BAGIAN TIGA

36.9K 2.2K 29
                                    

"Sebelum saya memberitahu diagnosanya, sebelumnya saya ingin bertanya terlebih dulu Bu."

"Iya Dok, silahkan tanya saja."

Ambar masih terus menatap sosok dokter di depannya kini. Sosok yang sudah hampir 2 tahun ini tidak dilihatnya, sosok yang tiap detiknya menimbulkam rasa bersalah yang mendalam dalam dirinya.

"Apakah Anda memberikan susu formula untuk cucu anda ?"

Mengabaikan segala perasaan resah dan gelisah yang ada, Kiran mencoba untuk bersikap profesional. Meski sesekali melihat kearah putranya yang sedang asik meneliti wajah pasien kecilnya yang tertidur.

"Iya Dok, sudah 3 hari ini cucu saya meminum susu formula." Meski bingung dengan pertanyaan dokter didepannya, Ambar tetap menjawab pertanyaan yang menurutnua aneh itu.

"Tapi dari hasil pemeriksaan, sudah sejak lama cucu ibu menkomsumsi susu formula, dan hal itu sangat mengganggu sistem kekebalan tubuhnya. Karena, maaf bu sebelumnya. Tubuh Emi menolak susu formula itu."

Mata Ambar terbelalak lebar.

"Anda jangan asal yah Dok. Saya sendiri yang memberikan susu formula pada cucu saya, dan itu baru 3 hari. Itupun karena ibunya sudah meninggal 2 hari lalu. Dan selama hidupnya, menantu saya selalu memberikan ASI pada cucu saya." Tegas Ambar dengan suara yang cukup tinggi.

Kiran menghela napas sejenak. Dia sudah tahu kabar itu.

"Tapi hasil dari laboratorium tidak mungkin salah Bu. Emi mungkin meminum susu formulanya sampai habis, tapi tubuhnya menolak semua itu. Terbukti dengan berat badannya yang menurun juga sistem kekebalan tubuhnya yang menurun drastis. Dia juga muntah muntah dan panas di tubuhnya tidak menurun, untuk memperlejas hal ini, Anda bisa menanyakan langsung pada putra Anda. Tapi sebelumnya harap Ibu mengurus administrasinya dulu, karena Emi harus menjalani rawat inap."

Kiran bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri ranjang periksa yang memang berada dalam ruangannya.

Gabriel yang melihat ibunya datang merentangkan tangannya, "Mah Iel mau mimim cucu."

Kiran sudah tahu akan hal itu, Gabriel selalu minta disusui pada pukul 10 entah karena apa. Tanpa sungkan, Kiran melepas jas dokternya, menyingkap kaus putihnya, lalu menaikkan branya sampai dada kanannya menyembul, dengan antusian Gabriel langsung sigap meminum sumber nutrisinya.

Audy yang duduk di SofaBed berjalan kearah neneknya yang masih duduk melamun. Sedangkan Austin memilih berjalan mendekati Kiran yang duduk ditepi ranjang dengan menyusui Gabriel.

"Nek, Tante Doktel lagi apa ?"

Ambar menoleh kearah yang ditunjukkan Audy, disana dia melihat Kiran sedang menyusui anaknya. Dia sendiri belum melihat bagaimana rupa anak Dokter itu.

"Loh, Audy nggak tahu yah. Itu tante dokternya sedang menyusui anaknya. Mama Audykan juga pernah nyusuin Emi." Jawab Ambar dengan senyum dipaksakan.

"Mama nggak pelnah nyusuin adek Emi. Mama buat susunya pake ail, telus dikasih sama adek Emi."

DEGGGGGG.

Perkataan polos itu sukses meretakkan hati Ambar, jadi apa benar apa yang baru saja dikatakan oleh dokter ? Ambar harus memperlejas ini semua.

Ambar bangkit dari duduknya.

"Dok, bisa saya titip cucu saya sebentar ? Saya harus pulang untuk mengambil beberapa keperluan cucu saya nanti."

Melihat anggukan singkat Kiran, Ambar meminta Austin mendekat kearahnya dengan isyarat tangan. Lalu menggandengnya keluar dari ruangan Kiran.

.
.
.
.

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang