Langit malam dipenuhi dengan bintang-bintang yang berkilauan. Seorang pemuda berkulit kecoklatan memandangi bintang itu. Wajahnya terlihat sendu sekali.
Menjijikkan
Homo
HomoPemuda itu menghela napas panjang. Ia teringat perkataan yang sering di dengarnya belakangan ini. Ia pun memukul-mukul wajahnya kemudian tersenyum.
"Woojin kau tak boleh kalah. Kau harus menghadapinya. Besok kompetisi dance yang di tunggu-tunggu. Kau harus fokus pada itu saja."
Katanya kepada dirinya sendiri. Ia pun menarik selimut yang ada di dekatnya. Berbaring mencoba untuk tertidur. Berbalik ke kanan dan ke kiri. Memejamkan matanya dengan erat akan tetapi ia masih belum juga bisa tidur.
10 menit
30 menit
60 menit
120 menitIa masih berputar-putar di tempat tidur akan tetapi ia tak mau terjaga. Ia pun menghela napas panjang. Bangun dari tempat tidurnya. Duduk di meja tempatnya belajar. Mengambil sebuah buku dan pulpen. Ia pun mulai menulis.
Jihoon aku sangat kangen denganmu. Dengan suasana kita seperti dulu. Dengan bercanda kasar kita. Dengan senyum manismu. Aku sangat merindukannya.
Aku tak tau apa yang kulakukan di masa lalu. Aku tak mengingatnya. Bahkan sebagian ingatan tentang Ibu dan Ayahpun aku tak mengingatnya.
Tapi.. aku meminta maaf pada kalian yang telah ku sakiti. Minhyun Hyung, Guanlin aku minta maaf.
Minhyun Hyung aku minta maaf karena aku, kau menjadi terhina. Aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin menghapus perasaan itu.
Guanlin apa ini belum cukup juga. Kau boleh menghinaku dan menyakitiku. Tolong jangan lukai orang lain lagi. Terutama dirimu sendiri.
Maaf....
Woojin pun menguap, tak sadar ia tertidur di mejanya. Setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya. Mengalir melalui pipinya. Jatuh di buku yang tadi ia gunakan.
"Maafkan aku" lirihnya.
*****
Tring
Tring
TringSuara jam weker membangunkan Woojin. Ia pun langsung melihat jam tersebut. Jarum jam menunjukkan Pukul 07.30. Woojin pun tersentak dan bangun. Segera ia masuk ke kamar mandi dan bersiap. Setelahnya ia langsung lari menuju pemberhentian bus.
Tepat di depan matanya. Bus tersebut pergi. Ia berlari mengejar bus tersebut. Memanggil-manggilnya. Apalah daya bus tersebut terus berjalan. Napasnya tersengal-sengal.
Woojin berjalan dengan lemas. Mengatur nafas. Ia pun berlari. Entah dirinya bodoh atau pekerja keras. Ia berlari menuju pemberhentian bus selanjutnya berharap di sana masih ada bus yang berhenti.
Dengan bersusah payah, ia pun sampai di pemberhentian bus itu. Naas kakinya tersandung batu, membuat nya tersungkur kesakitan. Ia pun terhenti sejenak. Kemudian berjalan menuju tempat duduk yang terdekat. Belum sampai lima menit ia duduk. Bus tersebut telah datang. Segera ia menaiki bus itu.
Bangku-bangku di dalam bus telah memiliki pemilik. Terpaksa ia berdiri. Menahan perih di lututnya akibat dari benturan tadi.
Woojin sampai di sekolah tepat ketika bel masuk berbunyi. Hari yang begitu berat untuknya. Ia pun masuk ke kelasnya. Seluruh penghuni kelas langsung berbisik melihat kedatangannya. Pandangan mereka menusuk. Woojin hanya dapat tertunduk berjalan dengan cepat ke kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage Next Door
RomantizmLai Guanlin, pemuda imut dan manis di mata semua orang, tetapi tidak untuk Woojin. Ia selalu mempergoki sisi bejat nya Guanlin dan kali ini parahnya Guanlin akan mempermainkan hidup sepupu nya Jihoon. Woojin yang merasa berhutang budi dengan Jihoon...