Mulai hari ini, tepatnya dua hari setelah pernikahan keduanya, Se Jeong dan Do Young mulai tinggal bersama. Di apartemen yang sudah Do Young tinggali selama kurang lebih 3 tahun ini tepatnya.
Sebenarnya, Do Young sempat bermimpi kalau dia sudah menikah nanti, dia sudah memiliki rumah sendiri. Namun, hal itu belum tersampai karena tabungan yang dia miliki saat ini belum cukup.
Do Young memang seorang direktur, tapi semua itu tak menjamin dia memiliki banyak uang. Malah, terkadang ada masa di saat Do Young merasa masih memiliki beban yang bersangkutan dengan uang.
Hari ini, mereka masih cuti. Dan karena tidak berniat pergi ke mana pun, mereka memilih untuk tinggal di apartemen saja. Ah.. soal bulan madu? Kedua Ibu mereka sudah mempersiapkannya, namun Do Young dan Se Jeong menolak. Dengan alasan tertentu yang membuat mereka enggan menerima tawaran ibu mereka. Keduanya sudah menyepakati hal itu jauh hari sebelum menikah.
Sekarang, mereka sedang duduk di kursi-meja makan. Tengah berdiskusi tentang hal-hal yang akan mereka lakukan. Hmm..
"Jadi, apa yang perlu dibahas dulu?" tanya Do Young dengan bolpoin di tangannya dan buku kecil di hadapannya.
"Soal kamar?" usul Se Jeong.
"Maksudmu, kamar?"
"Kau tidak berpikir bahwa kita akan tidur di satu kamar, bukan? Maksudku, rasanya sedikit aneh." jelas Se Jeong yang tak bisa mengungkapkan perasaannya.
"Jadi, kau sungguh ingin kita pisah kamar?" tanya Do Young. "Aku.. tidak masalah. Lagipula, mungkin kau benar. Walau kita pernah beberapa kali tidur bersama, rasanya tetap aneh. Aku mengerti."
Kemudian, Do Young mengalihkan perhatiannya pada ruang kerjanya yang terkadang dijadikan dirinya sebagai kamar tidurnya sendiri. Sangking lelahnya kembali ke kamar.
"Aku akan tidur di ruang kerjaku. Kau bisa gunakan kamarku." usul Do Young.
"Tidak masalah?"
"Tentu saja. Tapi, bukan berarti kau lepas tanggung jawab. Kau tetap harus menjaga kebersihan. Mengerti?"
"Yak~ sejak kapan aku menjadi jorok. Kau ini.. "
"Baiklah, masalah soal kita tidur sudah selesai. Kemudian.. " Do Young terdiam. Memikirkan masalah apa lagi yang perlu mereka bahas. "Keperluan rumah tangga?"
"Aku tidak yakin."
"Kenapa begitu?"
"Kita sama-sama bekerja. Jadi, apa yang harus kita bahas soal ini?"
Keduanya terdiam sejenak. Membenarkan ucapan Se Jeong barusan, Do Young kembali teringat dengan impiannya dulu. Soal memiliki istri yang 24/7 hanya di rumah. Dan melihat Se Jeong saat ini.. sepertinya, itu mustahil.
Se Jeong tipe orang yang sangat mencintai pekerjaannya. Do Young tahu akan hal itu. Dia ingat ucapan gadis itu dulu. Saat mereka akan memasuki masa perkuliahan.
"Do Young-ah, bisakah aku mendapatkan pria yang mencintaiku apa adanya? Dalam arti, dia tidak mempermasalahkan aku yang gila pekerjaan. Dia tidak mempermasalahkan aku yang kemungkinan takkan banyak di rumah. Apakah.. ini terdengar egois? Pasti iya. Tapi, jujur.. aku mencintai pekerjaanku juga nantinya. Do Young-ah, bisakah aku menemukan pria seperti itu?"
Dan jika Do Young bisa menjawab pertanyaan itu, jawabannya adalah.. tidak. Karena saat ini, Do Young bukan tipe pria yang bisa menerima istrinya nanti lebih memilih pekerjaan daripada keluarga. Hah~ dia harus bagaimana?
"Se Jeong-ah.. " panggil Do Young lirih. "Apa prinsip kau lebih mencintai pekerjaanmu itu.. masih berlaku sampai hari ini?"
Entah kenapa, Se Jeong merasa pertanyaan Do Young berhasil menyinggung perasaannya. Do Young.. dia pria yang tidak suka dengan wanita yang terlalu mencintai pekerjaannya. Se Jeong hapal betul akan hal itu. Maka dari itu, Do Young setia mencintai Jennie dalam diam selama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Fake Soulmate | DoJeong Fanfiction
FanfictionTerikat dalam sebuah pernikahan dengan status perjodohan, kadang menyebalkan dan takkan bertahan lama. Tapi, apa itu juga yang akan dirasakan oleh dua orang ini? Kim Do Young dan Kim Se Jeong. 2⃣0⃣1⃣8⃣ Project Fanfiction of 정키키 Cast : • Kim Do Young...