'Aku tahu pintu itu selalu terbuka. Pintu kebahagiaan yang selama ini aku abaikan. Dan sekarang, haruskah? ~ Delana Christel.'
"Serius?!" Suara keras El menjadi sambutan kedatangan Christel pagi ini.
"Apa yang serius sih, El? Sampe teriak segitunya." El tersenyum yang lebih seperti cengiran. Menahan malu karena tidak sadar dengan kehadiran Christel di sana.
"Itu, mbak. Beneran kita bakal ada program baru?"
"Iya, Nova. Hari ini rencana saya mau rapatin ke kalian. Habis kalian sarapan deh kita mulai rapatnya." Christel tersenyum kecil.
"Acara kesehatan, mbak?" wanita itu hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Galuh.
Semua karyawan yang sebagian besar perempuan itu sudah berkumpul di tengah-tengah ruangan mereka. Riky, satu-satunya laki-laki hanya bisa menggeleng karena tingkah teman-teman kerjanya.
"Dan katanya dokter Aka yang bakal jadi pengisi tetap acara itu ya, mbak?" Christel tersenyum geli mendengar berondongan bertanyaan dari karyawan-karyawannya ini.
"Iya. Dokter Akasa Alfarellza yang jadi pengisi tetap program baru itu."
Sorakan terdengar dari perempuan-perempuan itu. Christel hanya menggeleng dan tersenyum tipis.
Christel tahu betul bahwa Akasa punya pesona dibalik sikap wibawanya. Tidak ada yang memungkiri tentang ketampanan dan kebaikan dokter itu. Sekali saja seseorang bertemu dengannya, bisa dipastikan akan terus ingin menemui pria itu lagi.
Tak terkecuali dengan karyawan-karyawan perempuannya ini. Pasti menjadi suatu anugerah bagi mereka bisa mengurus program acara baru dan bertemu langsung dengan dokter itu. Meski hanya seminggu sekali.
"Udah-udah. Sekarang kalian sarapan dulu. Soalnya sebentar lagi dokter Aka sama kak Rana bakal ke sini ikutan rapat."
Para perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengisi perut mereka sebelum bekerja dengan masih bergosip, menimbulkan suara seperti dengungan lebah.
Christel melihat-lihat beberapa berkas di meja besar itu.
"Mbak." Panggilan itu membuat Christel menoleh, mendapati Riky yang mendekat ke arahnya.
"Gak sarapan, Ky?"
"Bentaran, mbak. Mau nanya, kak Rana beneran jadi host di program baru kita nanti, mbak?"
Christel tersenyum mendengar pertanyaan Riky. Mengerti maksud dari satu-satunya karyawan pria di tim ini.
"Iya." Jawaban singkat Christel membuat pria itu mengepalkan tangannya dengan bahagia. "Tapi inget loh, Ky. Bulan depan dia udah jadi istri orang."
Wajah Riky tertekuk mendengar ucapan Christel yang tersenyum jahil ke arahnya.
"Iya, mbak. Iya, tahu. Nge-fan doang kok." Suara lemah Riky membuat Christel terkekeh. "Udah deh. Aku sarapan aja kalo gitu. Mbak mau nitip gak?"
"Gak deh. Saya udah sarapan tadi di rumah."
Riky mengangguk dan berlalu, meninggalkan Christel dengan beberapa berkas di atas meja.
"Morning, ibu kepala." Wanita itu langsung tersenyum. Sangat hapal dengan suara riang sahabatnya yang sekarang sudah mulai sulit berjalan karena perut yang semakin membuncit.
Kinan meletakkan tasnya di atas meja. Lalu duduk di samping Christel yang masih berdiri.
"Mending lo buruan ambil cuti deh, Kin." Tanpa melihat Kinan. Christel kembali dengan berkas-berkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]
General Fiction(Tersedia di shopee dan playstore) Warning!! Disaranin sebelum baca cerita ini, baca Je t'Aime dulu deh. Biar benang merahnya dapet 👌 Delana Christel. Siapa yang tidak mengenali ibu dari si bintang kembar itu? Janda dari seorang Alta Prasiarkana. S...