A day pt. 3

605 106 26
                                    

Krieett

Glutak

Aku terkejut ketika pintu kamar Yerim terbuka, Yerim sudah berdiri didepan pintu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Jangan lupa tangannya yang masih menempel digagang pintu karna posisinya yang sedang membeku

"kak"

"eh? Kenapa?" tanya ku

"bener kak Jihan mau pergi?"

Aku sempat diam beberapa saat sebelum mengangguki pertanyaan Yerim

"kenapa?"

"kak Jihan udah ketemu sama tante Heegi, jadi gak seharusnya gue masih disini?"

"gue gak percaya"

"tante gue udah didepan loh" kataku

Membuat Yerim bergegas menutup pintu kamarnya dengan kasar dan sepertinya gadis bersurai sebahu itu pergi kedepan.

Seperti dugaanku, ketika Yerim balik kekamar dia memelukku erat

"kak, Yerim mohon. Jangan pergi" ucapnya penuh harap, tangan proporsionalnya memeluk erat tubuhku

"kak Jihan bukan pergi jauh, masih satu kota. Hanya beda district" kataku menenangkan

"gue gak percaya lo kak. Bisa aja kan lo pulang ke Indonesia tanpa ngomong ke gue. Terus gue harus gimana kalo butuh lo buat teman cerita"

Aku tersenyum penuh ide "video call" ucapku. Sontak Yerim menatapku geram

"Yerim marah kak" katanya merajuk.

---

Selesai dengan urusan koper dan barang bawaan aku segera menuju ruang tamu, nyonya park juga baru saja tiba, tante Heegi sudah masuk kedalam dan park woojin yang masih duduk diam, manik matanya menatap tajam kearah vas bunga kecil ditengah meja ruang tamu

"eommaaa" aku menghampiri perempuan itu dan memeluknya erat

"berjanjilah satu hal nak" ucapnya

"janji Jihan untuk sering berkunjung eomma" kataku, namun perkataanku itu mendapatkan balasan tajam dari mulut woojin

"yang dateng bakal pergi, jadi pergi aja gak usah pake segala janji kalo lo gabisa nepatin" woojin bangkit dan melenggang masuk kedalam rumah. Enggan untuk melihatku pamit dari kediamannya

Bahkan sampai kakiku hengkang dari rumah ini, aku tidak mengucapkan salam perpisahan untuknya yang menemaniku selama satu bulan di Busan.

Hanya ada senyum hangat dari tuan park, pelukan erat dari nyonya park, dan tangis perpisahan dari park yerim. Tidak ada satupun yang bisa aku jadikan alasan untuk merindu. Sebab hadirku terasa tabu, terbukti dengan sikapnya yang tak terdefinisi, gelap dan kelabu.

Hal yang amat aku sayangkan :"



---

Awthor pov

Woojin lebih memilih untuk tidak melihat Jihan pergi, entah karena apa hatinya ingin menahan gadis itu pergi, namun otaknya masih bisa menalar.  'untuk apa gue tahan? Tujuan awal dia kan emang mau cari tantenya' pikir woojin

Tapi tetap saja, hatinya tidak terima. Pikirannya itu malah menambah beban berat dihatinya.

Tangan lunglainya yang sudah menggenggam ujung knop pintu woojin urungkan seraya manik matanya menatap sticky note pink dengan gambar dua kelinci putih diujunh bawah sebelah kanannya





Rencana Allah akan jalan hidup gue begitu sempurna jin, gue diberi cobaan dicopet dan diberi nikmat bisa ketemu lo, bisa liat lo senyum tiap hari, dan lo yang bantu gue cari tante.
Allah sungguh penulis skenario yang handal jin, qodar baiknya indah, tidak sebanding dengan qodar buruk yang menimpa gue. Tapi nyatanya gue kurang mensyukuri hal itu, gue enggan pergi dari rumah ini dan enggan jauh dari lo. Bahkan gue enggan menyangkal bahwa gue menyimpan rasa yang salah.

Udah ah.

Gue pamit. Jangan lupa beribadah. Kenali tuhan lo dan sembah dia dengan cara lo, maka lo paham arti cinta yang sesungguhnya.

Jihan.

Assalamu'alaikum Busan -Park Woojin [End✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang