BAGIAN DELAPAN BELAS

21.2K 1.2K 11
                                    

Alvin masih setia duduk disamping adiknya yang sejak semalam belum siuman, hal itu membuatnya khawatir, pasalnya dokter mengatakan bahwa adiknya baik-baik saja. Tapi sampai saat ini adiknya sama sekali belum menunjukkan tanda akan sadar.

Alvin menghela napas kasar, seiring dengan masuknya dua orang pria muda kedalam kamar inap itu.

"Baiknya kamu pulang dulu Vin. Anak-anak kamu nyari kamu dari semalam."

Alvin menoleh keasal suara, dilihatnya sang kakak dengan sepupunya sudah duduk di sofa. "Aku udah hubungi Kiran tadi juga bicara sama si kembar. Mereka ngerti kok, dan katanya nanti siang akan kesini. Mama gimana ?"

"Baik, beliau akan kesini bareng papa nanti."

"Van, kalau kamu ke sini, siapa yang ngurus perusahaan Wiratama ?" Kini Alvin beralih tanya pada sosok sepupu yang datang dengan pakaian santainya.

"Aku mah bebas Bang. Ke kantor kalau cuman ada masalah yang mepet, selebihnya ? Yah udah pasti Bang Kelvin yang urus."

Keadaan kembali hening, tapi tidak dengan pikiran mereka. Terutama Mario, dia tengah berfikir keras siapa pelaku dibalik kecelakaan adiknya, apalagi pagi sekali, tadi dia sempat melihat mobil adiknya yang kini berada di kantor polisi untuk kepentingan penyelidikan. Bagian depan mobil adiknya penyok, dan bagian belakangnya hancu dan menghitam, khas bekas ledakan. Juga rem mobil yang blong.

Tapi apa yang ditabrak oleh mobil adiknya ? Sementara Rio sangat yakin, bahwa ditabrak oleh adiknya itulah yang berhasil menghentikan laju mobil Angel.

Itu yang kini tengah menguasai pikirannya.

"Gimana sama kondisi Angel ?"

"Kata dokter kondisinya membaik, tapi sampai saat ini Angel sama sekali belum siuman." Jawab Alvin.

Dia kini tengah gundah. Perasaan khawatir pada adiknya tak bisa dia hindari. Angel adalah sumber kebahagiaan Haling. Dia satu-satunya putri dari keluarga Haling juga penyemangat keluarga itu kala mereka berada diposisi terendah. Dan kini, melihat Angel tidak berdaya, sama saja melihat kehancuran pada keluarga sendiri.

Vano melihat adik sepupunya yang terbaring lemah itu, memperhatikan pahatan wajah Angel yang sempurna, sampai dia melihat pergerakan pada kelopak mata Angel yang sejak semalam tidak terbuka sama sekali.

Dengan panik dan hebohnya, Vano menepuk kencang punggung Mario yang terduduk disampingnya dengan brutal.

"BANG, Angel Bang, Angel. Matanya Bang, matanya.."

Melihat aksi heboh sepupunya, dengan masih menahan rasa perih di punggungnya, dia melihat secara perlahan, iris mata adiknya terlihat walau tampak sayu. Alvin tak kalah bahagianya, segera dia bangkit dari duduknya, lalu berjalan terburu-buru keluar ruangan untuk mencari dokter.

Mario menghembuskan napas lega, bersama dengan Vano, mereka melangkah mendekati bangkar Angel. Disana, Angel menatap mereka sayu.

"Kak Sofie..."

Meski lirih, nyatanya Rio dan Vano bisa mendengar nama yang dilafalkan Angel dengan lirih dan susah payah.

Menyadari satu hal, Vano mengepalkan tangannya, urat tangannya sampai terlihat saking marahnya dia saat ini. Baru saja Vano akan beranjak meninggalakan ruangan Angel, pintu ruang rawat terbuka, memunculkan Dokter dan diikuti oleh Alvin juga Orang tuanya. Terpaksa, untuk kali ini, Vano mengurungkan niatnya, tapi dia tidak akan mengampuni Sofie, tidak.

Setelah dokter selesai memeriksa kondisi Angel, Ambar tak hentinya menciumi wajah putrinya itu. Dia dilanda panik luar biasa saat mendapat kabar bahwa putrinya mengalami kecelakaan.

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang