Rossa POV
Ya, seharusnya rasa ini memang tidak ada. Aku tahu selama ini kau hanya menganggapku sebagai adik perempuanmu yang selalu kau sayangi. Kak, andai saja aku tidak menggunakan sepenuh hatiku untuk mencintaimu, dan menaruh harapan pada hatimu, pasti sekarang perasaanku akan baik baik saja. Atau mungkin kita masih bisa bersama, seperti waktu itu.
Harusnya aku bahagia, karena kau telah menemukan separuh jiwamu. Meski bukan namaku, namun itu merupakan takdirmu, langkahmu, dan pilihanmu yang tak bisa kucegah. Namun, izinkan aku untuk tetap selalu mengingat namamu, dan menyimpannya di ruang hatiku. Meski sebenarnya aku berharap hasrat itu segera hilang dari kalbuku.
Maafkan aku yang belum bisa menghapus semua rasa ini, maafkan aku jika membuat wanita yang kau cintai merasakan sakit karena kedekatan kami. Dan maafkan aku yang harus pergi dari hidupmu, meski kau memohon aku untuk menunggu.
.
.
.
Akulah Rossa, yang selalu berlaku profesional di depan siapapun. Namun kali ini tidak, semenjak kejadian itu aku menjadi seseorang yang sedikit pendiam. Semua orang disini melirikku dengan aneh. Ya, aku tahu kali ini aku berbeda.Jadwal kuliahku selesai untuk hari ini, meski ada beberapa panggilan untuk rapat himpunan dan unit yang kuikuti, namun aku tetap ingin pulang. Rasanya sekarang aku ingin menghampiri mama di Sumedang, memeluknya dengan erat lalu menceritakan apa yang telah terjadi. Oh, handphone ku bunyi. Kak Mia?
#On Call#
Rossa: Iya kak?
Mia: Ocha, kamu dimana?
Rossa: Di kampus kak, kenapa?
Mia: Kampus kamu dimana sih? UNJ kan?
Rossa: Hmmm iya kak bener
Mia: Aku kesana ya, kebetulan lagi deket
Rossa: Mau ketemuan di mana ya kak?
Mia: Aku aja yang ke gedung kamu, aku tau kok
Rossa: Oh iya kak siap, Ocha tunggu ya
.
Mungkin ini saatnya untuk bilang kalau aku akan resign juga dari perusahaan Kak Mia. Bukan tanpa alasan, aku hanya tak ingin membuka lagi jalan untuk bertemu dengannya. Meski sebenarnya aku masih butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang tambahan, namun aku yakin bisa mendapat yang lebih baik.Mia: Ochaaaa
Rossa: Eh halo kak, cepet banget udah nyampe
Mia: Hehehe, kebetulan kakak aku lagi daftar S2 disini, sekalian deh
Rossa: Hmmm gitu
Mia: Gini Cha, kamu tau kan minggu depan si Afgan yang sosoan cool itu mau gelar resepsi, dan dia pake jasa aku sih, biasa biar irit pake harga temen, dasar pelit ya hahaha padahal udah banyak uang juga
DegKenapa? Kenapa harus bahas hal itu lagi? Andai Kak Mia tau apa yang sebenarnya terjadi.
Mia: Aku gak akan kasih kamu tugas sebagai singer, karena udah ada sebenarnya. Tapi kamu bisa kan bantu bantu di pesta dia nanti? Please banget Cha, tenaga kerja aku kurang tiga orang nih
Rossa: Aduh, maaf kak.. Ocha juga gak akan dateng di resepsi nya Afgan, soalnya hari Sabtu itu jadwal kuliah Ocha full kak, Ocha juga mau ke Sumedang.. Dan sebenarnya Ocha juga mau resign, maaf banget ya kak, bukan apa apa kok tapi emang jadwal Ocha full banget, Ocha gak mau sampe kecapean lagi kayak kemarin
Mia: Hmm.. Tapi perasaan di kampus ini tuh gak ada perkuliahan hari Sabtu dehAh, bisakah aku lolos dari 'berbohong' untuk sekali saja? Apa yang harus aku katakan sekarang? Jawab, apa?
Mia: Kamu yakin? Cha, aku tau kamu itu selalu bisa bagi waktu, kok udah main resign aja? Lagian kan jadwal kerjanya cuma weekend
Rossa: Maaf kak, Ocha bener bener gak bisa
Mia: Ya udah, kedepannya kamu boleh resign. Tapi kali ini aja Cha, please.. Nanti aku bayar kamu tiga kali lipat deh, please bangeeettt, tolong aku ChaAndai saja kejadiannya tidak seperti ini, pasti Ocha bantu kak. Sekarang aku tak sanggup berkata apapun. Seandainya jawabanku "Ya", maka itu hanya akan membuat hatiku tambah tersayat.
Mia: Gimana Cha?
Rossa: Ya udah kakUpss. Dari mana kata itu? Mengapa aku bisa spontan berkata "Ya"? Ya tuhan, apa yang harus aku perbuat? Bisakah aku pergi saja sekarang? Dan menghilang dari lingkaran kehidupan mereka.
Afgan: Ocha...
Kak Afgan? Apalagi yang akan ia perbuat ha?! Mengapa bisa tiba tiba ada disini? Aku segera mendorong Afgan agak jauh dari keberadaan Kak Mia. Aku ingin bicara, dan jangan sampai Kak Mia tahu semuanya.
Rossa: Apalagi sih? Masih belum puas bikin saya marah?!
Afgan: Aku gak akan biarin kamu pergi dari hidup aku Cha
Rossa: Kamu udah punya istri, hiduplah sama istri kamu
Afgan: Andai kamu tahu Cha apa yang sebenarnya terjadi...
Rossa: Kamu pikir saya bakal percaya sama semua omongan palsu kamu ha?!
Afgan: Terserah. Tapi tolong, izinkan aku buat jelasin semuanya
Rossa: Gak perlu. Buang waktu
Afgan: Kalau begitu, gak apa apa. Berbuatlah sesuka hati kamu Cha, yang jelas, aku akan selalu sayang kamu Cha, sampai kapanpun
Rossa: Halah, berisik! Pergi sana!Afgan pergi meninggalkanku. Kali ini sorot matanya terdapat kesedihan, aku sebenarnya sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun aku terlanjur kecewa. Kecewa yang amat sangat mendalam.
Mia: Cha
Rossa: Iya kak?
Mia: Kamu sama Afgan, ada something ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe Mandarin
Fanfiction"Kamu yakin mau nerima aku? Aku yang rese, nyebelin, cerewet, galak, dan gak bisa diem kayak gini? Apa gak ada cewek lain?"