EKSTRA PART II

27.2K 1.3K 67
                                    

🍀🍀🍀

Suasana gaduh sudah menjadi kebiasaan di rumah Alvin sejak Emi mulai pandai berceloteh, pagi ini saja gadis itu sudah membuat heboh dengan cerita dongengnya.

"Kemalin kan Emi bobo na di mobil, masih Batu itu, telus Emi banun na di lumah. Itu asing kan, sihil."

Emi masih berceloteh di ruang keluarga dengan daster tidurnya. Tidak memedulikan raut bosan kakak kakaknya saat dia salah menyebutkan kata, tapi mereka sama sekali tidak berniat mengoreksi, yang ada nanti si bungsu itu ngambek dan berakhir dengan tidak mau makan yang tentu saja akan merepotkan ibu mereka.

"Asing ?"

Tapi yang namanya usil yah tetap saja, Gabriel yang memang memiliki sifat usil tentu tidak akan tinggal diam melihat kelakuan  Emi.

Emi menggeleng lucu. "Bukan, Abang. Bukan asing, tapi na asing. A-S-I-N-G." Ujarnya lucu, mengeja kata yang salah, padahal di dengarnya sama saja.

"Iya asing."

Mata Emi melotot lucu, lain halnya dengan si Kembar yang menatap Gabriel penuh peringatan. "Bukanlah, Abang ini di kasih tahu nakal juga." Omelnya, tapi saat mendapati Gabriel yang tertawa, Emi segera beralih meminta di pangku oleh Austin.

"Mas Utin, Abang na nakal." Mata bulat itu bahkan sudah berkaca-kaca. Satu kalimat ejekan saja maka dipastikan dia akan menangis.

"Lagian, orang itu bilangnya amaizing, bukan asing." Ujar Gabriel.

"Emi bilang itu kok." Jawab Emi, menyembunyikan wajahnya pada pundak Austin.

"Yel, udah, nanti nangis loh. Nanti Mas pukul Abangnya. Emi sana sama Mama saja, mandi. Nanti kan mau kerumah nenek, bagi ole-ole."

Mendengar kata bagi ole-ole, tentu saja Emi bergegas bangkit dari duduknya, berjalan dengan gayanya yang bak model kemudian saat tiba di depan Gabriel, dia menoleh dengan gaya angkuh.

"Emi mau pi lumah nenek, kemalin beli ole mau kacih olang. Abang to, Emi nda kasih."

Usai mengatakan hal itu, dia segera berlari memanggil Ibunya meminta untuk di mandikan.

.
.
.

Saat ini keluarga kecil itu sudah berada di mobil yang membelah jalanan Jakarta, Kiran sebenarnya berniat untuk menunda kedatangan mereka, buah tangannya bisa dikirim belakangan. Tapi tetap saja suamunya ngotot, padahal saat ini kondisi Alvin tidak cukup baik. Wajahnya pucat dan pagi pagi sekali dia memuntahkan sarapannya.

Masuk angin, hal biasa saat suaminya itu pulang dari luar kota.

"Atau kita kerumah sakit aja, Mas ?"

Alvin yang bersandar pada pundak Kiran hanya menggeleng lemah. Beruntung sejak menikah dia menyediakan supir, jadinya sat kondisi tubuhnya tidak memungkinkan ada yang membawa mobilnya.

"Gak perlu, nanti di rumah Mama aku bisa istirahat."

"Kenapa bukan Mama yang periksa Papa ? Mamakan dulunya dokter." Celetuk Audy yang duduk dikursi depan.

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang