'Sebut saja sikap ini berlebihan. Tapi terlihatkah kebohongan dari tatapan?'
Abid tampak tidak peduli dengan seseorang yang tiba-tiba masuk dan duduk di sofa ruangannya. Membiarkan orang itu menatapnya sinis dan masih asyik dengan gadget.
"Kamu mau saya operasi gak, Bid?"
"Saya sehat kok."
"Tapi senyum-senyum sendiri gitu liat hp. Pasti udah gila."
Aka tampak jengah menatap layar ponsel yang Abid perlihatkan. Foto Rana terlihat di sana. "Cantikkan calon istri saya?"
Akasa hanya mengibaskan tangannya tidak tertarik. Abid meletakkan benda pipih itu di atas meja, melihat sahabatnya yang terlihat kelelahan.
"Capek banget?" Pria bertubuh tinggi yang terkulai di sofa itu mengangguk.
"Saya harus piket keliling ruangan dan dapet jatah tiga operasi hari ini. Dari subuh mulai dan sore begini baru selesai." Abid mengangguk mendengar jawaban Akasa yang menutup mata.
"Sayang banget deh. Kalo kamu kecapekkan gitu, gak bisa nemenin saya dong malam ini ke tempatnya si Rana." Nada suara Abid terdengar menggoda sahabatnya itu.
Pria itu langsung terduduk sempurna dengan senyuman manis. Abid menatap puas ke arah Akasa, merasa menang karena godaannya berhasil.
"Dengan senang hati saya akan menemani Dokter Abid bertemu dengan calon mertua malam ini."
Abid mencebik. "Ada maunya aja." Akasa terkekeh mendengar ejekkan Abid. "Jadi ada perkembangan?"
Wajah Akasa kembali tertekuk. Dan merebahkan punggungnya di sandaran sofa. "Saya gak tahu harus gimana lagi."
"Jadi nyerah?"
"Gak lah, Bid. Saya udah bertahan ngejar Christel dari empat tahun lalu. Rasanya pengecut banget saya kalo mundur gitu aja."
Abid menarik napas panjang. Menghampiri Akasa dan duduk di sebelahnya. Memukul pelan bahu Akasa yang menatap langit-langit ruangannya.
"Saya tahu kisah Christel dan Alta gimana dari dulu, Ka. Dan saya tahu bakal sulit buat kamu menangin hati Christel. Alta punya perjuangan yang sama kayak kamu untuk dapetin Christel. Tapi kayaknya kamu lebih rumit karena sekarang dia seorang janda."
Aka menarik napasnya dalam. Membenarkan ucapan Abid dalam hati.
"Christel mungkin masih sangat mencintai Alta, Ka. Tapi batu yang terus-terusan di tetesi air, bakal berlubang juga kok. Jangan nyerah, ya."
Abid berdiri. "Saya mau absen dulu."
Akasa masih terdiam di dalam ruangan Abid. Terdiam dengan pikiran tentang Christel yang masih belum terlepas dari bayangan Alta. Dan itu bukan salah Christel. Alta memang berharga untuk wanita itu. Tapi Akasa bukan tipe pria yang mau membendung perasaannya begitu saja tanpa berjuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]
General Fiction(Tersedia di shopee dan playstore) Warning!! Disaranin sebelum baca cerita ini, baca Je t'Aime dulu deh. Biar benang merahnya dapet 👌 Delana Christel. Siapa yang tidak mengenali ibu dari si bintang kembar itu? Janda dari seorang Alta Prasiarkana. S...