Nextttt
.
.
.Kiran terdiam dengan tangan kanan yang masih memegang botol susu, pipi kanannya terasa agak nyeri, mata bulatnya melihat sosok pria menatap marah kearahnya, tidak lebih tepatnya pada sosok gadis yang entah sejak kapan berada dalam ruang rawat Emi.
"MAS ALVINNN. KOK KAMU NAMPAR AKU SIH ? HARUSNYA KAMU TUH NAMPAR WANITA INI, DIA YANG UDAH NGANCURIN SEMUANYA TAU DAN DIA PASTI MAU LENYAPIN ANAK KAMU."
Dengan tergesa, Kiran melepaskan botol susu ditangannya, sampai botol itu jatuh kelantai dan retak, kedua tangannya menutupi telinga si kecil Emi yang mungkin saja terganggu.
Alvin menatap tajam kearah wanita yang baru saja membentakknya itu, pandangan matanya semakin menggelap ketika melihat benda yang cukup tajam berada dalam genggaman tangan wanita itu. "Berani banget lo muncul di hadapan gue setelah semua yang terjadi, bahkan lo ngelukain Kiran. Lo kira lo itu siapa hah ? Keluar dari sini sekarang juga, sekali lagi gue lihat lo ngedeketin Kiran, lo tau akibatnya."
Dengan langkah tegas, Alvin menyeret tubuh Sofie keluar dari ruang rawat putrinya, mendorong tubuh ramping wanita itu kelantai bertepatan dengan datangnya kedua orang tuanya yang menatap bingung kearah mereka berdua.
Ambar dan Hermawan yang hampir mendekati ruang rawat cucunya di buat bingung dengan keberadaan saudara sepupu dari menantunya, apalagi tubuhnya yang jatuh kelantai karena dorongan Alvin. Ambar dan Hermawan mempercepat langkah mereka mendekati Alvim dan Sofie, setelah jaraknya cukup dekat, Ambar membantu Sofie berdiri dan terkejut melihat pipi kiri gadis itu yang memerah.
"Alvin kamu nih apa-apaan sih ? Kenapa kamu dorong Sofie kayak gini, dan ini pipi kamu kenapa Nak, kok memerah gini ?" Tanya Ambar panik.
Sofie yang merasa dewi keberuntungan berpihak padanya mulai mengeluarkan air matanya yang membuat Ambar merasa makin iba, berbanding terbalik dengan Alvin dan Hermawan yang memutar bola mata malas.
"Mas Alvin nampar Sofie tante, padahal Sofie cuman mau ngunjungin Emi aja. Tapi Mas Alvin malah nampar Sofie dan lebih milih anak babu itu untuk jagain Emi."
"Jenguk anak gue atau Lo mau celakain Kiran ? Mending Lo pergi dari sini sebelum Gue yang maksa Lo pergi."
Alvin kembali memasuki ruangan putrinya dengan perasaan marah yang masih belum bisa di bendungnya. Melihat Kiran yang tengah menimang putri kecilnya setidaknya bisa membuatnya merasa sedikit lega. Namun, tak bisa dipungkirinya bahwa tangannya masih bergetar, masih terasa ingin melayang di wajah mulus Sofie.
"Pa Pa....." Pekikan Gabriel bersamaan dengan masuknya orang tua Alvin dengan wajah yang kaget bukan main. Terlebih mendengar balita mungil yang selalu dibawa Kiran memanggil putra mereka dengan sebutan PAPA.
Mengabaikan tatapan heran orang tuanya, Alvin beranjak mendekati Gabriel yang tengah berdiri girang di tengah tempat tidur di ruang rawat putrinya. Begitu sampai, Alvin dibuat geli oleh tingkah manja Gabriel yang merentangkan tangan kearahnya. "Pa, endong na.." Bahkan mata yang menurun darinya itu mengerjap lucu.
Tersenyum tipis, Alvin meraih tubuh mungil Gabriel, lalu membawa anak itu keluar dari ruang rawat. Hermawan mengikuti langkah putranya itu, memberi isyarat pada istrinya agar tetap tinggal saat dilihatnya wanita memberinya 3 orang anak itu berniat untuk ikut.
"Kamu disini aja." Bisik Hermawan tegas.
*
*
*
*"Jadi selama ini kamu dan Kiran, Hah Alvin kamu tahu tindakan kamu bisa merusak reputasi keluarga Haling bukan ? Lalu kenapa kamu lakuin itu semua, kamu.."
![](https://img.wattpad.com/cover/157722711-288-k485745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Cinta yang UTUH [END] ✅
Ficção AdolescenteKetika ego yang begitu tinggi menjadi penghalang sebuah kebahagiaan. Ketika cinta yang suci dan tulus membuahkan hasil yang begitu indah. Tidak ada hal yang selalu berakhir bahagia dan tidak ada pula yang selalu berakhir menyedihkan. Percayalah, Cin...