Genggaman | 12

1K 115 12
                                    

🎶🎶I Can't Take My Eyes Of You
Joseph Vincent

🍒🍒🍒

'Untuk kamu yang berdiri dengan senyuman itu. Terima kasih. ~ Akasa Alfarellza.'

Akasa meletakkan gelas yang sudah tidak lagi berisi. Menelan makanan terakhirnya.

"Kenapa kamu? Senyam-senyum dari tadi." Melihat Rana yang duduk di hadapannya.

Setelah syuting perdana mereka selesai, Rana mengajak Akasa makan siang di kantin perusahaan televisi itu. Tanpa Abid yang masih sibuk dengan urusan di rumah sakit. Juga tanpa Christel yang sedang rapat dengan timnya.

Dengan senyuman Rana menggeleng pelan. Lalu kembali menyendok makanannya yang belum habis. Membuat Akasa menyipit tidak percaya.

"Kamu gak lagi suka sama aku, kan? Terus kamu diem-diem mau ninggalin Abid, habis itu ngajakin aku kawin lari." Akasa memeluk dadanya. "Maaf, Ran, aku gak segila itu."

Rana tidak bisa menahan kekehannya. Membuat makanan di dalam mulutnya meluncur mengenai Akasa yang menutup matanya kesal.

"Iya gak gila, tapi drama. Emang masih sempet nonton sinetron? Bisa lebay juga, coba." Rana mengulurkan tissu yang Akasa terima dengan wajah masih tidak terima.

"Ya, dari tadi kamu ngeliatin aku sambil senyum-senyum sih."

"Aku lagi sangat bersyukur aja."

Akasa berkerut. Melihat teman seperjuangannya selama di Paris. Teman yang selalu mengganggunya selama SMA. Teman yang sekarang sudah Akasa anggap seperti saudara perempuannya. Banyak yang mereka lewati selama bersekolah di Paris. Meskipun berbeda universitas.

Bukan. Rana yang selalu membawa Abid di setiap kesempatan. Abid yang ternyata satu jurusan dengan Akasa universitas kedokteran di Paris. Di situlah Akasa bertemu dengan Abid.

"Makasih banyak, ya, Ka." Rana menatap Akasa yang masih belum mengerti dalam. "Untuk Christel."

Dokter tampan itu menahan napasnya sejenak. Lalu menghela dengan senyuman kecil.

"Apa terlalu kentara?"

"Abid bahkan nyuruh aku nyari psikiater paling ahli buat nyembuhin kamu karna hampir semingguan gak tidur."

Kekehan terdengar dari keduanya.

"Aku," Rana melihat ke arah Akasa yang membalas dengan senyuman. "terlalu bahagia."

Rana mengangguk tegas. "Aku tahu."

"Lima tahun mungkin belum lama, Ran. Tapi aku bahkan sangat kagum sama pendirian Christel. Dan aku juga gak bisa nyerah gitu aja. Semakin Christel menolak, aku semakin pengen jaga dia."

"Christel punya prinsip dan gak ada yang bisa ngubah kecuali dirinya sendiri."

Akasa tersenyum. "Karena orang itu Alta." Rana menahan napas menatap ke arah temannya. "Kalo bukan adik kamu, Christel pasti gak akan punya prinsip sekuat itu."

"Ka."

"Gak papa."

Rana melihat Akasa dengan wajah yang pria itu mengerti adalah sebuah rasa bersalah.

"Ini bukan salah siapa-siapa. Bahkan gak ada kesalahan apa pun untuk mencintai." Akasa mengusap lengan Rana sekilas.

"Aku pengen banget kenal Alta lebih jauh. Tapi aku cuma bisa ngeliat dia saat pernikahan mereka. Dan aku justru jatuh cinta sama istrinya sampai sekarang."

Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang