BAGIAN DUA PULUH ENAM

27K 1.2K 27
                                    

Assalamualaikum wr,wb.
Akhirnya bisa up part terbarunya, maaf yah kalau kurang suka atau Part ini nggak enak dibaca. Kalau semisal kalian menemukan typo bisa disampaikan langsung sama saya lewat chat ataupun comen. Atau kalau kalian punya saran untuk part selanjutnya, boleh disampaikan lewat chat juga comen kok.

_________________________________
_______________________________
_________________________________

Untuk kesekian kalinya, Alvin kembali menginjakkan kakinya ditempat yang menjadi peristirahatan terakhir semua orang. Meski ragu, tapi sebuah keyakinan dan nekat sudah tertanam dalam benaknya, semua ini dia lakukan bukan lagi untuk anak-anaknya melainkan untuknya juga.

Dengan senyum tipisnya, Alvin sampai didepan sebuah pusara yang tampak bersih, Alvin cukup puas dengan apa yang dilihatnya kini, tidak sia-sia dia meminta penjaga makam untuk menjaga makam mendiang istrinya.

"Hai Ris, maaf baru bisa datang kesini sekarang, dan maaf aku tidak membawa anak-anak."

Alvin mulai menaburkan bunga diatas pusara Riska dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"Aku mau minta maaf sama kamu karena tidak bisa menepati janji aku untuk menceraikan Kiran. Sepertinya sampai kapanpun, aku tidak akan bisa menceraikan Kiran, anak-anak butuh dia."

Mendadak mata Alvin menatap sendu pusara Riska. "Dulu aku pernah berjanji bahwa hanya kamu yang akan menjadi pemilik dari hati aku, dan lagi lagi aku mengingkari itu. Karena sepertinya Kiran sudah memiliki tempat yang sama dengan kamu, dan maksud kedatangan aku kesini, selain untuk mengunjungi kamu juga untuk meminta doa dan restu kamu untuk hubunganku dengan Kiran.

Aku yakin dia yang terbaik untuk aku dan anak-anak. Semoga kamu memberi restu kamu, aku dan anak-anak samlapai kapanpun tidak akan melupakan kamu, dan aku janji, sesering mungkin aku akan bawa anak-anak kesini."

Selama hampir satu jam penuh, Alvin terus menyampaikan semua keluh kesahnya juga bagaimana anak-anak mereka kini begitu aktif. Alvin mendongakkan kepalanya memandangi langit yang mulai gelap, menghela napas sejenak, mengusap kembali pusara Riska. "Aku pamit dulu, anak-anak pasti lagi cari aku karena Kiran tidak dirumah. Aku pamit ya, nanti aku kesini lagi sama anak-anak juga Kiran.

📎📎📎

Dengan cemas, Kiran berdiri dipintu utama rumahnya, hari sudah mulai gelap, ayahnya sudah pulang dari kantor sejak jam 5 tadi, tapi sampai saat ini, sosok yang mengatakan akan menjemputnya tak kunjung datang. Bahkan tidak memberikan kabar sama sekali.

Tepukan halus membuat Kiran tersentak kaget, dilihatnya sang ibu yang amat dirindukannya kini berdiri dibelakangnya dengan senyum hangat.

"Masuk nak, diluar dingin. Kamu juga belum makan malam kan ?"

"Nggak Ma, Kiran mau tunggu mas Alvin jemput, kasihan anak-anak dirumah. Apalagi Emi masih minum asi Ma." Tolak Kiran halus.

Santi menampilkan senyum harunya saat mendengai alasan dibalik penolakan Kiran, putrinya yang dulu manja kini telah berubah menjadi sosok ibu impian. Menyayangi anak tirinya sama seperti anak kandungnya sendiri adalah satu hal yang membanggakan. Santi bisa melihat kekhwatiran dimata Kiran itu nyata, tapi sebagai seorang ibu Santi juga tidak bisa membiarkan putrinya menunggi dengan sia-sia, sebab dia sendiri tahu bahwa Alvin tidak akan menjemputnya malam ini.

"Mama sama Papa sangat merindukan kamu nak, jadi mama minta kamu untuk masuk kedalam, mama nggak mau kamu masuk angin kalau terlalu lama menunggu Alvin diluar. Tadi mama sudah kasih tahu Satpam agar membiarkan Alvin masuk kalau dia sudah datang nanti. Dan tentang anak-anak, Mama yakin mereka baik-baik aja kok. Kamu nggak perlu cemas."

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang