Sama

310 53 9
                                    

Suasana di sekolah masih sangat sepi. Dua orang pemuda berjalan perlahan di tengah-tengah lorong.

"Woojin, apa kau benar tidak apa-apa? Kau masih bisa istirahat satu hari lagi" kata Daniel dengan wajah cemas mengingat adiknya yang habis pingsan kemarin.

"Mwoya Hyung? Aku tidak sakit. Kemarin itu hanya karena kecerobohan ku. Kau tak lihat aku baik-baik saja?" Kata Woojin dengan wajah ceria. Daniel tersenyum tipis. Mengelus kepala Woojin dan berkata.

"Baiklah. Kau jangan terlalu memaksakan diri"

Pemuda Tan itu hanya mengangguk. Menuju ke kelasnya. Daniel mengikutinya masuk ke kelas.

"Hyung? Kelasmu di sana"
"Aku ingin melihat kelasmu"

Woojin mendelik was-was. Mengingat mejanya banyak coretan perkataan kasar. Ia takut Daniel menjadi marah melihat kelakuan teman sekelasnya. Sudah cukup dengan keributan. Ia tak ingin melibatkan seseorang lagi ke dalam masalahnya.

Betapa terkejutnya Woojin ketika melihat mejanya sudah bersih. Lee Daehwi? Apa dia yang membenahi mejanya.

"Kelasmu cukup bersih" kata Daniel mengomentari. Seperti nya Woojin baik-baik saja. Ia pun kembali ke kelasnya.

Daniel keluar tepat ketika Daehwi masuk. Daniel berhenti sejenak. Melihat Daehwi menghampiri Woojin. Mengamati mereka. Dari tingkah nya mereka terlihat akrab. Ia pun pergi ke kelasnya.

"Hyung... Maaf" lirih Daehwi.

"Untuk apa?"

"Apa kau belum sadar kemarin aku yang beri obat?" Tanya Daehwi.

"Aku tau. Aku melihatnya di lokermu" jawab Woojin santai.

"Kenapa? Ketika kau sudah tau kau malah meminum kopi lagi. Seharusnya kau juga berhenti dari pertunjukan. Apa kau sebegitu ingin mati?" Tanya Daehwi. Woojin pun memandangnya.

"Aku belum ingin mati. Tapi, aku sudah berjanji. Aku ingin menepatinya walaupun nyawaku jadi taruhannya" jawab Woojin pandangannya menjadi serius.

"Hyung jangan berkata seperti itu" kata Daehwi.

"Aku serius. Jika di lain waktu kau harus membunuhku aku tak keberatan. Lakukanlah. Jika kau pikir itu bisa menyelesaikan masalah ini. Aku mengerti perasaan mu. Kau merasa berkewajiban mengembalikan Jinyoung seperti semula tak ingin membuatnya tambah terluka. Aku pun seperti itu dengan Guanlin.

Kau bisa melakukan apa saja yang kau butuhkan. Tidak apa mengorbankan ku. Tapi, tolong lindungi yang lain.

Aku ingin semua ini cepat selesai. Aku sudah lelah." Wajah Woojin memelas. Daehwi jadi takut. Ia juga ingin mengakhiri ini. Tapi, masalah ini seperti benang kusut. Andai ada mesin waktu. Ia ingin kembali ke keadaan dimana masalah ini di mulai.

*****

"Woojin Hyung. Apa yang kau lakukan disini" tanya Guanlin melihat Woojin telah berada di depan kelasnya. Tanpa bicara ia menarik Guanlin ke tempat lain.

Sebuah taman di belakang gedung sekolah. Pagi hari jarang orang yang berada di sana. Guanlin pun bingung dengan tingkah Woojin.

"Maaf" kata Woojin.

"Pttth ...haha...Mwoya? Woojin Hyung kenapa maaf?" Kata Guanlin pandangannya meledek.

"Aku belum mengingat semua. Tapi, aku sudah mendengar ceritaku dari Niel Hyung. Maafkan aku. Aku yang tak mengerti perasaanmu. Memaksakan prinsipku tanpa tau kondisimu. Banyak hal yang lain" kata Woojin. Ia pun memegang pipi Guanlin dan melanjutkan perkataannya.

Savage Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang