BAGIAN DELAPAN

30.8K 2K 4
                                    

Kini Bulan telah menggantikan tugas matahari. Suasana dimeja makan keluarga Haling tak berbeda jauh dari malam sebelumnya, mencekam dan menegangkan. Khususnya bagi Kiran, jika sebelumnya hanya mata Ambar Haling yang menatapnya tajam. Kini dua pasang mata renta juga turut andil dalam hal itu.

Tentu saja Kiran merasa tidak nyaman. Belum lagi, Nyonya Diana, Nyonya tertua keluarga Haling tak henti hentinya menatap putranya yang duduk anteng disamping si kembar. Meski begitu, Kiran mencoba untuk tetap tenang dan santai, dia harus rilex dan tidak terlihat gugup apalagi takut.

"Orang tua papa nanti akan ikut untuk makan malam di sini, aku tahu kamu nggak akan nyaman, tapi sebisa mungkin kamu harus rilex, jangan biarkan mereka menginjak egomu. Ingat, ada aku dan anak-anak. Kita akan lewatin semuanya sama-sama."

Ucapan Alvin sore tadi paling tidak mampu membuat Kiran merasa percaya diri. Suaminya benar, jika selama setahun lebih ini mereka mampu untuk melewatinya, maka kedepannya pasti akan lebih muda. Meski Kiran tak cukup yakin dengan hal itu.

Selesai makan malam, Kiran berniat untuk ke atas, menidurkan Gabriel juga melihat kondisi Emi yang tertidur pulas. Namun ucapan Tuan besar Haling menghentikan niatnya. Tiba-tiba saja lelaki tua itu mengumpulkan semua keluarga Haling untuk membicarakan sesuatu yang peting. Dan entah kenapa, firasat Kiran dan Alvin berkata bahwa itu akan merugikan keluarga kecil mereka.

"Jadi ini anak dari hasil kebejatan kamu Vin ?" Suara tegas Hartono menggema dalam ruangan keluarga Haling. Bahkan bulu kuduk Fiolin dan Kiran sempat bergeming. Nada suaranya saja seram seperti itu, apalagi jika dia sudah berteriak. Batin Kiran.

Alvin yang ditanya hanya mengangguk malas, dengan kedua tangannya yang menahan pergerakan lincah Gabriel yang duduk dipangkuannya.

"Heh, bisa kakek lihat, wajah anak itu menandakan hal yang tidak baik. Dia pasti hanya akan merusak nama besar keluarga kita. Siapa tadi namanya ? Gabriel Haling ? Cih, bahkan nama Haling saja tidak pantas untuk anak itu."

Tanpa disadari oleh siapapun, hinaan yang keluar dari mulut Hartanto mampu membuat Ambar meneteskan setitik air mata. Dia tidak tahu kenapa, tapi hatinya tiba-tiba terasa perih saat mendengar kalimat itu. Lain halnya dengan Alvin, dia hanya memandang malas pada Kakek juga neneknya. Lalu setelahnya memandang Gabriel yang nampak tidak peduli, anak itu justru menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Alvin.

"Dia memang tidak pantas menyandang nama Haling dibelakang namanya."

DEGGG

Kiran merasa tertohok mendengar hal itu, jadi kasih sayang Alvin pada Gabriel selama ini hanya sandiwara ? Lalu kenapa lelaki itu menyemangatinya tadi ? Banyak pertanyaaan yang bersileweran dalam benak Kiran saat ini. Bahkan dia sudah meneteskan air matanya.

Lain Kiran, lain pula Hartono dan Diana Haling. Mereka justru tertawa senang juga memandang remeh pada Kiran.

"Karena nama itu terlalu kotor untuk anak sesuci Gabriel, bukan hanya Gabriel saja, tapi Austin, Audy juga Emi. Nama itu tidak pantas untuk mereka. Aku bahkan sangat bingung, kenapa nama keluarga yang begitu suci didepan media justru sangat menjijikan seperti ini ?" Kekeh Alvin, matanya memandang sang kakek dengan remeh. Sisi yang mirip dengan sang Ayah, Hermawan Haling.

Kiran menatap Alvin dengan pandangan campur aduk. Jika dengan kehadirannya saja sang tetua Haling marah besar, lalu bagaimana jika dengan ucapan Alvin yang seperti ini ? Kiran yakin, kini dia dan Gabriel sudah pasti tidak akan diterima sampai kapanpun oleh keluarga Haling.

"Mas.." Suara lirih Kiran bahkan tak diidahkan oleh Alvin.

"Kakek marah sama Alvin ? Oh iya, saya lupa, bukankah anda dan istri anda memang tidak pernah menerima keberadaan saya sejak kecil ? Bukan hanya saya saja, tapi juga ibu saya bukan ? Dan penolakan anda terhadap istri juga anak saya sudah bukan hal tabuh lagi."

✅Cinta yang UTUH [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang