Manito

423 59 10
                                    

Waktu itu salju turun lebat. Hari natal telah tiba. Minhyun dan Guanlin kecil bermain di kediaman Park. Mereka sedang asik dengan menebak kado apa yang ada di dalamnya. Guanlin bergabung dengan Jihoon dan Woojin sementara Minhyun menghampiri Daniel.

"Kau sedang buat apa?" Tanya Minhyun.

"Ini kotak nama. Kita akan bermain Manito" kata Daniel.

"Manito?" Minhyun heran belum pernah mendengar hal itu. Guanlin, Jihoon dan Woojin menghampiri mereka. Penasaran dengan yang mereka lakukan.

"Apaan ? Apaan? " Tanya Jihoon.

"Dengar semuanya. Kita bermain Manito. Ambil salah satu nama di sini. Jangan beritahu siapapun. Kita akan melindungi orang itu mulai saat ini. Kita akan menebak siapa Manito kita di tahun baru. Guanlin ingat! Jangan di beritahu"

Minhyun mengambil kertas berisi nama itu. Ia pun membukanya. 'Woojin' sekilas Minhyun melirik Woojin. Membuat anak itu menoleh merasa ada yang memperhatikan. Minhyun tersenyum-senyum. Ia senang dengan nama yang keluar.

Sedangkan Guanlin cemberut. 'Jihoon Hyung' ia berharap ia mendapat Woojin. Ia agak takut dengan Jihoon. Hari pertama mereka bertemu Guanlin langsung memeluknya karena Jihoon manis. Jihoon pun menghajar bagian perutnya dengan sangat keras. Ia agak trauma dengan hal itu.

Guanlin melihat yang lain. Woojin hanya tersenyum-senyum. 'Siapa yah Manito Woojin Hyung? Apa itu aku?'. Terka Guanlin. Ia sangat penasaran dengan hal itu.

Guanlin sadar akan sesuatu Minhyun dari tadi sering melirik Woojin.

'ah~ jadi Minhyun Hyung' gumamnya kecewa. Entah mengapa ia sangat tak suka jika itu Minhyun. Siapa saja boleh asal jangan Minhyun. Ia agak sedikit jengkel.

******

Drrrrr... Drrrrr..

Suara getar ponsel membuat orang yang berada di dekatnya risih.

Drrrrr...Drrrrr...

"Daniel kenapa meninggalkan ponselnya disini sih?"

Orang itupun mengangkat ponsel tersebut. Dilihatnya sebuah pesan masuk dari layar ponsel.

Woojin
Hyung aku ada di UKS
Jemput aku

"Woojinie.." lirihnya

***

Ruang UKS sangat sepi. Semilir angin sepoi-sepoi membuat orang yang berada di sana merasa mengantuk. Mata Minhyun menjelajah ke seluruh ruangan. Seorang pemuda Tan telah berbaring dengan tenang di sana.

Minhyun pun tersenyum. Ketika ia berjalan menghampirinya. Dilihatnya rak tempat obat-obatan berantakan. Seseorang mengambil obat tersebut dan tak mengembalikan keadaan semula. Minhyun yang sangat suka rapi pun memperbaiki nya.

Ia kembali berfokus pada pemuda Tan itu. Ia pun menaruh tas di dekatnya. Mengelus rambut pemuda itu. Keringat pemuda itu bercucuran di kulit tannya. Ia sangat berbeda ketika sadar. Ia terus bergerak, kadang panik, marah, tertawa. Ekspresinya yang beragam membuat Minhyun kagum terkadang juga gemas dengannya.

Minhyun tertawa-tawa kecil mengingat kejadian itu. Anak itu selalu membuatnya bahagia. Tapi, sekarang ia terlihat berbeda.

"Kau sudah dewasa Woojinie. Aku masih ingin melihat Woojinie yang dulu. Waktu berlalu cepat"

Minhyun mengelus-elus kepala pemuda itu. Pemuda itu sedikit bereaksi. Matanya semakin merapat. Kedua alisnya beradu. Seperti ketakutan akan sesuatu.

Savage Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang