BAGIAN TIGA BELAS

26.6K 1.4K 14
                                    

Angel Mataphani Haling. Sibungsu sekaligus satu satunya putri Haling. Berparas cantik dengan senyum menawan, sikap ramah dan santun yang menyempurnakan kecantikannya. Pagi ini, gadis itu sudah berada di salah satu Universitas di Jakarta untuk bertemu dengan temannya yang akan wisuda hari ini.

Namun tak seperti biasanya, pagi ini Angel merasa seperti sedang diawasi. Sebenarnya bukan hanya di kampus, tapi sejak mobilnya keluar dari kompleks perumahan, Angel merasakan bahwa seseorang memperhatikannya, tapi saat dia memeriksa kondisi di sekitarnya, sama sekali tidak ada yang mencurigakan.

"Kok aneh sih, atau ini cuman firasat aku aja yah ?" Tanya Angel pada dirinya sendiri.

Bahkan kini bulu kuduknya serasa berdiri saking takutnya dia, parkiran yang entah kenapa begitu sepi dan aura yang mencekam disekitarnya. Segera saja Angel berlari kecil meninggalkan parkiran dengan kedua tangan yang sudah berkeringat dingin.

Pagi yang segar berubah menjadi pagi yang gerah, lihat saja dahinya sudah mengeluarkan keringan dingin dengan jantung yang berdetak kencang.

"Tetap mikir positif Angel, tetap mikir positif."

Angel terus berlari hingga tak menyadari tubuh tinggi menjulang yang berdiri tepat dihadapnnya, dan...

Brukkkk.

Angel menubruk tubuh itu dengan amat kencang, sampai tubuhnya terjatuh dan hampir menyentuh lantai koridor jika saja lengan milik orang yang ditabrakknya tidak menahan tubuhnya.

"Aaaaaaaahhhh." Jerit Angel yang belum menyadari siapa yang ditabraknya. Yang ada difikirannya kini hanyalah ketakutan entah karena apa.

Stevano Pradipta Wiratama, seseorang yang ditabrak oleh Angel hanya menatap adik sepupunya aneh. Jeritan Angel mengundang perthatian mahasiswi dan mahasiswa yang kebetulan berada dikoridor kampus.

"Ck, hey heyyy.. Angel ini kakak."

Suara tegas dan berat milik Vano menyadarkan Angel dan seketika menghentikan jeritannya. Melihat kakak sepupunya berada tepat dihadapannya membuat Angel terkesiap. Segera dipeluknya tubuh tegap milik Vano dan terisak kecil disana. Menumpahkan semua ketakutannya, bahkan tangannya sudah mencengkram erat jas kerja milik sepupunya itu. Mengabaikan rasa penasaran orang-orang tentang siapa gerangan pria berjas kantoran yang sedang dipeluk oleh primadona kampus mereka.

*

"Jadi bisa jelasin sama kakak, kenapa kamu lari gak jelas dari parkiran dan tiba-tiba ngejerit histeris kayak tadi." Tutur Vano pada Angel.

Mereka kini berada di kantin kampus.
Angel bukannya memberi penjelasan justru semakin menunduk dalam. Mungkin masih merasa takut atau gelisah.

"Ngel, kakak butuh penjelasan. Kakak kesini mau nganterin laptop kamu yang kemarin kakak pinjam, tapi kakak malah lihat kamu lari nggak jelas kayak dikejar sesuatu giu." Tuntut Vano, merasa jengah dengan sikap adik sepupunya yang tiba-tiba banyak diam pagi ini.

Sejak kejadian dikoridor tadi sampai kini, Angel sama sekali belum mengeluarkan suaranya sedikitpun. Melihat keterdiaman Angel, Vano berinisiatif untuk menghubungi Alvin untuk menangani Angel yang tiba-tiba berubah pendiam. Tapi sebelum itu..

"Angel ngerasa ada yang ngawasin Angel tadi kak, Angel nggak nyaman dan ngerasa takut, apalagi perasaan itu sejak Angel keluar dari kompleks perumahan. Angel nggak tau kenapa ngerasa kayak gitu, tiap kali Angel periksa nggak ada yang aneh kak. Semuanya normal, tapi tetep aja seolah ada yang ngawasin." Jelas Angel setelah menormalakan rasa takutnya, bahkan dia belum berani menatap kakak sepupunya.

Vano mengangkat sebelah alisnya pertanda tak mengerti. Apa kata sepupunya tadi ? Merasa ada yang mengawasinya ? Helll apakah adiknya ini terkena demam artis sampai-sampai merasa diawasi. Pemikiran itu membuat Vano terkekeh kecil. Angel sangat menggemaskan menurutnya.

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang