Anna: Cha, nanti siang ikut gak? Kita mau jalan nih
Rossa: Hmm kayaknya engga deh, aku disini aja. Agak pegal pegal nih badan aku
Dira: Ya udah, hati hati ya kamu disiniRossa segera menuju kamarnya. Ia membuka beberapa barang bawaannya dari Indonesia. Mungkin saking banyak, jadi belum semua bisa dibereskan. Sebuah kotak pink digenggamnya. Perlahan ia buka. Terdapat banyak sekali foto dirinya bersama Afgan. Ia kembali membuka isi koper lainnya. Sebuah slingbag berwarna navy, yang juga merupakan pemberian Afgan.
Rossa: Gan, dimana kamu sekarang?
Sekilas memori itu terlintas di benaknya. Saat ia selalu menghindar ketika Afgan akan bicara. Hingga pada akhirnya ia mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Namun Afgan telah pergi, dan mungkin akan memulai hidup baru.
Rossa: Jika aku bisa kembali pada saat itu, aku akan menunggu Gan, sampai kapanpun. Salahkah bila sampai saat ini aku masih berharap pada hatimu? Meski aku tak pernah tahu kau dimana sekarang. Oh tuhan, mengapa cintaku harus sedalam ini?
Rossa mulai menyentuh lembar demi lembar potret itu. Meski warnanya sedikit pudar, namun rasa ini takkan pernah bisa memudar. Dan sekarang ia memejamkan matanya, merasakan kehadiran Afgan dalam hidupnya.
Rossa: Apa ini yang dinamakan cinta sejati? Walau digariskan terlarang, namun hati ini tetap untuknya. Jika aku bisa menyisakan ruang hatiku untukmu, bagaimana dengan kamu? Apa ada sedikit saja namaku di hatimu Gan? Jika tidak, izinkan aku menyimpan namamu disini, selamanya. Aku tahu diri, sebesar apapun perjuanganku untuk cinta kita, tapi kurasa takkan mungkin Gan
Kepala Rossa bersandar di sebuah kaca. Ditatapnya pemandangan jalan raya. Ramai sekali, suasana yang tak terlupakan. Setiap orang menebarkan senyumnya, melangkah dengan semangat.
Rossa: Andai kamu ada disini Gan, kita bisa nikmati semuanya bareng bareng. Gan, gak apa apa kan aku kayak gini? Selalu nyebut nama kamu, liatin wajah kamu di foto ini, bahkan berharap ada kamu disini. Tolong izinkan aku Gan, meski hatimu tak bisa kumiliki
Cup. Diciumnya foto itu oleh Rossa. Lalu diletakan di dadanya. Suatu rasa rindu yang sangat dalam. Meski semuanya takkan mungkin kembali, dan mungkin takkan berjumpa lagi.
Ceklek. Suara pintu yang terbuka membuat Rossa bergerak cepat untuk menetralkan suasana. Namun isaknya terlalu dalam, tak bisa lagi disembunyikan.
Anna: Cha, what happen?
Rossa: Gak, aku gak apa apa kok.. Cuma habis video call sama mama, dan curhat panjang.. Biasa
Anna: Terus, ini apa? Foto siapa?Anna menatap dan mengambil foto fotonya bersama Afgan. Ia semakin penasaran, ada apa dengan Rossa? Mengapa kacau sekali keadaannya? Namun Rossa sigap mengambil semuanya, ia kembali terlihat seperti sedang membereskan barang barangnya.
Rossa: Itu kaka aku, udah lama banget gak ketemu
Anna: Aku gak paksa kamu buat cerita semuanya Cha. Cuma, sekarang ini kita mau ada event besar, bisa fokus dulu gak? Apalagi kamu dikasih kepercayaan yang cukup besar buat ini semua
Rossa: I... Iya bisa, An
Anna: Anggap kita semua disini itu saudara kamu Cha, jangan segan.. Meski kita dari latar belakang yang bener bener beda, tapi kita peduli kamu kok
Rossa: Makasih An, nanti malem aku cerita deh, kayaknya emang aku butuh cerita sama orang lain
Anna: Kita pergi dulu, jaga diri kamu baik baik. Ini negeri orang Cha
Rossa: Siap AnSekarang tinggal Rossa sendiri disini. Kerinduannya masih meluap sekarang.
Jikalau ku bisa memutarkan waktu
Ku pasti slalu menunggu
Andaikan seribu tahun tak cukup
Milyaran abad ku sanggup
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe Mandarin
Fanfiction"Kamu yakin mau nerima aku? Aku yang rese, nyebelin, cerewet, galak, dan gak bisa diem kayak gini? Apa gak ada cewek lain?"