Udara terasa sejuk, pepohonan mulai terkena sinar matahari. Burung-burung sudah mulai menyapa. Sekolah masih sangat sepi. Seorang pemuda dengan kulit kecoklatan dan rambut senada dengan kulitnya berlarian di koridor sekolah.
Ia menuju sebuah ruangan terpojok di lantai satu. Ia pun membuka pintunya. Di sana sudah terdapat pemuda yang telah bercucuran keringat.
"Selamat pagi, Woojin Sunbae" sapanya.
"Bae Jinyoung. Dimana Jihoon?" Tanya Woojin.
"Ia masih di rumahku. Guanlin sedang membangunkannya, sulit sekali membangunkannya" Jinyoung menjelaskan.
"Kenapa kau disini?" Tanya Woojin.
"Aku latihan. Dari semalam pun aku sudah membuat kesalahan jadi aku latihan disini" jawab Jinyoung.
Woojin hanya menatapnya penuh curiga. Ia pun menuju ke ruang ganti. Setelah dari ruang ganti di lihatnya Jinyoung yang latihan dengan sangat serius. Ia membuat kesalahan yang sama dari tadi. Woojin pun geram melihatnya.
"Biar ku lihat" Woojin meminta smartphone yang dari tadi menjadi panutannya.
Woojin memperhatikan gerakan dari video tersebut. Ia mempraktekkannya. Jinyoung memperhatikannya dengan serius.
"Kau salah di bagian ini dan ini" jelas Woojin. Jinyoung hanya mengangguk. Ketika ia mau mengambil smartphone dari tangan Woojin. Tangan mereka bersentuhan. Sontak Woojin kaget dan melepas smartphone nya. Mereka saling menatap. Jinyoung pun menunduk dan membungkuk minta maaf. Mengambil smartphone nya dan menjauh dari Woojin.
Woojin pun merasa bersalah dengan kejadian tersebut.
"Jinyoung.. maaf" katanya sambil mendekati Jinyoung.
"Tidak apa-apa Sunbae. Aku sudah biasa" jawabnya singkat.
"Apa kau benar gay?" Tanya Woojin frontal.
"Ye" jawab Jinyoung sambil mengangguk.
"Apa kau menyukai Jihoon" tanya Woojin lagi. Sesaat Jinyoung diam dan tertunduk. Ia tak dapat menjelaskannya.
"Aku...aku.. me..nyukainya" lirihnya. Woojin terkejut dengan pernyataannya. Ia tak bohong sama sekali.
"Tapi, aku tau Jihoon Sunbae menyukai perempuan. Aku tak punya kesempatan. Tolong Woojin Sunbae jangan mengatakan padanya. Ini hanya akan mempermalukan diriku" tambah Jinyoung.
Guanlin tidak berbohong. Hanya saja konteks berbahayanya sangat berbeda dengan Guanlin. Ia takut Jihoon terpikat dengan Jinyoung. Mengingat pemuda itu sangat tampan. Woojin jadi mengerti bagaimana perasaan Guanlin. Hatinya menjadi tak nyaman dengan semua ini.
"Kalau begitu jangan mendekatinya. Jihoon terlalu baik terkadang ia tak tega menolak seseorang"
Woojin menatapnya serius. Jinyoung terkejut mendengar hal itu. Ia pun terkekeh tapi terdengar sedih.
"Ha...ha..ha sunbae. Bahkan aku tak dekat dengannya. Kau sudah ketakutan seperti itu. Aku tau aku menjijikan. Tapi, apa aku tak boleh jatuh cinta?" Kata Jinyoung tatapannya sangat sangar membuat Woojin merinding. Ia seperti menembus pemikiran Woojin.
"Aku tak keberatan disukai olehnya"
Jihoon mengatakannya sambil mendekati Jinyoung. Dengan tangan berada di kantong jaketnya. Ia seperti seorang berandal. Tudung jaket yang dipasang di kepalanya menghilangkan kesan manis di wajahnya.Guanlin mengikuti dibelakangnya. Woojin terkejut dengan kehadiran Jihoon.
"Gay atau apapun. Kau tak berhak melarang seseorang jatuh cinta" kata Jihoon melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage Next Door
RomanceLai Guanlin, pemuda imut dan manis di mata semua orang, tetapi tidak untuk Woojin. Ia selalu mempergoki sisi bejat nya Guanlin dan kali ini parahnya Guanlin akan mempermainkan hidup sepupu nya Jihoon. Woojin yang merasa berhutang budi dengan Jihoon...