Two Part

354 54 3
                                    

Gelap sangat gelap. Hal itu yang tergambar oleh Woojin saat ini. Ia berjalan dengan hati-hati dikegelapan itu. Sebuah cahaya terlihat di ujung dari tempatnya berdiri. Perlahan Ia mempercepat gerakan kakinya, Ia ingin segera keluar dari kegelapan itu.

Seseorang terlihat di tengah-tengah cahaya. Terlihat punggung yang dikenalnya, akan tetapi cahaya itu menutupi wajahnya. Perlahan orang tersebut menoleh ke arahnya.

Jihoon?

Woojin bergumam. Jihoon tidak merespon akan tetapi Ia tersenyum. Woojin menghampirinya, semakin Ia mendekatinya semakin Jihoon menjauh. Ia pun berlari kecil untuk dapat mengejarnya. Ketika jarak mereka cukup dekat, Woojin menggenggam tangannya agar Jihoon tak lari lagi. Ketika di sentuh seluruh tubuh Jihoon menjadi asap hitam. Sontak Ia melepas pegangan tersebut, kemudian Ia menjauhinya perlahan. Kumpulan asap hitam mengelilingi tubuhnya, Ia tak dapat bergerak.

Woojin...

Woojin...

Katanya. Jihoon pun memeluknya, Ia dapat merasakan air mata yang membasahi punggungnya semakin lama pelukannya semakin kuat sehingga membuatnya sesak. Kemudian Ia merasa tubuh Jihoon semakin besar.

"Pembohong"

"Guanlin?"

Woojin mengenali suara itu . Kemudian pelukannya semakin erat hingga beberapa tulangnya terdengar patah.

Ahhh

Teriaknya kesakitan. Ia hampir tidak bisa merasakan tubuhnya.

"Aku akan membuatmu merasakan yang ku rasakan" Lanjutnya.

Woojin... Woojin Hyung.

Woojin terhentak. Ia kaget. Tubuhnya berkeringat dan nafasnya tersengal-sengal.

"Kau mimpi buruk?" Tanya seseorang yang di depannya. Ia memandang orang itu sebentar. Kemudian Ia tertunduk, mengatur nafas. Setelah nafasnya membaik. Ia menatap orang tadi dan menggeleng. Orang tadi hanya menghela nafas panjang sulit sekali baginya untuk menjadi orang terdekat Woojin.

"Hyung sudah makan? Tumben tidak ke kelas sebelah?" Tanyanya.

"Aku lagi mau disini? Kau bagaimana Daehwi?" Woojin balik bertanya.

"Aku bawa makanan, ayo kita makan bareng"

Woojin pun tersenyum. Ia sedikit memikirkan mimpinya tadi. Ia sedikit khawatir, terutama dengan Jihoon. Kata-kata tadi terus terngiang di kepalanya. Hal yang dikatakan Guanlin malam lalu sampai terbawa ke dalam mimpinya. Ia takut kejadian di mimpinya merupakan pertanda buruk.

*******
Di kelas yang lain. Biasanya manusia-manusia itu sangat berisik sampai mengganggu tetangga. Berbeda dengan hari ini. Mereka makan dengan tenang, hanya suara dercapan dari mulut Jihoon yang terdengar dengan nyaring. Ia sedang sangat kesal.

"Jihoon Hyung makannya pelan-pelan" Ujar Guanlin.

Pemuda manis itu malah semakin mempercepat gerakan mulutnya hingga menimbulkan suara yang lebih keras. Pemuda yang disampingnya menjadi risih. Ia pun meraih muka Jihoon, memegangnya erat sehingga mengerucutkan pipinya.

"Jihoon-ah bisa kah Kau makan dengan tenang"

Puuuih...

Makanan Jihoon keluar dari mulutnya akibat dari pipinya yang terlalu di kerucutkan.

"YA!!! Dasar Jorok!!!"

"Salah Minhyun Hyung sendiri, Kau terlalu erat memegang pipiku.
Dan Juga ....
dimana Park Woojin!!!
Sudah seminggu ini Dia tidak kesini."
Sentak Jihoon kesal. Ia sampai berdiri dan menggebrak mejanya sehingga membuat yang lain terkejut.

Savage Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang