🍀14 | Like Deja-vu🍀

2.7K 287 51
                                    

  Ibu Do Young masih dirawat di rumah sakit, tentunya. Masih menjalani perawatan sebelum operasi yang cukup besar dilakukan. Masih ada waktu seminggu sebelum operasi itu dilakukan.

  Se Jeong maupun Do Young tidak pernah absen untuk menjenguk Joo Hyun. Entah sendirian atau berdua. Dua orang itu selalu datang.

  Begitu pun hari ini. Gadis itu datang.. tanpa Do Young.

"Kau masih bekerja?"

"Iya.. "

"Kau sudah memiliki Do Young. Untuk apa bekerja lagi?"

"Ibu.. bukankah kita pernah membahas ini? Maksudku, soal aku sudah menikah, ibu berhenti untuk mempermasalahkan aku bekerja atau tidak. Lagipula, aku menikmatinya."

"Kau ini.. tidak menghargai suamimu sama sekali."

"Kenapa Ibu bicara seperti itu?"

"Aduh~ bisakah kalian berhenti bertengkar? Ini di rumah sakit. Apa niat kalian datang ke mari untuk beradu mulut?"

  Benar, Se Jeong datang sendirian. Namun tidak menyangka Ibunya juga datang menjenguk Ibu mertuanya. Dan tak menyangka lagi bahwa Ibunya membahas topik yang sudah lama tidak dia dengar. Namun, walau begitu, dia benci dengan topik ini.

  Apa? Tidak menghargai Do Young? Bahkan, Do Young tak mempermasalahkan soal dia bekerja. Kenapa Ibunya masih cerewet soal hal ini? Se Jeong kira setelah dia menikah, Ibunya benar-benar akan berhenti cerewet. Tapi, tidak juga ternyata. Karena pada akhirnya Ibunya semakin cerewet setelah dia menikah. Buktinya? Setiap pagi dan malam ibunya akan menelpon untuk menanyakan 'kabar' mereka berdua.

"Aku hanya merasa kesal saja. Se Jeong-ah, kau sudah menikah dan kau sudah menjadi tugasnya Do Young soal menafkahi. Ada apa denganmu?" dan untuk kesekian kalinya, Yoon Ah tetap mengomel pada anak tunggalnya itu.

  Se Jeong menghela napas. Mencoba untuk bersabar dan tidak benar-benar berteriak di depan dua Ibunya itu. Hah~

"Ibu.. aku pernah membahas hal ini dengan Do Young. Dan Ibu tahu Do Young menjawab apa? Dia bilang tidak apa. Dia tidak mempermasalahkan soal aku yang bekerja." jelas Se Jeong yang masih berusaha menahan diri. Dia masih menyayangi ibunya itu.

"Itu hanya lisan, bukan? Bagaimana jika diam-diam Do Young mempermasalahkannya? Apa kau tidak memikirkan hal itu?"

  Se Jeong terdiam seketika. Ucapan Ibunya membuatnya berpikir. Berpikir soal apakah benar Do Young tidak mempermasalahkannya? Bagaimana jika benar Do Young sebenarnya masih ada perasaan tidak suka? Do Young pernah bilang bahwa dia ingin memiliki istri yang hanya bekerja di rumah. Berbeda dengannya.

  Joo Hyun yang menyadari atmosfir tidak enak mulai berpikir bagaimana caranya mengembalikan suasana kembali baik. Dia berpikir dengan keras.

"Se Jeong-ah.. tiba-tiba Ibu ingin makan kue brownies. Bisakah kau membelikannya untuk Ibu? Kue brownis di depan rumah sakit ini. Kau tahu, bukan?" Joo Hyun berujar. Kemudian dia mengambil dompetnya untuk memberikan beberapa lembar uang pada Se Jeong.

"Ah.. tidak perlu, Bu. Biar kubelikan dengan uangku sendiri." tolak Se Jeong segera. Berikutnya dia beranjak dari tempat duduknya yang kebetulan duduk di samping ranjang Joo Hyun. Berseberangan dengan sang Ibu.

"Oh.. terima kasih, Sayang." ucap Joo Hyun sembari tersenyum. "Kau masih ingat rasa kesukaan Ibu, bukan?"

"Iya.. "

  Dan setelah berpamitan dengan dua wanita paruh baya itu, Se Jeong segera pergi untuk menuruti permintaan Joo Hyun. Sepeninggalan gadis itu.. plak!

(Un)Fake Soulmate | DoJeong FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang