23. Penuh Teka-Teki

6K 274 2
                                    

"Apa? Jadi Yuli itu benar-benar pendonor Bundaku, Dok?" Rayya masih tidak percaya dengan pernyataan yang Dokter Seno berikan.

Dokter Seno mengangguk pelan.
Rayya sangat beruntung dapat bertemu Dokter sebaik Dokter Seno. Bahkan sekarang ia sudah berganti pakaian. Dokter Seno yang membelikan Rayya baju di toko dekat Rumah sakit.

"Percaya tidak percaya, Yuli juga mengidap penyakit kanker rahim. Itu yang membuatnya ingin memberikan ginjalnya pada ibumu. Tapi Yuli tidak mau diobati dan memilih menyembunyikan penyakitnya."

"Apa Ayahku tau, Dok?"

"Kalau itu saya tidak tahu. Yang saya ketahui itu, Yuli adalah pasien dirumah sakit ini sewaktu melahirkan. Dan tampaknya ayahmu sangat akrab dengan Yuli. Karena waktu itu Ibumu juga melahirkan disini berbarengan dengan Yuli."

Rayya semakin mengernyit heran.

"Dan satu hal lagi, anak yang Yuli lahirkan meninggal dunia beberapa jam pasca dilahirkan. Karena saya bukan dokter kandungan jadi saya tidak tahu selebihnya apa yang terjadi," lanjut Dokter Seno.

"Loh, emang sakit apa Dok, anaknya?"

Lalu siapa Dita? Apa anak keduanya Yuli? Tapi kenapa seumuran dengan Rayya?

"Mengidap kelainan katanya. Tapi jika kamu penasaran tentang Ny.Yuli yang katamu sudah merebut kebahagiaan keluargamu, kamu tanyakan saja pada Dokter Jeni. Dia dokter yang sudah menangani Yuli sewaktu itu."

Rayya mengangguk mengerti,
"Baiklah Dok, saya akan menemui dokter Jeni. Apa sekarang dia ada di sini?"

"Tidak, Rayya. Jangan sekarang. Dokter Jeni sedang sibuk karena pasiennya ada yang meninggal karena melahirkan. Jadi lebih baik kapan-kapan kamu kesini."

"Tidak, Dok. Saya akan kembali besok."
Beranjak dari duduknya, "sebelumnya saya sangat berterimakasih pada Dokter karena sudah memberikan informasi untuk saya."

Dokter Seno tersenyum lalu mengangguk. Dan menuntun Rayya meninggalkan Rumah Sakit.

♡♡♡

"Rayya!" suara teriakan itu membuat Rayya berbalik.

Rayya mengernyit memfokuskan retinanya. Pria yang tengah berlipat tangan dan dengan wajah angkuh itu menatapnya tajam.

"Teddy?"
Rayya pun berlari menghambur hendak ke pelukan Teddy. Sedangkan Teddy menahan jidat Rayya hingga gadis itu tertahan satu jangkah.

"Lo nggak bisa apa kalau nggak buat gue cemas?!" sentak Teddy, membuat Rayya membulatkan mata. Teddy cemas?

Benarkah?

"Lo khawatir ma gue?"

"Ck! Lo pikir kita ini apa? Lo tunangan gue, Rayya! Sudah kewajiban gue menjaga lo. Dan lo hampir buat gue gila karena sedari pagi lo nggak ada kabar bahkan ponsel lo mati dan lo nggak ada di rumah. Lo kemana seharian ini?!" Sudah sangat jelas, Teddy sangat khawatir pada Rayya.

Oke, Rayya mulai mengembangkan senyum jahilnya.

"Lo jatuh cinta ya, ma gue? Keknya kalo kek gitu tuh tanda cinta deh," goda Rayya.

Teddy memalingkan wajahnya,
"Nggak usah pede!"
Lalu berjalan melewati gerbang dan memasuki rumah Rayya.

"Ted, tapi bener kan... lo cinta sama gue?"

Brondong Jaim (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang