PART 4

393 22 3
                                    

#On Call#
Rossa: Iya ma kenapa?
Bu Eny: Kamu apa kabar sayang? Kapan mau pulang kesini?
Rossa: Baik ma. Mama baik kan disana? Sepi yaa gak ada Ocha?
Bu Eny: Iya sepi banget, gaada yang bikin onar lagi, gak ada yang kalau panik ributnya sekampung hahaha
Rossa: Makanya, mama jangan marah marah kalau Ocha ada disana, giliran Ocha disini aja kangen kan
Bu Eny: Iya iya. Nanti kalau mau pulang kabarin ya, libur kamu masih lama kan?
Rossa: Masih. Udah dulu ya ma, Ocha mau kerja
Bu Eny: Kamu kerja sekarang? Kerja apa sayang?
Rossa: Jadi penyanyi cafe gitu ma
Bu Eny: Wah bagus bagus, nanti kalau ada produser yang ngajak rekaman terima aja ya, biar nanti kamu bisa jadi diva kayak Rossa Rose, penyanyi favorit mama
Rossa: Iya iya iya
Bu Eny: Hati hati ya sayang, mama barusan udah transfer uang bulanan kamu, mama lebihin sedikit kok.. Inget jangan boros, jangan jalan jalan terus, belajar yang rajin
Rossa: Iya siap mama Ocha yang paling cantik hihihi. Dadaaahh
.
Rossa: Tante, Ocha berangkat kerja dulu ya.. Ocha bawa kunci kok jadi kalau pulang malem bisa buka sendiri
Virny: Iya Ocha, hati hati ya
.
.
.
Seperti biasa, Rossa merupakan seseorang yang selalu on time. Selama bekerja disini, ia selalu datang satu jam lebih awal dari jam kerjanya.

Sedangkan Afgan, ia terlihat baru memasuki cafe miliknya itu. Namanya juga owner, bebas mau datang dan pulang jam berapapun juga.
Bruk!!
Mereka bertabrakan akibat menuju arah yang berbeda.

Afgan: Mata masih normal main tabrak tabrak aja
Rossa: Lo gak keliatan, jas, celana, sepatu bahkan kaca mata lo itu item semua. Dasar blackman
Afgan: Lo mau kemana sih? Tumben buru buru gitu
Rossa: Idih kepo amat. Minggir cepet, gue mau ketemu temen

Rossa terlihat seperti ingin cepat menjauh dari Afgan. Namun sepertinya nasib dia sedang sial hari ini, ia malah kepeleset dan diliatin banyak orang. Sedangkan Afgan hanya menahan tawa.

Afgan: Udah puas kepeleset? Makanya jangan kecentilan
Rossa: Gue gak apa apa, cuma kepeleset doang
Afgan: Siapa yang nanyain keadaan lo?

Omongan terakhir Afgan seolah tidak didengar, karena ketika menoleh Rossa sudah tidak ada di hadapannya lagi.

Malam ini cafe Afgan ramai sekali. Tidak hanya yang menikmati dinner dengan suasana romansa, namun banyak juga anak anak muda yang melaksanakan momen kebersamaan nya disini.

Desy: Permisi pak
Afgan: Masuk
Desy: Saya cuma mau lapor pak, hari ini pengunjung ramai sekali, namun complain nya juga ramai
Afgan: Complain tentang?
Desy: Hmmm ini pak, tentang musiknya. Katanya mereka ingin menikmati dinner romantis, tapi kok malam ini lagu lagunya malah genre RnB dan rock, katanya gitu pak

Afgan memutar bola matanya. Ia tahu siapa yang harus ia marahi hari ini. Ya tuhan, kenapa anak itu lagi yang bikin masalah di hidup gue.

Afgan: Iya, itu kerjaan sepupu kamu. Nanti saya bicara dengan dia. Kalau ada yang complain lagi, bilang aja lain kali kalau mau dinner tolong booking dulu, biar bisa kami sesuaikan sama musik dan sebagainya, gitu ya
Desy: Oh iya siap pak, terima kasih.
.
.
Alfa: Kamu belum pulang Ocha?
Rossa: Hmm belum nih. Mau bareng?
Alfa: Tapi aku gak bawa motor
Afgan: Ikut gue
Alfa: Saya juga pak?
Afgan: Kamu engga, pulang sendiri aja
Rossa: Mau ngapain lo?
Afgan: Masuk

Dengan terpaksa Rossa memasuki mobil Afgan. Kenapa harus ketemu sama dia lagi?

Rossa: Mau ngapain sih?
Afgan: Gue cuma mau bantu lo
Rossa: Bantu apa?
Afgan: Kalau lo tiap hari pulang pake ojek online atau taxi, gimana bisa hemat

Rossa hanya mengiyakan perkataan Afgan. Tapi, mengapa ia tahu kalau Rossa memang harus belajar hemat?

Rossa: Ya. Terima kasih bantuannya bapak Afgan
Afgan: Bisa gak usah panggil "bapak"? Usia kita hanya beda dua tahun
Rossa: Oh ya? Tapi pegawai lain yang seumuran sama lo pada manggil bapak semua. Tapi emang muka dan style lo tuh kuno sih, jadi yaaa keliatan tua gitu
Afgan: Lo tau kan gue siapa? Gue owner cafe itu berarti gue boss nya mereka, dan boss lo juga. Mereka panggil bapak karena mereka menghormati gue sebagai atasan. Dan kayaknya cuma ke lo deh gue bisa bebas bicara kayak temen sendiri. Gue gak masalah sih sebenernya kalau lo gak kayak pegawai yang lain, toh gue welcome kok orangnya

Afgan terus berbicara panjang lebar. Sedangkan suasana mendadak sepi, kemaba Rossa? Biasanya ia berisik dan tidak bisa diam? Afgan menoleh ke sebelah kiri, ternyata Rossa sudah pulas tertidur.

Afgan: Cantik juga ya dia kalau lagi tidur kayak gini, anggun dan diem

Namun sepertinya Rossa kedinginan. Ia sedikit merubah posisi untuk menghangatkan tubuhnya. Afgan reflek meraba beberapa bagian tubuh Rossa. Benar saja, memang sedang kedinginan. Dengan rasa kasihan, Afgan melepaskan jas hitam di tubuhnya, dan memberikannya sebagai selimut untuk Rossa.

Kini mereka sudah sampai tujuan. Afgan bingung, haruskah ia membangunkan wanita itu? Tidurnya pulas sekali, tak tega bila harus dibangunkan. Akhirnya ia turun dan menekan bell rumah itu

Desy: Eh, Pak Afgan?
Afgan: Desy, ini Ocha tidur di mobil, bangunin jangan ya?
Desy: Gimana ya. Bawa aja deh sama bapak, kamarnya deket kok
Afgan: Maksudnya gendong sama saya gitu?
Desy: Hmm iya, gak apa apa kok pak, gak ada siapa siapa juga

Terpaksa Afgan menggendong Rossa menuju kamarnya. Untung lo kecil, coba kalau gede kayak Desy, ogah gue gendong lo kayak gini, batinnya.

Desy: Ini kamarnya pak, masuk aja
Afgan: Oh iya

Setelah meletakkan Rossa di ranjangnya, Afgan menatap sekeliling ruangan itu. Banyak sekali foto foto cantiknya, dan banyak pula sketsa baju dengan desain yang keren dan mewah karyanya.

Tak lama Rossa terbangun. Ia langsung kaget melihat Afgan yang berada di sebelah kasurnya.

Rossa: Kok gue udah disini? Dan lo juga kenapa bisa ada disini?
Afgan: Tadi lo tidur di mobil gue
Rossa: Terus yang bawa gue kesini siapa?
Afgan: Ya gue lah, masa setan
Rossa: Iyuuhh modus lo pegang pegang gue
Afgan: Ya udah. Lo sekarang ganti baju, bersihin make up lo, dan istirahat. Karena muka lo keliatan capek banget. Gue pulang ya

Afgan segera meninggalkan Rossa yang terlihat masih ngantuk.

Rossa: Eh tunggu
Afgan: Ya?
Rossa: Makasih udah anterin gue

Afgan hanya mengangguk sembari tersenyum di depan pintu kamar Rossa.

Satu jam kemudian, Rossa terbangun dan segera meraih ponselnya.

"Besok ditunggu di cafe jam 11 WIBA ya. Ada yang mau gue omongin. -Afgan"

Cafe MandarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang