32

562 100 10
                                    

"gimana seharusnya gue bersikap sama lo?" tanya woojin lagi yang masih belum bisa aku jawab

"han lo punya mulut, jawab gue" ucap woojin dengan nada bicara yang ia tinggikan

Jujur aku bingung dengan situasi ini, aku tidak tahu harus berbuat apa

"gue gak ngerti apa yang lo maksud jin, jadi jangan pojokin gue dengan pertanyaan lo"

"gue suka sama lo, gue cinta, gue sayang. Itu salah menurut lo?"

Mataku membola

"lo bilang rasa lo salah itu artinya cinta gue ke lo salah juga kan? Bukannya alkitab bilang segala sesuatu itu harus didasari oleh cinta? Gue belajar han, gue belajar menyembah tuhan gue dengan benar, gue belajar dikit demi sedikit, buat tau cinta yang sesungguhnya. Biar lo bisa berhenti bilang kalo rasa lo ke gue salah, gue juga bisa taat sama tuhan" ujar woojin

Aku tak mampu menahannya, air mataku turun dari penampungannya. Hingga woojin berinisiatif untuk memelukku. Namun dengan tanggap aku mundur beberapa senti dari posisi awal aku duduk

"bahkan lo untuk gue sentuh aja gak bisa, gimana gue bisa genggam lo, meluk lo, miliki lo"

"lo gila jin--"

"-- persepsi lo juga gila"

"gila? Ck. lo emang beda han, beda dengan sohye yang dengan mudah menyatakan cinta, beda dengan sohye yang mudah untuk gue ganggam. Lo beda, lo terlalu tinggi dengan keyakinan lo"

Bam!

Rasanya sakit, tidak pernah aku berfikir woojin bisa berkata demikian. Jahat bukan? Tapi aku yakin, ini yang terbaik. Allah memelukku erat dengan tamparan keras ini.

Aku yakin, aku percaya, hari ini adalah awal kebahagiaanku untuk benar benar ikhlas melepas dia, yang jelas berbeda dari sudut pandangku

"lo gak bener bener ngerti gue jin, gue kira lo bisa toleran sama gue. Nyatanya engga, gue cinta sama lo tapi gue akui ini salah. Keyakinan kita berbeda, cara kita berbeda, sudut pandang kitapun jauh berbeda. Maka dari berhenti cinta sama gue, karna sekalipun gue gila karna lo gue gak akan menduakan Allah. Gue pamit. Assalamualaikum" kataku sembari keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan keras













----








Nyonya park yang baru saja mengangkat cup cake dari oven terkejut melihat wajah sembab yang tidak bisa aku sembunyikan

"kamu kenapa nak?"

"bersyukurnya eomma bisa merasakan arti perbedaan--"

Kedua alis perempuan paruh baya yang masih terlihat kecantikannya itu mengkerut, menanyakan maksud dari ucapanku

"--Berbeda dengan Jihan dengan aturan yang harus Jihan kerjakan, ini sakit untuk sekarang. Namun tidak untuk nanti. Eomma, pastikan woojin selalu bahagia. Ck haha ini lebay bukan? Jihan pamit. Oh iya, katakan pada Yerim selamat ulang tahun"

Hari ini aku pamit

Assalamu'alaikum Busan -Park Woojin [End✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang