Keesokan harinya, tepat pukul 7 pagi, seorang Kim Do Young terbangun dari tidurnya. Semalam dia tidur di sofa-ruang tengah. Ini karena Se Jeong yang benar-benar membiarkannya tidur di luar dan kasur di ruang kerjanya sudah dia jual. Ah.. tidak, tidak.. Se Jeong-lah yang menjualnya. Dan dia hanya bisa berpasrah diri saat mengetahui hal itu.
Bolehkah dia sebut istrinya itu menyebalkan? Menjual kasur yang sudah bertahun-tahun menemaninya saat dia terlalu malas gerak untuk ke kamar.
Do Young bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Dia menggedor pintu tersebut berkali-kali sembari menyerukan nama Se Jeong.
"Se Jeong-ah! Sudah jam 7. Bangunlah!" serunya dengan mata yang belum terbuka sempurna. "Kim Se Jeong!"
Tidak ada sahutan. Aneh rasanya. Kalaupun Se Jeong masih tidur, dia akan langsung terbangun dengan gedoran pintu saja. Tapi, apa yang terjadi?
Pada akhirnya, Do Young membuka pintu dan mencari sosok itu. Nihil. Sosok itu tak dia temukan di kasur atau pun sudut ruangan mana pun. Ruangan kosong. Tak berpenghuni. Ke mana gadis itu?
"Apa dia sudah berangkat kerja?" batin Do Young yang tak lama kemudian mulai mencium aroma yang enak dari arah dapur. Do Young pun segera beralih ke dapur.
Tepatnya di meja makan, sudah ada omelet yang tersedia di sana. Sebuah note kecil pun tertempel di dekat piring tersebut. Do Young mengambilnya.
'Iya.. aku tahu aku masih harus banyak belajar. Tapi kuharap kau menghargai masakanku itu. Tenang saja.. rasanya terjamin walau tidak seenak buatanmu biasanya.
Dan soal kemarin, kuanggap kau menyesalinya. Selesai, oke?
Dari Se Jeong.. Selamat pagi!'
"Aku menyesalinya?"
Ditaruhnya kembali kertas berwarna kuning itu. Kemudian menatap omelet buatan Se Jeong. Meraih sendok dan mulai menyantapnya sedikit. Do Young merasakan rasanya. Enak atau.. "Tidak buruk juga." dan kemudian, pria itu tersenyum.
🍃
Jika ditanya apakah Se Jeong sungguh-sungguh tidak ingin menjalani tugasnya hanya sebagai istri di rumah, jawabannya masih sama. Dia masih merasa enggan untuk melakukannya.
Jangan berpikir Se Jeong egois, karena pada dasarnya Se Jeong memikirkan hal itu juga dengan matang-matang. Maka dari itu, dulu dia berharap memiliki pasangan yang ingin menerima 'keadaan'-nya itu.
Bukan karena pasangannya yang sekarang, Do Young, tidak menghargainya. Se Jeong-lah yang merasa tidak enak. Karena dia juga tahu apa harapan Do Young soal pasangannya nanti.
Namun mereka sama-sama terlalu kuat dengan prinsip itu, walau sekarang Do Young terlihat biasa saja dan tetap membiarkan dirinya bekerja.
Mungkin, Ibunya benar soal.. siapa tahu Do Young diam-diam masih memikirkannya. Tidak suka jika dia bekerja juga. Bagaimana pun Do Young sudah menjadi suaminya. Dia harus menerima kenyataan dan kemudian menghadapi konsekuensinya.
Tapi bagaimana caranya memulai? Ini bahkan merupakan topik yang sudah lama mereka tidak bahas lagi. Lalu, bagaimana jika Do Young merasa tersinggung karena dia membicarakannya lagi? Se Jeong benar-benar bingung.
🍃
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun kedua orang itu masih terjaga walau malam semakin larut. Bukan tanpa alasan mereka masih terjaga; Do Young yang masih sibuk bekerja dan Se Jeong yang memilih untuk menemani Do Young.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Fake Soulmate | DoJeong Fanfiction
FanfictionTerikat dalam sebuah pernikahan dengan status perjodohan, kadang menyebalkan dan takkan bertahan lama. Tapi, apa itu juga yang akan dirasakan oleh dua orang ini? Kim Do Young dan Kim Se Jeong. 2⃣0⃣1⃣8⃣ Project Fanfiction of 정키키 Cast : • Kim Do Young...