Playing Victim

408 49 9
                                    

Cicitan burung merekah ke seluruh ruangan. Sinar matahari menyelip ke jendela yang tertutup gorden. Suara desisan dari dapur pun mulai terdengar. Seorang pemuda sedang asyik memasak di dapur. Ia menyiapkan makanan tersebut di meja makan. Meja telah penuh dengan makanan lezat. Setelah semua siap, dilihatnya peralatan yang kotor di wastafel. Pekerjaannya belum selesai. Keran yang berada dekat dengan wastafel dinyalakan. Ketika Ia ingin memulai pekerjaannya seseorang memeluknya. Ia menoleh ke arah orang itu.

"Niel Hyung? Apa yang kau lakukan"

Orang tersebut tersenyum lebar hingga gigi kelincinya terlihat.

"Hehehe... Kau rajin sekali sih istriku. Pagi-pagi sudah membereskan rumah" jawabnya menggoda. Ia kemudian meraih spons yang digenggam pemuda Tan tersebut.

"Aku yang akan mengerjakan cucian piringnya. Mana mungkin seorang suami membuat istrinya bekerja keras"

Pemuda tersebut hanya menggeleng kan kepala. Tingkah orang yang bernama Niel membuatnya kehabisan kata-kata.

"Kita kerjakan bersama. Hyung bilang kan jika dikerjakan bersama akan cepat selesai"

"Kiyowo..." Daniel pun memeluknya. Jika ada award adik semanis terdunia mungkin adiknya lah yang akan menang.

                                                                                                      *****
Piring-piring telah bersih mengkilap. Akhirnya mereka bisa menyantap makanan yang sudah disiapkan. Daniel mencicipi sebuah sup yang tersedia di sana.

"Hmmm.... Ini enak sekali sepertinya istriku semakin pintar memasak" Daniel memujinya. Senyum merona terpancar dari wajah pemuda Tan itu. Ia tak dapat menghindarinya. Kebahagiaan merekah di wajahnya.

"Hyung hentikan!! Belakangan ini kau selalu meledekku seperti itu. Aku takut Sangwoo Hyung salah paham"

Daniel pun memuncratkan sup yang hendak di makannya. Ia sampai terbatuk-batuk mendengar komentar dari adiknya. Ia memandangi Woojin dengan wajah heran.

"Hah!?Sangwoo!? Jinjja Woojin-ah. Kau sudah semakin pandai mengelak godaanku. Aku menyerah" Daniel pun mengangkat tangan. Pemuda Tan itu terkekeh merasa senang dengan kemenangan nya. Ditengah-tengah kebahagiaan mereka, seseorang datang menghampiri mereka. Ia cukup dekat dengan Woojin, membuat pemuda tersebut sedikit nervous.

" Kau yang memasaknya?" Tanya pemuda itu kepadanya. Woojin pun mengangguk. Ia kemudian pergi kedapur ingin memasak sesuatu.

"Ya!! Jihoonie!! Makanannya sudah banyak. Jangan memasak lagi?" Perintah Daniel. Melihat makanan yang enak telah tersedia biasanya Jihoon langsung memakannya. Hari ini berbeda sepertinya Ia sangat enggan memakan makanan buatan Woojin.

"Aku sedang mau makan telur. Di sana belum tersedia kan?" Jawabnya. Woojin memang tidak menyediakan telur di dalam menunya. Sup tidak terlalu cocok dengan telur. Ternyata pemikiran salah. Makanannya malah diabaikan karena telur.

Jihoon telah selesai memasak telurnya. Ia tidak terlalu pandai masak. Tapi, Ia tidak ingin memakan buatan Woojin.

'agak sedikit hangus' benaknya mengomentari makanan buatannya. Ia pun melirik makanan yang dibuat Woojin. Bentuk dan warnanya sangat bagus, bahkan Ibunya pun tidak membuatnya sesempurna itu. Ia pun meneguk ludah menahan hawa nafsunya.

Sebuah sumpit berada di piringnya. Jihoon menoleh kepada sang pemilik sumpit. Woojinlah orangnya. Ia menahan sumpit tadi dengan memegang tangan pemiliknya kemudian ia berkata.

"Ya!!! Ini makananku"

Pemuda itu tidak menghiraukannya. Ia memaksa tangannya bergerak agar dapat memakan makanan tersebut. Keduanya sangat kuat hingga, tidak ada yang berubah dari posisi tadi. Woojin tidak kehilangan akal. Ia pun mendekatkan kepalanya kemakanan sambil menahan Jihoon dengan sikunya. Jihoon tidak dapat menghalanginya. Ia menyuapkan makanan tersebut dengan lahap hingga terdengar dercapan dari mulutnya.

Savage Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang