Matahari baru menyapa penghuni bumi. Burung-burung mulai bercengkrama. Seorang pemuda berkulit kecoklatan sedang membawa kantung-kantung hitam. Keluar lah Ia dari pekarangan rumahnya menuju tempat sampah di seberangnya.
"Selamat pagi, buang sampah juga?" Sapa seseorang di sebelahnya. Suara yang tidak asing bagi pemuda itu. Ia menoleh untuk memastikannya.
"Hyu...ng.... Sedang apa di sini?" Pemuda itu kaget melihat seseorang yang hanya di lihatnya di sekolah.
"Aku membuang sampah. Ahhh.. kamu jarang keluar selain sekolah yah. Kamu ga tau Aku tinggal di sebelah?"
Dia memang baru tinggal di sini, beberapa bulan tapi dia tidak menyadari kakak kelasnya tinggal di sebelah.
"Ah... Minhyun . Pagi-pagi udah buang sampah" dari kejauhan pemuda lain menyapa.
"Daniel tumben udah bangun" Jawabnya.
"Ya, laper. Mau cari makan. Ibu belum masak kalo jam segini. Woojin mau sesuatu" . Katanya sambil mengacak-acak rambut Woojin.
"Aku titip Ramnyon yang biasa yah". Minhyun menyambar.
"Ok. Woojin apa?" Daniel bertanya kembali.
"Aku sama dengan Daniel Hyung" jawabnya.
"Kalau begitu, Aku tunggu kita menunggu dirumahku yah" . Minhyun langsung menarik tangan Woojin.
Woojin pun pasrah mengikuti teman Hyung nya itu.
************
Rumah Minhyun lebih luas 2 kali lipat dari rumahnya. Bahkan Ia punya kolam renang. Kehidupannya jauh berbeda.Mereka duduk diruang keluarga. Di sana mereka ditemani dengan TV besar. Woojin merasa canggung dengan semua itu, tiba-tiba Minhyun berdiri meninggalkan Woojin sendiri.
Woojin yang sangat canggung langsung memegang remote TV disebelahnya. Ia mengganti-ganti channel TV untuk menghilangkan kecanggungan nya.
"Berhenti, kau membuat ku pusing. Mengganti-ganti channel seperti itu."
Dari belakang seseorang menegurnya. Di lihatnya lah orang tersebut. Orang itu bukanlah Minhyun atau Daniel. Ia tidak mengingat namanya tapi Ia mengingat wajahnya. Orang itu pemuda yang ditemuinya di lorong sekolah, yang waktu itu menabraknya.
"Berikan remote nya" Pinta orang tersebut sambil menjulurkan tangannya. Woojin sang tamu hanya bisa pasrah memberikan remote nya. Dia pun duduk di dekat Woojin.
"Kau siapanya minhun hyung, jarang sekali Dia membawa temannya ke rumah."
"Aku adiknya Kang Daniel" Jawab Woojin. Walaupun Dia bukan adik kandungnya, tapi sepupu juga adik kan.
"Hmmm, Aku tidak mengingatnya." kata Guanlin sambil memutarkan bola mata ke atas tanda berpikir. Ia mendekatkan muka nya ke Woojin, ingin melihat wajahnya lebih jelas. Jarak muka nya dengan Woojin hanya berkisaran 10 cm. Woojin pun menjauhkan badannya dari Guanlin sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, tapi Guanlin malah makin mengikuti pergerakannya membuat jarak mereka tidak berubah.
"Kau ... Pernah tinggal di sini?" Tanya Guanlin
" Hah!" Woojin bingung dengan perkataan Guanlin.
"Cih, Kau tuli yah, atau pura-pura tidak tau. Kau yang waktu itu bersama Jihoon kan. Aku ingat, anak dekil dari desa. Kau selalu ingin mengadukan sikap ku ke orang dewasa , Iya kan?"Woojin masih mengolah pikirannya. Ia memang pernah menginap di sini, itu pun tidak lama, akan tetapi untuk orang tersebut dan segala yang Dia katakan . Woojin tidak mengingat satu pun.
"Aku tidak tau maksudmu, sungguh" Jawab nya dengan polos.
"Kau ... Ini ..." Guanlin menjadi geram. Ditengah-tengah perdebatan mereka, Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. 'Sepertinya itu Hyung' benak Woojin berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage Next Door
RomanceLai Guanlin, pemuda imut dan manis di mata semua orang, tetapi tidak untuk Woojin. Ia selalu mempergoki sisi bejat nya Guanlin dan kali ini parahnya Guanlin akan mempermainkan hidup sepupu nya Jihoon. Woojin yang merasa berhutang budi dengan Jihoon...