Seorang pemuda berkulit kecoklatan berjalan di sebuah lorong yang sepi. Ia berhenti di salah satu ruangan dengan dua daun pintu. Di buka nya pintu itu secara perlahan.
Crekkk
Di sana terdapat ruang penuh dengan rak-rak kosong. Di tengahnya terdapat meja panjang dengan beberapa bangku. Di bawah salah satu bangku terlihat seorang pemuda lain yang duduk lemas tak sadarkan diri.
"Guanlin" kata pemuda Tan itu. Ia pun menghampiri pemuda yang pingsan itu. Samar-samar pemuda bernama Guanlin dapat melihat seorang di depannya.
"Guan.....Bang...un..." Suara pemuda Tan itu terdengar samar. Kesadarannya memudar. Guanlin mencoba memfokuskan matanya kembali.
"Woojin... Hyung" lirihnya.
"Guanlin. Apa kau dapat mendengar suaraku" kata Woojin. Tiba-tiba Guanlin memeluk Woojin. Membuat pemuda itu kaget."Hyung..Hyung...Hyung" panggil pemuda itu berkali-kali. Pelukannya semakin erat sepertinya ia sangat ketakutan.
"Hyung.. jangan pergi... Hyung.. Aku tidak ingin kau pergi. Memang aku sangat sakit dengan keberadaan mu. tapi, aku tak ingin kau pergi. Aku....Aku sangat senang dengan kita yang sekarang. Aku... Tidak suka dengan kedekatanmu dan Minhyun Hyung. Kenapa kau selalu lebih bahagia dekat dengan nya.
Aku... Sadar waktu itu aku salah. Akan tetapi, aku malah menyalahkanmu. Aku benci ketika kau berada di pihak yang lain. Aku.. benci dengan kau yang memihak ibu.
Aku sangat menyayangimu"
Woojin pun terkejut. Tangan Guanlin menjalar ke dalam bajunya.
"Guanlin.. hentikan"
Guanlin mendengus leher Woojin membuatnya lemas. Tangan Woojin berusaha menarik sesuatu yang terdekat dengannya. Punggung Guanlin menjadi sasarannya. Ia memegangnya erat sampai kerutan terlihat di bajunya.
Guanlin pun menjilat dari telinga perlahan menuju lehernya. Mengelus punggungnya. Tangannya semakin turun ke bawah. Menyelip di antar celananya.
"Ya!Guanlin ....Guanlin.. stop!" Teriakan Woojin semakin histeris. Ia merasakan tubuh Guanlin yang panas. Keringat Guanlin menempel pada kulitnya. Woojin menjadi merinding.
Guanlin memainkan bagian belakang Woojin. Tubuh Woojin yang lemas membuatnya agak mundur sampai hampir berbaring. Guanlin melepaskan pelukannya. Menatapnya sedih. Tatapannya tidak fokus. Seperti di pengaruhi obat.
"Kenapa ... Tzuyu... Kenapa kau memilih Minhyun Hyung. Setelah semua yang kulakukan"
Guanlin berbicara tidak karuan. Woojin pun mendorongnya menjauh. Tapi , bukannya mereda. Guanlin semakin marah.
"Ini semua karena mu. Jika kau tidak melakukan ini. Hidupku akan baik-baik saja. Aku benci dirimu!" Katanya sambil telungkup.
"Guanlin tenang lah... " Woojin agak panik. Ia pun berlari menuju pintu tadi.
"Pintunya terkunci" kata Woojin sambil menggerakkan pintu. Dari belakang seseorang menghampiri nya. Pemuda bermuka kecil dengan tubuh yang lebih tinggi darinya.
"Woojin Hyung mau kemana. Apa kau ingin meninggalkan Guanlin dalam keadaan seperti itu"
"Minggir Jinyoung. Aku ingin menolongnya maka dari itu aku harus keluar"
"Kau ingin kabur bukan. Seperti yang kau lakukan dulu. Kau meninggalkan Guanlin pada Ibunya. Membiarkannya tidur di tempat dingin tanpa makan dan minun" Kata Jinyoung. Ia pun berbisik di telinga Woojin.
"Pantas dia mengutukmu sampai mati"
Wajah Woojin berubah menjadi menyesal. Jinyoung pun tersenyum licik. Sejenak ia memandang Woojin sangat puas. Ia mengeluarkan sebuah kunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage Next Door
RomanceLai Guanlin, pemuda imut dan manis di mata semua orang, tetapi tidak untuk Woojin. Ia selalu mempergoki sisi bejat nya Guanlin dan kali ini parahnya Guanlin akan mempermainkan hidup sepupu nya Jihoon. Woojin yang merasa berhutang budi dengan Jihoon...