bisa berharap lebih. Rayya sudah tidak bernafas lagi kata Dokter Alex. Teddy tak bisa tinggal diam. Ia terus meronta dan memohon pada Dokter.

"Ray, plis maafin aku. Aku udah baca sms kamu. Aku juga sayang sama kamu. Plis Ray jangan tinggalin aku."

Saat mayat tersebut hendak di bawa ke kamar jenazah, Teddy terkulai lemas. Bahkan sekarang raut penyesalan sangat kentara di wajahnya. Teddy menangis sejadi-jadinya. Rencana untuk menikahi Rayya kali ini tak akan pernah terjadi. Teddy sangat terpukul.
Untuk yang kedua kalinya, Teddy kehilangan seseorang. Teddy sangat terpukul. Kali ini Yuli dan Arta menyusul ke London untuk ikut menjaga Rayya. Bahkan di ruangan sudah banjir tangisan.

Brondong Jaim (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang