BAGIAN SEMBILAN

30.9K 1.8K 13
                                    

Seminggu pertama kepindahan Alvin, suasana kediaman Haling nampak biasa saja, seolah tidak ada hal yang terjadi sebelumnya. Seperti pagi ini, Fiolin, menantu tertua Ambar tampak sedang sibuk menyiapkan sarapan.

Kedua lengan mungil memeluk pinggangnya posesif.

"Ma, hari ini jadi kan datang kerumahnya Tante Ki." Suara manja itu terdengar sangat manis ditelinga Fio.

Mematikan kompor, Fiolin membalikkan tubuhnya, lalu berjongkok, menyejerkan tubuhnya dengan tubuh sikecil kesayangannya. "Iya Zav, jadi kok sayang. Tapi kita tunggu Papa dulu yah. Kan kemarin Papa udah janji mau ngantar Zavin kesana."

Yah, anak yang kini tengah bermanja ria padanya adalah ZAVIN PRADIPTA HALING. Putra suaminya dengan wanita lain. Meski awalnya sulit untuk menerima, tapi Fiolin tetap mengasuh anak itu. Zavin yang datang diusianya yang ke 4 tahun, penuh dengan tatapan ketakutan dan tak pernah menanggapi keluarga Haling lainnya kecuali si kembar. Kini, anak itu mulai menganggap Fiolin sebagai ibunya, mulai membuka diri, dan mulai menerima mereka.

Sejak beberapa hari lalu kepergian Alvin dan istrinya, Zavin mulai bertanya seputar sepupu-sepupunya, dan hal itu mendekatkan Fiolin, Rio pada Zavin. Terbukti dengan anak itu yang tiap pagi akan bermanja padanya ataupun pada Rio.

"Tapi Ma, hari ini kan libur, jadi nggak perlu nunggu Papa, Papakan kalau libur begini bangunnya siang Ma. Nanti Zavin nggak bisa ketemu sama adek Iel." Cemberut Zavin.

Fiolin hanya tertawa pelan menanggapi Zavin yang kini sudah cemberut.

"Nggak kok nak, tuh lihat siapa yang ada dibelakangnya Zavin." Dagu Fio mengarah pada belakang tubuh Zavin.

"Hayooo siapa yang bete karena Papa hah ?"

Belum Zavin membalikkan tubuhny, lengan kekar Rio sudah lebih dulu mengangkat dan memutar mutar tubuhnya, hal sederhana tapi mampu menghangatkan hatinya. Termasuk hati kedua orang yang sejak tadi memperhatikan mereka dari jarak yang cukup dekat.

"Akhirnya Mas, Zavin mulai bisa menerima Rio dan Fio. Mudah mudahan aja, setelah ini dia juga bisa nerima kita sebagai kakek neneknya."

*
*
*

Akhir pekan adalah hari dimana semua orang bisa bersantai setelah bekerja. Tapi tidak untuk pria satu ini, dia justru sibuk berlari kesana kemari, hal yang baru pertama kalinya dilakukan olehnya sejak dia hidup. Apalagi jika bukan mengejar kedua anak usilnya, Audy dan juga Gabriel.

Mudah saja sebenarnya untuk menangkap Gabriel, tapi anak itu entah kenapa amat lincah dalam bersembunyi, saat ini hanya dengan menggunakan diapers, Gabriel memasukkan tubuh mungilnya kedalam kolong tempat tidur yang sangat sempit dan kecil bagi Alvin.

"Astaga, Gabriel ayo keluar sayang, pake baju dulu. Kamu bisa masuk angin Gab, baru aja mandi, pake diapers eh malah merangkak nggak jelas terus masuk kolong tempat tidur. Itu nggak baik Gab." Nasehat Alvin nyatanya hanya dianggap angin lalu.

Anak lelaki berusia 1 setengah tahun itu malah terkekeh bahkan tertawa riang dengan tubuh tengkurap.

"Hahahahaha pa pa ucu, ucu papa nih .. hahahah."

Sungguh Alvin tidak tahu harus apa, untuk pertama kalinya, Gabriel menjadi seusil dan nakal begini. Belum lagi.

"PAPA, UDY MAKAN LOTI BAKALNYA USTIN." Teriakan membahana dari sisulung Austin, dan Alvin yakin, anak itu sedang mencoba untuk merebut roti bakar miliknya lagi.

"NOT PAPA, ABANG BOHONG, ABANG YANG MINUM JUS ESTOLBELEBYNYA UDY."

See, bisa gila Alvin jika seperti ini terus, dan Kiran ??

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang