BAGIAN SEBELAS

27.6K 1.5K 19
                                    

Let's Read My Readers.

*
*
*
*

Kiran sedang menyusui Emi saat Alvin memasuki kamar hanya dengan celana tidur saja. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Kiran. Melihat suaminya telanjang dada seperti itu cukup membuatnya sport jantung, apalagi perut kotak suaminya itu, MasyaAllah, sungguh godaan iman.

Wajah Kiran bahkan sudah memerah karena menahan malu. Meski sebelumnya pernah melihat Alvin seperti itu, hanya saja dia masih merasa malu.

"Emi belum tidur Ki ?" Tanya Alvin tanpa melihat Kiran. Saat ini dia sedang fokus membaca beberapa pesan dari handphonenya.

Kiran yang sedari tadi menatap Alvin tanpa kedip menjadi gugup seketika. Apalagi saat tiba-tiba, Alvin naik ketempat tidur dan berbaring disampingnya dengan acuh.

"Belum Mas, biasanya kalau kayak gini nanti dia tidurnya agak malaman dikit." Kiran berusaha menormalkan detak jantungnya, dan berusaha mengalihkan perhatiannya dari sosok Alvin yang dengan santainya mengelus pipi gembul Emi.

Sumpah demi biskuit susu kegemaran anak-anaknya, pipi gembul itu jaraknya amat sangat dekat dengan dadanya, belum lagi Emi yang tiba-tiba menjauhkan mulutnya dari sumber nutrisi utamanya. Hal yang membuat Kiran kian gugup karena kini, pucuk dadanya bersentuhan dengan punggung tangan Alvin.

"Ini anak Papa kok belum bobo sih ? Udah malam loh sayang. Ayo sini bobo."

Emi yang merasa sang ayah mengajak bercanda menjadi tertawa geli, tanpa tau bahwa ibunya kini menahan malu luar biasa.

Bayangkan saja, dadanya yang tadi dihisap oleh Emi terpampang bebes begitu saja. Belum lagi tangan kiri Emi yang tak melepas rabaannya pada dada kanan Kiran. Kebiasaan saat anak itu sedang menyusu. Tangannya pasti tidak tinggal diam.

"Mas, Eminya jangan diajak main dong, ini aku lagi nyusuin dia biar tidur, soalnya setelah ini aku harus cek Gabriel dulu, kamu taukan sampai saat ini dia masih harus aku kelonin dulu sebelum tidur." Kilah Kiran yang sebenarnya hanya ingin membuat Alvin mengambil sedikit jarak dengannya.

Karena kini, kedua lengan kekar suaminya itu sudah bertengger manja pada pahanya yang saat ini hanya ditutupi oleh baju tidur terusan berbahan lembut. Sedangkan Alvin yang diperingati oleh istrinya hanya acuh saja. Bahkan kini kepalanya sudah ditenggelamkan pada perut Emi yang sedikut buncit itu dan otomatis, rambut Alvin yang memang sudah mulai panjang itu, terkadang menggeseki puncak dadanya.

Kiran menahan napas sejenak, astaga dia bisa sport jantung jika begini, meski dia dan Alvin sudah menikah. Namun, Alvin hanya beberapa kali tinggal bersamanya dan Gabriel di apartement dulu, mengingat saat itu, Alvin belum menerima dirinya dan Gabriel, dan juga almarhum Mariska yang membuat Kiran tak nyaman.

Melihat Alvin yang kini berada didekatnya sedikit membuat Kiran merasa senang.

*
*
*

Kiran P.O.V
Melihat Mas Alvin kini, membuatku sedikit merasa senang. Yah hanya sedikit, karena sampai saat ini, aku masih tidak tahu bagaimana perasaannya padaku juga putra kami.

Semenjak menikah dulu, kehadirannya disisiku dan Gabriel hanya bisa dihitung jari. Bahkan saat kelahiran Gabriel, dia tidak berada disisiku. Hanya perawat dan dokter yang menemaniku saat itu.

"Ki, kamu kok ngelamun gitu ? Tuh, Emi udah tidur."

Seruan Mas Alvin membuatku tersadar dari lamunanku, aku bahkan tidak menyadari bahwa Emi sudah tidur. Segera kubenahi pakaianku tanpa menyahuti seruan Mas Alvin. Setelah membenahi pakaianku, kubaringkan Emi dengan pelan dibox bayinya.

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang