Si Manis Berhati Iblis

497 66 8
                                    

"Selamat Pagi"
Sekumpulan gadis menyapa pemuda yang lebih tinggi darinya sambil tersenyum.

"Selamat Pagi, Guanlin"
Sapa balik pemuda tersebut, dengan senyum secerah suasana pagi hari ini.
Muka gadis tadi memerah dan mereka pun pergi dengan kegirangan diikuti komentar ala fangirl-ing
' kyaa.. Dia membalasnya, jantungku hampir copot'
'manis banget kan'
'itu anak kelas satu kan'

Sang pemuda tadi dapat mendengar mereka, tapi Ia bersikap tak acuh. Dari kejauhan Ia melihat seseorang yang dikenalnya. Ia pun mempercepat langkahnya untuk mengejar orang tersebut.

"Hei!!!" Panggilnya. Sang pemuda tadi mengabaikannya dan malah mempercepat langkahnya.

"Hei!!!Park Woojin" masih diabaikan. Ia pun memutuskan untuk mempercepat langkahnya, setelah mereka berjarak hanya beberapa sentimeter, Ia pun menarik baju sang pemuda tadi.

"Woojin, berani sekali kau mengabaikan ku"
Katanya penuh kekesalan. Pemuda tadi memalingkan wajahnya, seraya berkata.

"Aku tak mendengarnya"
"Tidak dengar tapi jalanmu dipercepat"
"Aku hanya teringat tugas yang belum ku buat"
"Pembohong"

Ekspresi wajah Woojin pun seketika menjadi kecut. 'Apa sih maunya bocah ini' benaknya berkata. Tapi bibirnya tak mau membuka. Dia hanya menahannya, selalu terpikir takut melukai nama baik keluarga Park.

"Ekspresi yang bagus, Aku senang melihatnya" kata Guanlin sambil tersenyum licik. Kemudian Ia berjalan mendekati Woojin. Seperti biasa Ia merangkul pundak Woojin. Ia mendekatkan mulutnya ke arah telinga Woojin, sampai-sampai bulu kuduk Woojin merinding.

"Aku tau kau menyukai kakakku"
"Apa yang kau katakan!!"
Woojin kaget mendengar pernyataan Guanlin.

"Lagi-lagi, tidak pandai berbohong. Kau senang kan selalu disentuh olehnya"
Tangan Guanlin merambat dari pundak Woojin kearah pinggang, seraya berkata dengan suara pelan.
"Kau, ingin melakukan itu kan. Dengannya..."

"BRUK"

Woojin pun langsung menghempaskan badan Guanlin ke tanah dengan teknik bantingan. Keringatnya mulai bermunculan. Guanlin mengerang kesakitan. Beberapa siswa melihat mereka keheranan. Woojin lupa kalau mereka masih di halaman depan sekolah. Ya ampun, dirinya tidak percaya diperlakukan seperti itu terutama dengan orang yang lebih muda.

Mereka jadi pusat perhatian, beberapa orang berbisik-bisik melihat mereka. Bisikan itu pun samar-samar terdengar.

'kenapa?'
'tidak tau'
'pertengkaran?'
'bukan kah itu Guanlin'
'orang yang kasar tadi?'

Merasa diperhatikan Woojin pun gelagapan, bingung, dan merasa tidak nyaman. Ia pun akhirnya, memutuskan untuk membantu Guanlin berdiri.

"Aduuh..." Pekik Guanlin. Sebuah tangan terulur didepan Guanlin. Tangan seseorang yang tadi membantingnya. Guanlin pun tanpa ragu meraih tangan tersebut. Guanlin berdiri sambil mendekatkan badannya dengan Woojin.

"Hyung, maaf Aku tadi keterlaluan. Aku sebenarnya iri, Kau lebih dekat dengan Minhyun Hyung" Katanya.

Woojin yang terlalu polos memahami maksud Guanlin. Ia pun memaafkannya, "Ya, tidak apa-apa" katanya polos.

Jangan lupakan Guanlin mengatakan itu di depan orang banyak. Gadis-gadis kegirangan dengan tontonan tersebut bahkan ada yang memotret nya dan meng-upload nya di sosial media. Para pemuda merasa kan hal berbeda, mereka kecewa karena tidak jadi baku hantam.

Woojin pun kembali ke kelas. Ketika masuk ke kelasnya sudah terdapat berbagai bisikan-bisikan. Ia pun berusaha menghiraukannya.

"Wow, Aku baru lihat adegan homo di depan sekolah" Celetuk salah seorang pemuda diantara mereka.

Savage Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang