"kenapa masih disini?" tanya Novva sambil melihat Rey yang sedang duduk di kasurnya.
Keduanya baru pulang makan bersama dengan Luna. Rey tak langsung pulang, dia ikut masuk ke rumah Novva bahkan sampai kamarnya. Sekarang, Novva sudah selesai berganti pakaian dan Rey masih duduk manis diatas kasur Novva sambil memainkan handphonenya.
"memangnya kenapa?"
"tidak pulang?"
"Sini duduk" tangan kiri Rey menepuk kasur sebagai isyarat agar Novva duduk disamping Rey.
Novva menghiraukan ucapan Rey dan berjalan keluar menuju balkonnya berlaga acuh pada Rey. Matanya menatap keluar dengan kedua tangan yang bertumpu pada pagar balkon. Tiba tiba Rey memeluk Novva dari belakang dengan kepala yang disimpan di bahu kiri Novva. Sontak membuat Novva kaget dan berontak, tapi kini tenaga Rey lebih kuat.
"jangan marah, aku mohon sebentar saja" ucap Rey lembut.
Novva mulai memelankan brontakannya hingga sekarang Novva hanya diam menerima pelukan Rey yang sebenarnya membuat Novva nyaman.
"ini sebagai ganti karna kita tak jadi makan berdua"
"maaf aku jadi membawa Luna"
"ini bukan salahmu" ucap Rey.
Rey menatap lurus kedepan sama seperti Novva. Untuk beberapa saat mereka masih seperti itu.
"kamu tak marahkan?" tanya Rey karna dari tadi Novva hanya diam saja.
"tidak. Tapi aku merasa gerah Rey, kamu tidak kepanasan?"
Rey menggelengkan kepalanya. Tiba tiba Novva ingat sesuatu dan langsung melepas pelukan.
"kamu belum mandi enak saja main peluk peluk, jorok!" seru Novva sambil cemberut.
Rey tertawa.
"Novva, kamu mendengar ucapanku waktu itu tidak?"
"waktu itu yang mana?"
"waktu kamu memberitahu bahwa kamu punya pacar"
Seketika pikiran Novva tertuju pada sesuatu. Bukan ucapan Rey, melainkan ciuman Rey. Ciuman pertamannya yang ternyata di ambil oleh Rey.
"aku tidak ingat"
"aku bilang aku menganggapmu lebih dari sekedar teman"
Novva terdiam.
"kamu tidak marahkan?"
"kenapa aku harus marah?" tanya Novva balik.
Rey tersenyum bahagia.
"berarti kamu juga tidak marah jika aku bilang aku akan mengejarmu?"
Novva melotot kaget.
"aku sudah punya pacar Rey"
"emangnya salah? Anggap saja sekarang kamu hanya sedang tersesat, jadi aku akan membantumu untuk bebas dan menemukan yang sesungguhnya"
Muka Novva seketika memerah. Malu. Salah tingkah. Tiba tiba terdengar suara dering handphone Novva di atas kasur. Novva langsung menghampiri ponselnya sebagai upaya menghindari percakapan Rey yang membuat Novva tak karuan.
Nama Luna tertera di layar ponsel Novva. Ketika akan menganggkat telpon dari Luna Rey menggenggam tangannya dan menahan untuk beberapa saat.
"kamu belum menjawab pertanyaanku"
Ekspresi kebingungan dan salah tingkah bercampur diwajah Novva.
"yasudah, terserah" ucap Novva tanpa melihat ke arah Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Beloved [Completed✔]
Ficção Adolescente"menurutmu cinta itu apa?" tanya laki laki dengan pandangan lurus menembus kaca jendela kelasnya. Orang yang di ajak bicara berfikir sejenak. "Definisi cinta menurut setiap orang berbeda beda, begitupun menurutku dan menurutmu, pasti akan berbeda...