PART 26

333 22 7
                                    

Keesokan harinya, Afgan benar benar melakukan rencananya. Ia menuju alamat apartemen yang kemarin Rossa kirimkan melalui SMS.

Dan mereka janjian di salah satu tempat ngopi yang ada di sekitaran apartemen itu.

Rossa: Dimas, apaan sih. Kamu tuh ya selalu aja bisa bikin aku ketawa hahahaha
Dimas: Yes, because I love your laugh. You look beautiful, everytime
Rossa: Thanks

Dimas mencubit gemas hidung Rossa dan menyuapinya satu sendok cheesecake. Rossa terlihat happy disana, seolah tak ada tentang Afgan.

Rossa: Sakit tauu
Dimas: Habis kamu gemesin banget sih.. Nih makan lagi
Rossa: Aku udah kenyang Mas, kamu aja
Dimas: Aku juga kenyang kalau kayak gitu
Rossa: Apaan sih, kamu yang beli habisin lah hahaha

Afgan melihat dan mendengar semuanya. Apa hari Rossa sudah tertutup untuknya? Apa Rossa bahagia kedatangan orang baru? Sekarang Afgan harus apa?

Sekarang Rossa terlihat lebih mesra. Mulai dari genggaman tangan, tatapan mata yang tak pernah lepas, hingga Dimas tak segan merangkul dan menyentuh pipi Rossa.

Dimas: Cha?
Rossa: Ya?
Dimas: I love you
Rossa: Hahaha, love you too. Aku selalu sayang kamu, my bodyguard

Sebuket bunga yang Afgan genggam kini seolah layu. Harapannya pupus seketika. Ternyata pertemuan ini tak seindah yang ia bayangkan, malah ada rasa pahit yang baru. Akhirnya Afgan pulang, kembali menuju rumah Nino.

Nino: Kenapa bro? Muka lo ditekuk gitu
Afgan: Sia sia gue beli ini semua
Nino: Maksud lo?
Afgan: Belum apa apa udah liat Ocha sama cowok

Handphone Afgan membunyikan sebuah notifikasi pesan. Oh, ternyata dari Rossa.
"Kak, jadi ketemuan gak? Aku udah lama nunggu disini. Kalau gak aku mau ke kamar aja."
Afgan sudah malas membacanya, ia hanya jawab "Ga jadi" dengan singkat.

Nino: Yakin itu bener bener cowoknya?
Afgan: Bilang I love you, yakin cuma temen?
Nino: Hmm.. Kata si Anna sih ya, Ocha tuh orangnya tertutup, jarang banget cerita hal hal pribadi dia
Afgan: Tertutup? Itu bukan Rossa yang gue kenal, No. Ocha yang dulu itu ceria, bawel, murah senyum
Nino: Ya udah, mending sekarang kita beres beres aja yuk, ini rumah udah berdebu gini
.
.
.
Suasana pagi ini berbeda. Afgan termenung ditemani secangkir kopi. Selembar foto pollaroid yang selalu ia bawa setiap suasana seperti ini.

Afgan: Aku udah liat kamu, aku udah peluk kamu kemarin. Kamu ternyata baik baik saja ternyata tanpa aku. Terimakasih kemarin sudah memaafkan aku Cha. Dua tahun lalu, kamu harus rela melihatku hidup dengan orang lain. Mungkin sekarang aku yang harus rela. Meski inipun buka keinginanku. Aku tidak akan egois Cha. Carilah kebahagiaanmu, jika mengingatku hanya akan menggoreskan suatu kesedihan, tinggalkan saja aku Cha. Tapi aku akan terus menjaga dan mencintaimu

Halo halo semua, maaf pendek karena agak buntu hehe. Happy reading!!

Cafe MandarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang