Disaat semua orang sedang asik bercanda dan sesekali menggoda anak-anak Haling, mereka atau lebih tepatnya Kelvin terkejut dengan siapa yang datang.
"Pagi Om, Tante." Sapa tamu itu.
Ambar yang sedang memangku Emi menengok kearah asal suara itu untuk melihat siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini dirumahnya, apalagi dihari libur seperti ini.
"Sofie..." batin Kelvin, masih tidak bisa mengendalikan keterkejutannya.
Sama halnya dengan Sofie, dia juga amat terkejut melihat siapa yang berada ditengah-tengah keluarga Haling saat ini.
"Kelvin.."
"Loh Sof, kamu kenal sam Kelvin ?"
Pertanyaan Ambar mengundang tatapan heran semua orang disana, bahkan secara bergantian mereka memandang Sofie dan Kelvin.
Kelvin menanggapi pertanyaan itu dengan santai, lain halnya dengan Sofie yang terlihat gugup bahkan wajahnya sedikit lebih pucat.
"Nggak kok Tan, mungkin Sofie ini pernah lihat aku disuatu tempat."
Entah kenapa, mendengar jawaban Kelvin membuat Sofie susah payah menahan laju air matanya, dia sudah terbiasa diacuhkan, tapi entah kenapa, jika yang mengacuhkannya itu seorang Kelvin Leonard Wiratama. Seseorang yang sudah dipujanya sejak dulu.
"Iya Tan, kebetulan aku ada kerjasama sama perusahaannya Pak Leonard. Jadi aku sedikit banyaknya tau tentang Pak Leonard."
Baiklah, Sofie memutuskan untuk mengikuti sandiwara yang sedang dimainkan oleh Kelvin.
"Aku bukan Sofie yang dulu Kelv, kali ini aku nggak akan lemah. Aku akan buktiin sama kamu kalau aku juga bisa tegas dan kejam."
*
*
*Sofie sedang diperjalanan pulang usai dari kediaman Haling. Sebenarnya dia masih ingin berlama-lama disana, masih ingin mengintai keluarga itu, sekiranya ada celah untuk mencelakai mereka, maka Sofie tidak akan melewatkan kesempatan itu. Tapi sayang, hal itu tidak bisa dilakukannya, mengingat saat dirumah itu dia selalu diawasi mata tajam milik Kelvin.
Bahkan kini dia berada satu mobil dengan pria itu.
"Ada beberapa hal yang saya harus bahas dengan nona Swaswirta, jadi kami akan pulang bersama sekaligus membahas mengenai kelanjutan kerja sama kita. Jadi Van, kamu balik duluan aja."
Sofie tertawa sinis saat mengingat kalimat alasan yang diucapkan Kelvin saat mereka akan meninggalkan kediaman Haling.
"Apa kamu akan diam terus seperti ini Tuan Wiratama ? Aku yakin, kamu mau pulang bareng aku pasti ada alasannya kan ?"
Suara Sofie berhasil memecah keheningan yang tercipta sejak tadi di dalam mobil. Tapi hal itu nyatanya tidak mengganggu fokus dan konsentrasi Kelvin pada jalanan yang ada dihadapannya.
Tangan kekarnya masih bertengger pada stir mobil dengan mata yang menatap lurus kedepan, tapi bukan berarti bahwa dia tidak peduli pada sekitarnya.
"Ternyata setelah sekian lama, kamu tambah pintar aja yah ? Aku kira kamu tetep aja bodoh seperti dulu."
Merasa tak terima dengan kalimat sindiran Kelvin, Sofie menatap tajam pada Kelvin yang bahkan sekalipun tak pernah melihatnya.
"Aku nggak bodoh Kelv, aku hanya terlalu cinta sama kamu dulu. Bahkan saking cintanya, aku dibuat buta sama kebohongan kamu."
Cukup sudah. Katakanlah Sofie terlalu bodoh karena mengakui perasaannya pada sosok yang jelas-jelas menolak kehadirannya. Mendengar itu, Kelvin sontak menghentikan mobilnya dengan mendadak. Untung saja jalanan sedang sepi, jika tidak, maka sudah pasti kecelakaan atau bahkan keributan tidak bisa dihindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Cinta yang UTUH [END] ✅
Teen FictionKetika ego yang begitu tinggi menjadi penghalang sebuah kebahagiaan. Ketika cinta yang suci dan tulus membuahkan hasil yang begitu indah. Tidak ada hal yang selalu berakhir bahagia dan tidak ada pula yang selalu berakhir menyedihkan. Percayalah, Cin...