BAGIAN ENAM

35.4K 2.2K 38
                                    

Pagi harinya, bersama dengan si Kembar juga Gabriel yang nampak masih mengantuk dalam gendongan Alvin sudah berada dalam ruang rawat Emi. Bayi mungilnya itu sudah tampak jauh lebih sehat. Bahkan dia sudah bisa bermain dan berceloteh khas bayi. Melihat Kiran yang melamun di pinggiran bangkar Emi, membuat Alvin bertanya-tanya tentang ada apa dengan wanita itu.

"Austin jaga Gabriel sebentar yah, Papa mau bicara sama tante Dokternya dulu." Kata Alvin dengan meletakkan tubuh Gabriel di Sofa yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuh anak itu, Austin sendiri tanpa diminta berjalan mendekati Gabriel lalu duduk disampingnya dengan kedua tangan yang membelai lembut pucuk kepala Gabriel. Berbanding terbalik dengan Audy yang nampak gemas hingga menarik pipi Gabriel yang membuat sang kakak kesal.

"Jangan ganggu adek Iel, Audy. Nggak boleh." Nasehat Austin sok dewasa dengan menjauhkan tangan Audy dari pipi gembil Gabriel.

Hal itu tak luput dari perhatian Alvin, meski Austin tidak pernah bertemu Gabriel sebelumnya, namun sikap Austin yang amat peduli pada Gabriel membuatnya merasa sedikit bahagia. Yah hanya sedikit, karena tidak bisa dihindarinya bahwa perasaan bersalah dan menyesal atas keberadaan Gabriel masih menghantuinya.

Mengabaikan tingkah anak-anaknya, Alvin berjalan mendekati Kiran yang seolah berada dalam dunianya sendiri.

"Lagi mikirin apa Ki ?"

Kiran tersentak begitu mendengar suara Alvin yang mengagetkannya, Kiran menghela napas sejenak, berusaha menenagkan dirinya dan memberi keberanian pada dirinya sendiri untuk mengutarakan niatnya yang sudah dipikirkannya matang-matang sejak semalam.

"Mas, gimana kalau kamu dan si Kembar kembali tinggal di rumah keluarga kamu ?"

Alvin menatap tajam Kiran, sementara yang ditatap berusaha mengalihkan pandangannya pada hal lain, berusaha agar tidak menatap wajah Alvin.

"Ki, apa maksud kamu ? Jadi kamu nggak suka kalau kita tinggal bareng ? Atau kamu merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak aku ?" Tanya Alvin dengan nada tajam.

"Nggak Mas, cuman akan lebih baik kalau kamu tinggal sama orang tua kamu. Kamu itu berasal dari keluarga yang terhormat, dengan kamu keluar dari rumah hal itu bisa menurunkan reputasi keluarga kamu. Kamu.."

"Aku bakal balik kerumah, itu pasti. Tapi kamu dan Gabriel harus ikut. Itu keputusan final Ki. Dan sore ini juga kita akan pindah kesana."

Kiran terdiam mendengar keputusan Alvin. Dia sungguh ingin ikut, wanita mana yang tidak ingin tinggal dengan suaminya, meski Kiran tahu bahwa Alvin tidak menyukainya sedikitpun. Tapi perkataan Ibu dari suaminya semalam masih terngiang dikepalanya, yah semalam Ambar Haling menemuinya..

"Kamu juga seorang ibu Kiran, kamu tentu tahu bagaimana rasanya dijauhkan dari anakmu sendiri. Dan dengan segala kerendahan diri, saya datang menemui kamu agar kamu bisa membujuk Alvin untuk kembali kerumah. Hanya Alvin dan kedua cucu kembar saya. Saya melewati banyak kesulitan saat Alvin masih kecil dan saya tidak ingin tinggal terpisah dengan putra saya, jadi tolong, bujuk dia untuk pulang."

*
*
*

Alvin benar-benar membuktikan ucapannya, tepat pada jam 5 sore, kembali kerumah Haling, dengan disambut pelukan hangat oleh Ambar dan juga Angel adiknya.

"Loh Vin, kamu bawa koper ? Itu isinya apa nak ?" Tanya Ambar dengan memandang bingung pada koper coklat berukuran sedang yang berada dibelakang tubuh Alvin. Sedangkan Alvin hanya memandang datar pada koper itu.

"Itu semua perlengkapan dan juga pakaiannya Gabriel, dan yang dikoper hitam itu pakaiannya Kiran. Mang Ujang, itu yang koper hitam dibawa masuk ke kamar saya. Sedangkan yang coklat, dibawa aja ke kamarnya si Kembar."

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang