PART 25

395 21 2
                                    

Rossa: Kak Afgan?

Afgan membawa Rossa untuk sedikit menjauh dari mereka. Sedangkan Nino sudah bisa membaca situasi, ia tahu apa yang terjadi saat ini.

Nino: Itu tadi namanya Rossa?
Anna: Iya. Kenapa?
Nino: Long story sayang, nanti aku cerita

Afgan dan Rossa berada di tempat yang sepi. Hanya ada satu pohon yang rindang dan dua buah kursi taman.

Afgan: Kamu Rossa? Benarkah? Yang selama ini aku cari?

Rossa langsung memeluk Afgan dengan erat. Air matanya sudah meleleh. Ia rindu pelukan ini, rindu rasa nyaman ini.

Rossa: Maafin Ocha kak, yang dulu pergi gak mau dengerin penjelasan kakak, dan itu bikin kakak bener bener down sampai akhirnya kita gak ketemu lagi

Afgan tak mampu berkata apapun. Hanya mengelus lembut kepala Rossa dengan tulus.

Rossa: Andai dulu Ocha gak main resign, pasti kita gak akan kayak gini kak. Ocha rela lihat kakak bahagia sama orang lain, rela kak. Oh iya, apa kabar Kak Laras? Pasti kalian sudah berbahagia kan, jangan sakitin dia kak, cukup Ocha aja yang sakit kayak gini. Bagaimanapun Kak Laras emang takdir kakak kan
Afgan: Kita sudah bercerai satu tahun yang lalu

Bercerai? Apa mungkin ini sebuah kesempatan untuk membuka hatinya? Atau mungkin takdir yang sudah menggariskan kita bertemu saat ini?

Afgan: Semenjak kita cerai, aku cari cari kamu. Ke kampus kamu udah lulus, ke rumah Desy udah ganti pemilik. Sampai aku gak tau lagi harus kemana. Aku gak bisa lupa sama kamu Cha, sedikitpun. Aku sekolah disini pun tujuannya biar bisa move on dari kamu, tapi kenapa selalu gak bisa Cha? Dan semenjak pertemuan ini, aku makin percaya kalau takdirku memang kamu. Iya kamu Cha
Rossa: Sejak lulus Ocha lama di Sumedang kak, Desy pindah karena dia menikah. Ocha juga sempat berfikir akan mencari kakak ke Yogyakarta atau minta bantuan Kak Dhei. Tapi Ocha gak mau ngerusak kebahagiaan kakak, meski Ocha tau kakak lakuin semuanya dengan terpaksa, tapi semua bisa berubah, Ocha takut ada perubahan yang Ocha gak tau

Dua mata yang saling bertemu. Pertemuan pertama setelah dua tahun, haru sekali. Afgan menyeka air mata Rossa yang tumpah di wajah cantiknya. Bagaimana pun ia tak rela melihat Rossa yang harus menangis seperti ini.

Afgan: Kalau Ocha masih sakit hati, gak apa apa. Tapi yang Harus Ocha tau, kakak selalu sayang Ocha. Ocha adalah senja kakak, yang ada di setiap hari dengan akhir yang indah
Rossa: Engga kak, Ocha gak sakit hati. Ocha tau apa yang kakak rasain. Ocha juga sayang kakak

Tuhan, terima kasih atas kehendakmu untuk mempertemukan kami. Kami, dua insan yang saling merindu tanpa ada cakap.

Afgan: Balik lagi yuk, kasian pada nunggu
.
.
.
Nino: Jadi tadi itu beneran Rossa?
Afgan: Iya. Gak nyangka kan, entah takdir atau sebuah kebetulan
Nino: Berarti semua yang lo lakuin itu gak sia sia bro. Sekarang waktunya lo buktiin kalau lo bener bener sayang sama dia
Afgan: Iya, gue udah beli bunga sama coklat buat besok. Gue mau nembak dia
Nino: Nembaknya di?
Afgan: Di pulau komodo. Ya disini lah
Nino: Ya elah. Maksudnya itu dimana, di taman atau di jalan raya gitu misalnya
Afgan: Oh. Di cafe
Nino: Ya elah mainstream amat boss
Afgan: Yang mau nembak itu lo atau gue sih? Banyak ngomong lo
Nino: Kalaupun gue yang harus nembak juga gak apa apa, si Rossa cantik kok, pipinya chubby lucuu hehehe
Afgan: Berani lo?! Gue aduin ke Anna mau?!
Nino: Santai boss santai.. Gue cuma bercanda, hidup jangan dibawa serius mulu dongg
Afgan: Yaudah. Balik sana lo
Nino: Ini lo mau dengerin usulan gue gak
Afgan: Gak perlu. Rempong lo
Nino: Lo kayaknya harus nembak dia di rooftop apartemen dia. Itu keren lho. Gue balik, bye

Rooftop? Keren juga. Tunggu kakak Cha, kakak akan kembali bersama janji kita dulu. Semoga ini jalan terbaik.

Cafe MandarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang