Beberapa kali tubuhku menubruk orang orang yang berada tepat didepanku, untuk mengucap kata permisipun lidahku kelu, aku panik.Dapat aku pastikan Yerim kalang kabut mengikuti langkah lebarku yang terkesan berlari didalam gedung rumah sakit.
"atas nama park woojin pasien kecelakaan yang baru saja sampai" ucapku pada bagian administrasi rumah sakit
"sedang dilakukan operasi diruang operasi lantai ti-"
"khamsahamnidaa" tanpa babibu aku memotong ucapan perawat itu. Lantai tiga, aku segera mempercepat langkah.
Sialnya. Dua pintu lift itu tertutup meski beberapa kali aku tekan, pintu itu tak kunjung terbuka. Ya allah tolong aku. Alhasil aku lebih memilih untuk berlari menuju eskalator daripada harus menunggu. Sementara Yerim terlihat letih dan membiarkanku pergi sendiri.
Tangga demi tangga yang perlahan jalan keatas aku tapaki, doa demi doa aku panjatkan yang terbaik untuk dia, orang yang aku sayang, berharap penuh atas kuasa Allah agar dia selalu dalam keadaan baik.
Hingga tepat dilantai tiga aku melihat Yerim berdiri bersandar sembari menangkupkan tangannya, Yerim berdoa , aku yakin hanya dengan melihat matanya yang tertutup penuh harap pada tuhannya.
Pintu ruang operasi masih menunjukkan lampu merah, operasi sedang berlangsung dan aku hanya bisa pasrah. Haruskan ini terjadi? Aku tidak ingin menjadi hamba yang meragukan atas kehendak tuhan, tapi keadaan memaksaku untuk mengeluh dan mempertanyakan mengapa ini terjadi padaku. Namun bayang bayang bahagiaku dengannya selama ini cukup bisa membuatku bersyukur atas skenario yang Allah berikan padaku.
'woojin, ada tidaknya dirimu ada pada allah. Kamu bisa merencanakan, aku bisa memilih, kita bisa berharap, namun Allah yang berkehendak. Aku ikhlas apapun yang terjadi'
Lagi. Dengan lancangnya air mataku turun.
Selang beberapa puluh menit kemudian nyonya park datang atas pemberitahuan dari yerim, namun tidak dengan sohye. Gadis itu tidak ikut serta datang, barang sedikitpun menanyakan kabar woojin juga tidak.
"sayang, apa kamu yakin woojin didalam sana?" tanya nyonya park dengan nada suara rendah
Aku mengangguk sembari mengusap sisa air mata yang jatuh. Nyonya park memelukku, mengusap rambutku yang tertutup pashmina abu abu. Sampai tangannya berhenti pada punggungku dan menepuknya berirama. Nyaman sekali rasanya.
"nak, berhentilah menangis. Woojin baik baik saja" katanya
"tidak eomma, woojin sedang kesakitan didalam sana" ucapku terbata bata.
"daripada menangisi woojin, apa kamu tidak memikirkan bagaimana keadaan orang tuamu?"
Ucapan nyonya park mampu membuatku melepaskan zona nyamanku saat ini, aku baru berpikir, bagaimana keadaan orang tuaku.
"ah jihan lupa, bagaimana eomma appa? Uri namdongsaeng?" tanyaku beruntun.
Nyonya park tersenyum
"imo-mu dan suaminya sedang menjemputnya dibandara, dan ada sedikit kabar yang akan membuatmu sedikit lega" ucap nyonya park. Aku sempat bingung hingga kedua alisku hampir bertautan.
"park woojin yang sedang didalam ruang operasi bukan orang yang kamu cari, sayang. Park woojin calon suamimu ada diruang perawatan"
Fix. Aku melongo. Apa maksudnya?
"Park woojin kecelakaan, mobilnya ditabrak oleh motor anak SMA tepat dibagian jok kemudi, tangan kiri park woojin patah akibat benturan. Tapi tidak sampai masuk kedalam sana" jari telunjuk nyonya park menunjuk arah ruang operasi.
Ya allah. Malu sekaligus lega.
"jinjja?"
"jeongmal jinjja"
"aa eomma" aku memekik pelan, lantas bangun dari duduk dan kembali berlari untuk menemui dia mmm calon eungg suamiku.
Benar saja, disana. Park woojin sedang asik dengan ponselnya ditangan kanan, tangan kirinya lemah tak berdaya digantung oleh tali yang menggantung dibahunya. Jidatnya diplaster dan dipipi kirinya terdapat beberapa goresan.
Dia manusia yang sedang santai sementara aku menangis untuknya. Menyebalkan.
Aku menghampirinya, dengan wajah khas orang habis menangis. Sadar akan kedatanganku, woojin berusaha untuk duduk.
"kenapa nangis?" tanya woojin.
"dasar cowok gatau diri"
"loh kenapa?"
"pikir sendiri" dan benar saja, ekspresi woojin seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku ingin tertawa tapi habis nangis :(
"gabisa mikir pusing"
"yaudah gausah mikir, aku cuma mau bilang. Mama papa sudah dikorea, dan kamu tau itu. Maka dari itu aku ingin kamu memutuskan, bilang keorang tuaku kamu membatalkan rencanamu akan menikahiku atau bilang saja alibimu gagal menikahiku lalu aku yang akan menyamapikannya pada orang tuaku"
Mendengar penuturanku woojin mengernyit
"apa maksudmu?"
"aku tahu sesuatu yang seharusnya kamu juga sadar diri sebelum mengucap ingin nikah padaku woojin-ssi"
"aku gak ngerti apa maksudmu jihan"
"kamu ayah dari calon bayi kim sohye, betul begitu woojin-ssi?"
Tepat saat itu juga papa membuka pintu kamar perawatan Park Woojin.
- End -
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Busan -Park Woojin [End✔]
Historia CortaAssalamualaikum Busan, Assalamualaikum Park Woojin. -privated Highest rank #7 in PWJ -290918 Cr. July2018