Seorang gadis tampak sedang mengendap-endap di balik semak belukar di tengah hutan. Dari kejauhan dengan sorot matanya yang tajam memandang seekor rusa jantan yang sedang asik melahap rumput. Tak sedikitpun dia mengalihkan pandanganya, karena rusa jantan itulah yang menjadi buruanya hari ini.
Gadis itu mendongak ke atas sambil memejamkan matanya. Dia bukan ingin merasakan sejuknya udara hutan di pagi hari, akan tetapi dia membaca angin yang berhembus semilir melewati celah-celah bulu enggang yang berdiri tegak diatas ikat kepalanya.
Dia ingin mengeluarkan busur panah yang menggantung di punggungnya pada saat yang tepat. Sebab, jika sedikit gerakan dapat mengeluarkan suara. Dan itu yang akan membuat rusa jantan mengetahui adanya bahaya di sekitarnya.
Perlahan gadis itu melangkah perlahan, mengikuti arah angin yang berhembus. Pandanganya tak lepas dari rusa jantan buruanya. Beruntunglah rusa itu tak menyadari gadis hutan yang hendak memburunya.
Nimari mengeluarkan busurnya dan mengambil anak panah di punggungnya. Perlahan dia menarik busurnya sambil menyipitkan mata kirinya.
Tttaaaasss!!!
Suara tembakan busur panah mengenai tepat di jantung rusa jantan yang langsung terkapar tak bernyawa. Nimari berlari menghampiri buruannya. Bukan senang yang dia dapatkan, melainkan sebuah rasa ingin tahu dengan dua anak panah yang menancap berdampingan tepat di jantung buruannya
Nimari mengalihkan pandanganya di sekeliling hutan. Mencari pemburu selain dia yang mungkin sedang bersembunyi dibalik semak atau pohon meranti.
Suara gesekan dedaunan membuat pandangan Nimari tertuju pada seorang pemuda yang menenteng busur berjalan menghampirinya. Dalam beberapa detik kedua mata itu saling bertemu dan membisu.
"tampaknya.. Kita membidik sasaran yang sama," pemuda itu membuka pembicaraan. Tatapanya tak lepas dari Nimari. Baru pertama kali dia melihat seorang gadis hutan yang berburu rusa.
"Tapi.. Anak panah milikku-lah yang lebih dalam mengenainya." Nimari merasa bahwa rusa didepanya akan menjadi milikknya. Sebab dia memanah rusa jantan tersebut searah dengan angin.
"benarkah? Coba aku lihat," pemuda itu lalu mendekati rusa untuk memastikan. Badanya berjongkok melihat dua anak panah yang mengenai rusa jantan yang telah menjadi bangkai.
Pemuda itu bangkit dan menghadap Nimari. "kamu benar, adinda.. Bahkan, anak panahmu menghalangi mililkku untuk masuk lebih dalam." Sambil menunjuk anak panah Nimari yang menyerong, menghalangi milik pemuda itu.
Nimari mengerutkan alisnya, "Nimari... Namaku Nimari."
"maaf, Nimari." Pemuda itu tersenyum kecil seraya memanggil namanya. "Aku.. Simbara." Simbara mengulurkan tanganya kearah Nimari.
Nimari hanya melihat tangan Simbara, dia tidak mengerti maksud Simbara mengulurkan tangan di depanya. "untuk apa?"
Simbara menggenggam tanganya. Dia menyadari Nimari masih menutup diri untuk berkenalan denganya. Tampaknya, hanya Simbara-lah pemuda yang pertama kali mengajak berkenalan dengan Nimari.
"engkau adalahsatu-satunya gadis hutan yang aku temui, Nimari. Jika suatu saat kita bertemu lagi,aku tidak ragu lagi memanggil namamu. Dan juga, kita bisa berburu bersama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Of Kapuas
Historical FictionSembilan belas tahun setelah pembantaian Muntai terhadap Rengkang, Ladepa sang panglima setia bersembunyi di dalam hutan bersama dengan Nimari. Nimari putri kerajaan Rengkang bermaksud untuk membalas dendam.